128-2011. Dialog Ayah dan Anak yang tak lulus UN
(Refleksi Pengumuman Hasil UN SM)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Ayah, tamatlah sudah kini riwayatku.
Tak cukup memenuhi nilai ujianku.
Hancurlah sudah masa depanku.
Kemana kuhadap kini wajahku.
Semua orang tahu nasibku.
Betapa malu kini hidupku.
Semua orang sinis padaku.
Kini hancur masa depanku.
II
Semuanya ini amanah ayah.
Suruh diriku bersusah payah.
Hidup jujur sepenuh bangga.
Walaupun letih jiwa dan raga.
Kuceritakan semua kepada teman.
Petuah dan pesan yang ayah berikan.
Meniti jalan yang benar dan dimuliakan.
Walau semuanya jadi bahan tertawaan.
III
Anakku, ayah sangat tahu kepedihanmu.
Kurasakan juga betapa sakit derita batinmu.
kutanggung juga rasa malu dan terhinamu.
Namun dalam jiwa ayah amat bangga padamu.
Di hari ini engkau menangis karena berbuat jujur.
Engkau punya kebanggaan walau sejenak hancur.
Sifat kesatriamu akan tertanam dan terpupuk subur.
Yang akan jadi modalmu kelak hadapi gelapnya kubur.
IV
Anakku, apalah arti sebuah kebanggaan apabila hampa.
Apabila didapat dengan cara-cara bercampur dusta.
Merusak jiwa-jiwa muda yang miliki semangat baja.
Yang bukan berjuang tapi hanya bersantai saja.
Kasihan dengan jiwa-jiwa muda nan bersih.
Digoreskan tinta hitam hingga jadi tak putih.
Membuat cita dan kebanggaan mulia beralih.
Dari idealis menjadi jiwa yang curang tanpa risih.
V
Anakku...
Kelak di padang Mahsyar ayah akan menuntut mereka.
Yang tega kotori jiwa-jiwa muda dengan prilaku dusta.
Yang terhadap segala kecurangan ia menutup mata.
Bahkan tanpa rasa bersalah mereka juga turut serta.
Kalaulah yang terlibat kekotoran itu adalah gurumu.
Maka berlipat lebih berat hutang akheratnya padamu.
Karena mereka digaji untuk mendidik akhlak dan jiwamu.
Bukan menorehkan cara berbuat curang pada jiwa sucimu.
VI
Anakku...
Walaupun tertulis engkau tidak lulus, jangan berputus asa.
Tegakkan kepala hadapi hidup dengan prinsip dalam dada.
Jadilah anakku sejati yang jalani hidup dengan rasa bangga.
Memegang kejujuran & kebenaran sampai menutup mata.
Ayah berdoa dengan sungguh kepada Ilahi yang Maha Pengasih.
Jadilah anakku putra elang yang tegakkan harga diri walau perih.
Jadilah pejuang kehidupan yang tak pernah mengeluh dan letih.
Dan kelak dalam kehidupan akherat anakku akan menuai pamrih.
Al Faqiir
Hamdi Akhsa
0 komentar:
Posting Komentar