163-2011. Kekasih, Biarkan Hamba Mengemis di Pintu Ampunan-Mu.
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Menggigil tubuhku teringat betapa beratnya pengadilan Mahsyar.
Kala segala prilaku hina yang ditutup rapat setiap jiwa muncul keluar.
Tatkala pengadilan yang tiada dusta sebesar debu pun kelak digelar.
Sungguh setiap jiwa harus mempertanggungjawabkan sesuai qadar.
Kekasih, selama nyawa masih Engkau titipkan di tubuh rapuh ini.
Mohon biarkan hamba menangis sesali kelalaian dan kealpaan diri.
Biarkan diri hamba meratap bermohon agar dosa Engkau ampuni.
Biarkan hamba mengigil takut akan pengadilan-Mu di hari nanti.
II
Betapa hamba hanya sebutir debu ditengah samudera kebesaran-Mu.
Dan sungguh betapa tiada berartinya diri di tengah para pencinta-Mu.
Betapa diri kelak akan tertunduk takut dan malu kala menghadap-Mu.
Dan betapa tiada berartinya hamba bila tanpa ampunan dan RidhoMu.
Kekasih, seorang musafir datang mengetuk pintu rahmat-Mu.
Bekalnya sedikit untuk berbangga saat menghadap-Mu.
Jiwanya bercampur noda karena dosa pada-Mu.
Tapi dia bersimpuh mengharap kebaikan-Mu.
III
Kekasih,ia tahu cintanya bercampur syahwat.
Untuk istiqamah dijalan-Mu ia mengaku belum kuat.
Berististighfar atas dosa-dosanya pun kadang ia terlewat.
Wahai Sang Maha Pengampun, izinkan hamba untuk bertaubat.
Kini, saat perjalanan waktunya telah menuju masa senja usia.
Sebentar lagi maghrib akan tiba dan ia pun berakhir fana.
Sebelum ia pergi tinggalkan dunia dan segala tipunya.
Terimalah taubat dan permohonan ampunnya.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar