167-2011. Anakku, Semua Telah Berubah!
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Tak lagi kudengar teriakan anak-anak yang bermain dibawah terangnya bulan.
Atau obor-obor yang di sulut sepulang mengaji untuk menerangi jalan.
Atau kidung doa ibu-ibu yang mengasuh anaknya dalam buaian.
Dan bibir mungil yang hafalkan nama nabi dengan nyanyian.
Dalam modernya peradaban baru semua telah berubah.
Figur pahlawan yang membanggakan sudah tak ada.
Mereka sudah tidak lebih terkenal dari pemain bola.
Dan tak dikagumi baki artis yang lantunkan nada.
II
Kini, tak lagi ada gotong-royong yang tulus ikhlas.
Setiap jasa baik yang dilakukan akan harapkan balas.
Pencari ilmu pun targetkan nilai hingga tak membekas.
Sungguh hidup yang dirahmati kini telah berubah buas.
Mengapa kini keyakinan akan pahala akherat makin menipis.
Terkadang untuk timbulkan rasa kasihan pun pura-pura menangis.
Alasan pun dibuat sedemikian rupa dengan dalilnya yang berlapis-lapis.
Tatkala ada perselisihan semua dibangkilkan kembali dan amalpun terkikis.
III
Anakku, zamanmu sekarang adalah masa penuh dusta dan fatamorgana.
Rasionalisme dituhankan begitu rupa membuat manusia terpesona.
Makin terkikis keyakinan tentang kelak pembalasan di alam sana.
Dan para pencinta yang istiqamah secara duniawi merana.
Betapa manusia harus ingat dengan kehidupan akherat.
Didalam kitab suci secara gamblang telah dibuat ibarat.
Bagai nelayan pergi malam dan pagi harus mendarat.
Tanpa terasa waktu berlalu datanglah masa sekarat.
IV
Anakku,
Dalam sedikitnya teman yang pilih jalan kezuhudan.
Kepadamu yang kucinta ayahanda tinggalkan pesan.
Jadikan hidup duniamu bagai musafir dalam perjalanan.
Agar kelak menghadap Ilahi engkau akan sedikit beban.
Jangan mudah tergoda akan gelimang harta duniawi.
Karena begitu sulit datang namun mudah untuk pergi.
Jalani hidupmu di dunia dengan Iman dan hati-hati.
Agar kelak engkau dalam rahmat-Nya setelah mati.
Dan hidupmu selalu dalam perlindungan Ilahi Robbi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Tak lagi kudengar teriakan anak-anak yang bermain dibawah terangnya bulan.
Atau obor-obor yang di sulut sepulang mengaji untuk menerangi jalan.
Atau kidung doa ibu-ibu yang mengasuh anaknya dalam buaian.
Dan bibir mungil yang hafalkan nama nabi dengan nyanyian.
Dalam modernya peradaban baru semua telah berubah.
Figur pahlawan yang membanggakan sudah tak ada.
Mereka sudah tidak lebih terkenal dari pemain bola.
Dan tak dikagumi baki artis yang lantunkan nada.
II
Kini, tak lagi ada gotong-royong yang tulus ikhlas.
Setiap jasa baik yang dilakukan akan harapkan balas.
Pencari ilmu pun targetkan nilai hingga tak membekas.
Sungguh hidup yang dirahmati kini telah berubah buas.
Mengapa kini keyakinan akan pahala akherat makin menipis.
Terkadang untuk timbulkan rasa kasihan pun pura-pura menangis.
Alasan pun dibuat sedemikian rupa dengan dalilnya yang berlapis-lapis.
Tatkala ada perselisihan semua dibangkilkan kembali dan amalpun terkikis.
III
Anakku, zamanmu sekarang adalah masa penuh dusta dan fatamorgana.
Rasionalisme dituhankan begitu rupa membuat manusia terpesona.
Makin terkikis keyakinan tentang kelak pembalasan di alam sana.
Dan para pencinta yang istiqamah secara duniawi merana.
Betapa manusia harus ingat dengan kehidupan akherat.
Didalam kitab suci secara gamblang telah dibuat ibarat.
Bagai nelayan pergi malam dan pagi harus mendarat.
Tanpa terasa waktu berlalu datanglah masa sekarat.
IV
Anakku,
Dalam sedikitnya teman yang pilih jalan kezuhudan.
Kepadamu yang kucinta ayahanda tinggalkan pesan.
Jadikan hidup duniamu bagai musafir dalam perjalanan.
Agar kelak menghadap Ilahi engkau akan sedikit beban.
Jangan mudah tergoda akan gelimang harta duniawi.
Karena begitu sulit datang namun mudah untuk pergi.
Jalani hidupmu di dunia dengan Iman dan hati-hati.
Agar kelak engkau dalam rahmat-Nya setelah mati.
Dan hidupmu selalu dalam perlindungan Ilahi Robbi.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar