Oleh
Hamdi Akhsan
Ada keindahan abadi yang tersimpan di relung terdalam.
Kenangan nan manis hidup bersama ibunda di masa silam.
Menetes air mata rindu kala terbangun di waktu malam.
Yang terbawa di saat matahari terbit atau disaat kelam.
Dalam matamu kuraih mutiara cinta tanpa harapkan balas.
Engkau lupakan kepedihanmu bagai air di daun talas.
Engkau besarkan anakmu dengan hati yang ikhlas.
Dalam cinta dan kasih sayang yang tiada batas.
II
Ibu, bibirku gemetar kala ucapkan kata.
Tak sanggup diriku menahan airmata.
Luluh tulangku bila kau menderita.
Pada Ilahi surga bagimu kupinta.
Betapa lembutnya belaian kasih.
Tak pedulikan jasadmu yang letih.
Tak lelah walau rambut telah memutih.
Dan tak tampakkan padaku jiwa yang sedih.
III
Dalam doamu yang membelah langit daku berharap.
Berilah ikhlas dan ridhomu walaupun diriku harus merayap.
Atas pengorbananmu segala kebaikan Ilahi kini ananda kecap.
Atas pentunjukmu rahasia-Nya yang tersembunyi kini tersingkap.
Dalam doamu yang diaminkan oleh ribuan malaikat kutitip pinta.
Beri daku waktu dan kesempatan untuk wujudkan cita-cita.
Menyerukan dakwah pada jalan Ilahi karena Allah semata.
Sampai kelak datang hari disaat daku menutup mata.
IV
Ibu, dalam rindu padamu yang tak terucap.
Betapa ingin pada-Nya hamba meratap.
Kalaulah bersujud padamu diriku siap.
Untuk keridhoanmu yang kuharap.
Betapa ingin kuungkap rasa sayang.
Betapa ingin setiap saat diriku pulang.
Duduk didekatmu sambil memandang.
Sebelum dirimu kelak dipanggil pulang.
V
Ibu, Walau masa yang panjang telah kulalui.
Tapi kasihmu terjaga didadaku bagai nyala api.
Menjadi modal hidup utama sekaligus motivasi.
Untuk bekalku jalani beratnya hidup dihari nanti.
Walau sekarang diriku telah menjadi seorang ayah.
Namun kasihku padamu utuh dan tak terbelah.
Engkaulah sumber energi bagiku disaat lelah.
Kedua setelah kasih sayang Tuhanku Allah.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar