168-2011. Pada-Mu Jua (3)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Kepada-Mu ingin pulang seorang pengembara letih.
Pakaiannya ternoda penuh debu yang dahulu putih.
Dalam takut dan malu ia tertunduk berjalan tertatih.
Dan sesekali mulutnya lantunkan doa dalam rintih.
II
Ia cucurkan airmata sambil memandang bintang-bintang jauh di angkasa.
Mencari sebuah rahasia keghaiban tentang wujud neraka dan surga.
Mencari tahu mengapa orang duafa pancarkan cahaya bahagia.
Bertanya mengapa pada titipan yang hilang hatinya berduka.
Dalam langkah pasti menuju gelap dan sempitnya kubur.
Dalam kepedihan jiwa yang buat airmata mencucur.
Dalam berada yang terkadang ia kurang bersyukur.
Bermohon ia ampunan pada-Mu Wahai Yang Ghafur.
III
Kekasih,
Kelak tatkala semua yang dicinta harus ditinggal pergi.
Dan setiap jiwa yang berdosa akan meratap menyesali.
Bemohon dengan sepenuh jiwa daku pada-Mu Ilahi Robbi.
Berilah kesempatan untuk kumpulkan paha selama ada hari.
Kini mata hamba telah rabun mengikuti sunah sebuah kefanaan.
Sesuatu yang belakangan datang padanya mulai pergi secara perlahan.
Tulang-tulangnya mulia rapuh dan jasad pun kadang terkapar keletihan.
Sungguh perjalanan waktu membuatnya tambah yakin jumpa dengan Tuhan.
IV
Kubur-kubur sunyi kini telah menanti dalam abadinya kefanaan makhluk bumi.
Kelak akan dibangkitkan dalam kehidupan setelah dunia yang abadi.
Wujud janji Ilahi Sang Maha Pencipta yang akan dijumpai pasti.
Itulah pembalasan yang akan didapat diakhir kehidupan nanti.
Dalam cinta yang masih bercampur dusta dan ketakikhlasan.
Bermohon hamba ampunan dan kasih sayang darimu Tuhan.
Masukkan hamba ke dalam golongan yang Engkau muliakan.
Dan Jauhkanlah hamba dari mereka yang Engkau hinakan.
V
Kekasih, betapa iman diri tak sebesar debu para pencinta-Mu.
Namun tetaplah hamba meminta ampunan dan kasih sayang-Mu.
Bermohon kelak mendapat safaat melalui Rasul tercinta Kekasih-Mu.
Agar hamba ini selamat dari beratnya siksa dan kepedihan Neraka-Mu.
Robbana, Jangan balasi hamba dengan keadilan-Mu,
namun kasihi hamba dengan ampunan-Mu.
Amien!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Kepada-Mu ingin pulang seorang pengembara letih.
Pakaiannya ternoda penuh debu yang dahulu putih.
Dalam takut dan malu ia tertunduk berjalan tertatih.
Dan sesekali mulutnya lantunkan doa dalam rintih.
II
Ia cucurkan airmata sambil memandang bintang-bintang jauh di angkasa.
Mencari sebuah rahasia keghaiban tentang wujud neraka dan surga.
Mencari tahu mengapa orang duafa pancarkan cahaya bahagia.
Bertanya mengapa pada titipan yang hilang hatinya berduka.
Dalam langkah pasti menuju gelap dan sempitnya kubur.
Dalam kepedihan jiwa yang buat airmata mencucur.
Dalam berada yang terkadang ia kurang bersyukur.
Bermohon ia ampunan pada-Mu Wahai Yang Ghafur.
III
Kekasih,
Kelak tatkala semua yang dicinta harus ditinggal pergi.
Dan setiap jiwa yang berdosa akan meratap menyesali.
Bemohon dengan sepenuh jiwa daku pada-Mu Ilahi Robbi.
Berilah kesempatan untuk kumpulkan paha selama ada hari.
Kini mata hamba telah rabun mengikuti sunah sebuah kefanaan.
Sesuatu yang belakangan datang padanya mulai pergi secara perlahan.
Tulang-tulangnya mulia rapuh dan jasad pun kadang terkapar keletihan.
Sungguh perjalanan waktu membuatnya tambah yakin jumpa dengan Tuhan.
IV
Kubur-kubur sunyi kini telah menanti dalam abadinya kefanaan makhluk bumi.
Kelak akan dibangkitkan dalam kehidupan setelah dunia yang abadi.
Wujud janji Ilahi Sang Maha Pencipta yang akan dijumpai pasti.
Itulah pembalasan yang akan didapat diakhir kehidupan nanti.
Dalam cinta yang masih bercampur dusta dan ketakikhlasan.
Bermohon hamba ampunan dan kasih sayang darimu Tuhan.
Masukkan hamba ke dalam golongan yang Engkau muliakan.
Dan Jauhkanlah hamba dari mereka yang Engkau hinakan.
V
Kekasih, betapa iman diri tak sebesar debu para pencinta-Mu.
Namun tetaplah hamba meminta ampunan dan kasih sayang-Mu.
Bermohon kelak mendapat safaat melalui Rasul tercinta Kekasih-Mu.
Agar hamba ini selamat dari beratnya siksa dan kepedihan Neraka-Mu.
Robbana, Jangan balasi hamba dengan keadilan-Mu,
namun kasihi hamba dengan ampunan-Mu.
Amien!
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar