175-2011. Ayah, anakmu rindu (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ayah, ingin kuceritakan pada-Mu tentang perih yang sesakkan dada.
Ingin kudatang ke kuburmu ceritakan semua kesakitan dan duka.
Inginnya aku duduk bersimpuh didepanmu tundukkan muka.
Mengadukan semuanya seperti tatkala engkau masih ada.
Betapa kuingat tajam sinar matamu bagai mata elang.
Kokoh dan tegar hadapi apapun yang menghadang.
Menyerah dalam hidupmu adalah sebuah pantang.
Semua terlukis dalam jiwa sampai engkau berpulang.
II
Betapa kuingat wajah kukuh yang menatap hangat.
Sosok yang jalani hari-hari dengan penuh semangat.
Tak peduli panas dan terik matahari yang menyengat.
Penuhi nafkah keluarga lah tujuan yang selalu kau ingat.
Ayah, aku tahu kalau aku tak setegar ayah jalani hidup ini.
Dalam diriku kelembutan ibunda dan ketegaranmu berbagi.
Terkadang dalam gemuruh pedih dalam dada aku menangis sendiri.
Dan kuadukan segalanya pada Ilahi Robbi, Tuhan yang Maha Pemberi.
III
Ayah maafkan anakmu tak mampu tegar seperti ayah jalani kehidupan.
Kadang diriku sempat lalai mengurus ibunda yang engkau titipkan.
Kadang nasehatmu dahulu agar lurus jalani hidup terlalaikan.
Maafkan aku tak mampu jalani semua yang diamanahkan.
Ayah, betapa kini aku tahu betapa beratnya amanah.
Di dunia dan akherat putra-putriku adalah amanah.
Kelak pertanggungjawabanku pasti akan ditanya.
Dan merekalah yang membuatku mulia atau hina.
IV
Ayah,usiaku telah dekat kala engkau berpulang.
Kini kerapuhan tubuhku terasa di tulang-tulang.
Isyarat kalau maut dan kubur tak lama kan datang.
Itulah takdir Ilahi yang tak mungkin untuk dihadang.
Ayah, maafkan anakmu jarang mengunjungi kubur sunyi.
Karena datang padamu bukakan goresan lama dalam hati.
Membuat airmataku selama duapuluh tahun akan mengalir lagi.
Biarlah, kudoakan agar engkau mendapat kebahagiaan disisi Ilahi.
Anakmu
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar