132-2011. Cinta Yang Kehilangan Makna
Oleh
Hamdi Akhsan
IAku tak tahu kemana harus adukan kepedihan ini.
Semangat pergi bak senyapnya gurun pasir yang sunyi.
Biarlah hari berlalu bagaikan Qais tangisi Laila yang telah mati.
Dan biarlah semua tenggelam dalam kesedihan abadi bersama sepi.
Tak tahu kemana kegundahan ini akan kubawa.
Akankah kelak ia pergi bersama lenyapnya jiwa.
Menyimpan tangisan dan luka dibalik derai tawa.
Dan tersimpan rapi setelah banyaknya peristiwa.
II
Kelak, setelah daku sendiri ditengah kegelapan dan sunyinya kubur.
Dan tangan kecil yang mendoakan dengan air mata mencucur.
Serta jasad rapuhku pun perlahan-lahan menjadi hancur.
Datanglah walaupun hanya sejenak agar aku terhibur.
Sungguh nisbi cinta yang tegak diatas amarah.
Seribu kata dan janji hanya penghias bibir saja.
Airmata yang suci hanya cucuran yang dusta.
Karena untuk menyakiti dan ciptakan derita.
III
Betapa mudah ungkapkan rengekan hanya sekedar untuk menipu.
Dan memutar-mutar lidah untuk lontarkan segala cumbu rayu.
Dan segalanya segera berubah dalam masa sedikit waktu.
Sungguh begitu mudah membuat hati hancur dan pilu.
Dalam sakit yang dibawa kemana kaki melangkah.
Susuri sunyi jalani sisa h idup membawa luka.
Biarlah tersimpan segenap perih dan duka.
Sampai kelak datang hari menutup mata.
IV
Sebelum waktu yang pasti itu datang.
Sebelum semuanya tak bisa diulang.
Sebelum nyawa pergi menghilang.
Segeralah berfikir secara matang.
Biarlah semua berlalu bagai angin.
Lakukan semua yang engkau ingin.
Bagai hujan tiba hapus musim kering.
Untukmu doaku akan selalu mengiring.
V
Dahulu aku lahir sendiri.
Sekarang pun akan sendiri.
Kelak mati pun dikubur sendiri.
Bermohon pada-Nya ampun diberi.
Ya Allah, pada-Mu hamba sandarkan diri.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar