Minggu, 29 Mei 2011

174-2011. Negeri Yang Sekarat II

174-2011. Negeri Yang Sekarat II

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Lihatlah tangan-tangan gemetar tengadah harapkan belas kasihan.
Ironi sebuah  kepapaan  ditengah  mobil mewah berseleweran.
Didekat  gedung  megah  dengan  fasilitas dan  kesenangan.
Mereka hidup  dalam  kemiskinan di kolong  jembatan.

Ironi sebuah negeri dengan azas keadilan sosial.
Dasar  negara  yang  hanya  sebatas  dihafal.
Atau memang cara berfikir kita yang dangkal.
Atau karena memang penguasa kurang akal.

II
Betapa empuk dan enaknya kursi kekuasaan.
Dari keringat jutaan rakyat dalam kemelaratan.
Dari setoran berbagai jenis pajak yang dipaksakan.
Dan tinggal rakyat miskin papa dalam ketakberdayaan.

Sungguh menggiriskan negeri yang didalamnya banyak kekayaan.
Kala amanah dan jabatan kepemimpinan diperlombakan dan dipestakan.
Yang sedang berkuasa membentuk dinasti sambil  mengeruk banyak kekayaan.
Betul-betul sebuah  pengkhianatan  pada cita-cita  proklamasi  yang tak  termaafkan.

III
Kurindukan jiwa-jiwa pemimpin yang takut dengan kehinaan hidupnya kelak di akherat.
Yang bekerja keras sejahterakan kehidupan rakyatnya yang miskin dan melarat.
Yang tegakkan kepala terhadap pendiktean standar ganda negara barat.
Dan terhadap tipu daya para penipu dan  penjilat ia tidak terjerat

Kasihan, jurang miskin dan kaya kini makin menganga.
Mereka yang tak punya banyak uang teraniaya.
Harta yang banyak jadi standar hidup mulia.
Dan kepada pemimpin rakyat  tak percaya.

IV
Betapa berat  bangkit dari  keterpurukan.
Tatkala yang berkuasa  miskin keteladan.
Kata dan perbuatan selalu  bertentangan.
Kumpulkan  harta benda  dan perhiasan.

Seorang murid yang lugu terus  bertanya.
Apakah pemimpin negerinya beriman taqwa?
Menjadi penghalang  maksiat amalan agamanya.
Seiring dan  sejalan antara  kata dan  perbuatannya.

V
Yang muncul hanyalah jawaban standar hampa tak berwibawa.
Karena segala lini telah bertumpang tindih yang benar dan yang salah.
Orang baik yang tidak sejalan tanpa disangka  bisa dimasukkan ke  penjara.
Dan mereka yang menimbun harta dengan segala cara kemana-mana bersuka ria.

Akankah ada suatu masa dimana keadilan sosial  dan hukum akan bisa ditegakkan?
Para pemimpin dicitai rakyatnya karena sejalan antara kata dan perbuatan.
Hukum berdiri tegak sehingga  pada semua memberikan rasa aman.
Maka negeri tercinta ini akan dirahmati dan dilindungi Tuhan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar