87-2010. Kidung Seruling Bambu.
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Sejak berpisah dengan rumpunnya ia senantiasa bersenandung.
Lantunkan nada-nada cinta kepada tuannya Yang Maha Agung.
Dibawa pergi mengembara melalui padang rumput dan gunung.
Tak pernah merasa letih iringi sang pembawa nyanyikan kidung.
Terkadang lengking nan tinggi suarakan nada kesedihan.
Menyayat hati menembus rimba raya dan lautan.
Seakan rindu pada rumpun ia dipisahkan.
Yang dipisah paksa dari persatuan.
II
Teringat tatkala tumbuh bersama.
Bergesekan daun dalam harmoni nada.
Menyatu dalam kepasrahan dan indahnya cinta.
Bagai deburan ombak bergemuruh di samudera raya.
Sejak berpisah dengan induknya ia menyimpan ribuan kenangan.
Tentang indahnya berbagi cipta dan karsa dalam kebijaksanaan.
Tentang bagaimana sebuah harapan dan kerinduan diwujudkan.
Tentang terpisahnya seorang budak yang cinta kepada Tuan.
III
Dalam sendiri alunan seruling lahirkan kepedihan hati.
Dalam bersama ia bentuk indahnya harmoni.
Tiada tempat amarah dan rasa benci.
Pasrah diri pada kehendak Ilahi.
Terkadang ia meratapi nasibnya.
Mengapa ia dipisahkan dari induknya.
Pergi mengembara jalani untuk taqdirnya.
Sampai nasibnya pasti sesuai kehendak pemiliknya.
IV
Adakah senandung itu akan menembus jiwa-jiwa yang lembut.
Yang hijabnya telah terbuka melihat kepatuhan alam malakut.
Ataukah nada-nadanya bak angin sepoi di padang rumput.
Ataukah akan menyentuh sejenak seperti orang terkejut.
Sejak perpisahannya dahulu yang telah lama terjadi.
Ia jalani waktu habiskan masa menghitung hari.
Dan telah jadi niatnya tuk senantiasa memberi.
Sampai berakhir taqdir yang menghendaki.
Al Faqiir
Hamdi akhsan
0 komentar:
Posting Komentar