164-2011. Jangan Tangisi Dia Yang Pergi
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Adalah jiwa yang bergetar dalam sesal dan tangisan.
Wujud hampanya buah cita yang diharapkan.
Berbeda antara harapan dan kenyataan.
Sebagian wujud taqdir dijalankan.
Umur manusia,diakah yang pergi?
Waktu yang telah hilang jangan tangisi.
Kenangan indah jadikan pemacu jalani hari.
Menuju masa datangnya kehidupan nan abadi.
II
Pabila kandas perjalanan sebuah rumah tangga.
Itulah tulisan tangan sejak dari alam semula.
Setelah usaha maksimal cukuplah sudah.
Serahkan saja semua kepada Allah.
Andi kesendirian hidup yang ditangisi.
Betapa banyak yang perlu kau syukuri.
Nikmat yang lainnya banyak Tuhan beri.
Buatlah berguna seluruh potensi didalam diri
III
Jangan pula menangisi ketiadaan harta.
Miskin setelah usaha berbuah surga.
Berat tanggungjawab ketika kaya.
Karena akan ditanyakan semua.
Usaha yang gagal jangan tangisi.
Segalanya segera engkau evaluasi.
Mungkin karena kekeliruan strategi.
Atau tercampur hal tidak Tuhan Sukai.
IV
Jangan tangisi penyakit yang datang.
Mungkin karena usia tua menjelang.
Bisa juga cara dosa akan hilang.
Asal tak dianggap nasib malang.
Jangan tangisi anak yang pergi.
Karena sejatinya memang miliki Ilahi.
Kita hanyalah makhluknya yang dititipi.
Sebelum kita atau ia dianggil menuju mati.
V
Betapa banyak nikmat lain yang masih ada.
Dibanding mereka yang hidupnya susah.
Atau mereka yang tubuh tuna daksa.
Atau mereka yang lama dipenjara.
Mari optimis jalani hari-hari panjang.
Kelak semua hamba dipanggil pulang.
Berkumpul semua manusia di suatu padang.
Dan tiada guna semua yang dibanggakan orang.
VI
Jangan tangisi kulit keriput dan rambut memutih.
Kematangan usia tua miliki wibawa yang lebih.
Menerima apa adanya tanpa merasa tersisih.
Tidak perlu merana apabila mudah letih.
Apabila tubuh telah mulai berpenyakitan.
Pertanda makanan tertentu dipantangkan.
Gaya kehidupan haruslah mulai diselaraskan.
Agar selamat dunia akherat sang hamba Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Adalah jiwa yang bergetar dalam sesal dan tangisan.
Wujud hampanya buah cita yang diharapkan.
Berbeda antara harapan dan kenyataan.
Sebagian wujud taqdir dijalankan.
Umur manusia,diakah yang pergi?
Waktu yang telah hilang jangan tangisi.
Kenangan indah jadikan pemacu jalani hari.
Menuju masa datangnya kehidupan nan abadi.
II
Pabila kandas perjalanan sebuah rumah tangga.
Itulah tulisan tangan sejak dari alam semula.
Setelah usaha maksimal cukuplah sudah.
Serahkan saja semua kepada Allah.
Andi kesendirian hidup yang ditangisi.
Betapa banyak yang perlu kau syukuri.
Nikmat yang lainnya banyak Tuhan beri.
Buatlah berguna seluruh potensi didalam diri
III
Jangan pula menangisi ketiadaan harta.
Miskin setelah usaha berbuah surga.
Berat tanggungjawab ketika kaya.
Karena akan ditanyakan semua.
Usaha yang gagal jangan tangisi.
Segalanya segera engkau evaluasi.
Mungkin karena kekeliruan strategi.
Atau tercampur hal tidak Tuhan Sukai.
IV
Jangan tangisi penyakit yang datang.
Mungkin karena usia tua menjelang.
Bisa juga cara dosa akan hilang.
Asal tak dianggap nasib malang.
Jangan tangisi anak yang pergi.
Karena sejatinya memang miliki Ilahi.
Kita hanyalah makhluknya yang dititipi.
Sebelum kita atau ia dianggil menuju mati.
V
Betapa banyak nikmat lain yang masih ada.
Dibanding mereka yang hidupnya susah.
Atau mereka yang tubuh tuna daksa.
Atau mereka yang lama dipenjara.
Mari optimis jalani hari-hari panjang.
Kelak semua hamba dipanggil pulang.
Berkumpul semua manusia di suatu padang.
Dan tiada guna semua yang dibanggakan orang.
VI
Jangan tangisi kulit keriput dan rambut memutih.
Kematangan usia tua miliki wibawa yang lebih.
Menerima apa adanya tanpa merasa tersisih.
Tidak perlu merana apabila mudah letih.
Apabila tubuh telah mulai berpenyakitan.
Pertanda makanan tertentu dipantangkan.
Gaya kehidupan haruslah mulai diselaraskan.
Agar selamat dunia akherat sang hamba Tuhan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar