88-2010. Surat Dari Ibunda
Oleh
Hamdi Akhsan
Anakku...
Ibu tak tahu,hari ini tiba-tiba perasaanku begitu gelisah,
Firasat yang datang padaku bila engkau sedang susah.
Tanpa sadar tiba-tiba pelupuk mataku menjadi basah.
Ingat masa kecilmu yang membuatku semakin resah.
Ibu tak tahu apa yang kini bergolak dalam jiwamu.
Tapi batinku berkata dalam hatimu tersimpan pilu.
Dan pasti kau diam dalam kesendirian membisu.
Sifat yang terbawa sejak masa kecilmu dahulu.
II
Dahulu ibunda pernah berikan pesan padamu.
Agar hilangkan kelembutan yang akan menyakitimu.
Karena semuanya akan menjadi sumber derita untukmu.
Yang kelak pelan-pelan akan menggerogoti jasad ringkihmu.
Dalam mata elangmu yang menyimpan misteri bak samudera.
Tersimpan begitu rapat kesedihan demi kesedihan dibalik tawa.
Yang membuatmu kering bagai sosok tubuh tak punya jiwa.
Dan menjadikan garis-garis wajahmu terlihat seperti orang tua.
Ingin bunda menangis supaya bisa ringankan kepedihanmu.
Atau datang sekedar dengarkan ungkapan kepiluanmu.
Tapi engkau pastilah tetap akan terdiam membisu.
Dan tunjukkan pada ibu tawa gembira palsumu.
III
Kalaulah semua ingin kau simpan sendiri.
Jangan jadikan ia bagai daging tertusuk duri.
Jadilah engkau anakku yang tegar susuri hari-hari.
Dan Pasrahkan hidupmu pada Ilahi Sang Maha Pemberi.
Berhentilah menangisi diri!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku...
Ibu tak tahu,hari ini tiba-tiba perasaanku begitu gelisah,
Firasat yang datang padaku bila engkau sedang susah.
Tanpa sadar tiba-tiba pelupuk mataku menjadi basah.
Ingat masa kecilmu yang membuatku semakin resah.
Ibu tak tahu apa yang kini bergolak dalam jiwamu.
Tapi batinku berkata dalam hatimu tersimpan pilu.
Dan pasti kau diam dalam kesendirian membisu.
Sifat yang terbawa sejak masa kecilmu dahulu.
II
Dahulu ibunda pernah berikan pesan padamu.
Agar hilangkan kelembutan yang akan menyakitimu.
Karena semuanya akan menjadi sumber derita untukmu.
Yang kelak pelan-pelan akan menggerogoti jasad ringkihmu.
Dalam mata elangmu yang menyimpan misteri bak samudera.
Tersimpan begitu rapat kesedihan demi kesedihan dibalik tawa.
Yang membuatmu kering bagai sosok tubuh tak punya jiwa.
Dan menjadikan garis-garis wajahmu terlihat seperti orang tua.
Ingin bunda menangis supaya bisa ringankan kepedihanmu.
Atau datang sekedar dengarkan ungkapan kepiluanmu.
Tapi engkau pastilah tetap akan terdiam membisu.
Dan tunjukkan pada ibu tawa gembira palsumu.
III
Kalaulah semua ingin kau simpan sendiri.
Jangan jadikan ia bagai daging tertusuk duri.
Jadilah engkau anakku yang tegar susuri hari-hari.
Dan Pasrahkan hidupmu pada Ilahi Sang Maha Pemberi.
Berhentilah menangisi diri!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar