156-2011. Deklarasi Untuk Partai Politik 2014
(Kilas Balik Reformasi 21 Mei 1998)
Oleh
Hamdi Akhsan
Hari ini kepada mereka yang punya hati nurani daku serukan.
Kekayaan negeri tanpa merasa bersalah telah dibagi-bagikan.
Begitu banyak mereka yang diberi amanah tak menjalankan.
Tinggallah rakyat jadi objek dan hidup dalam kemelaratan.
Empat belas tahun sudah reformasi terjadi kami bersabar.
Menunggu janji-janjimu manismu akan datang baiknya kabar.
Tatkala pemilu segala janji mensejahterakan engkau umbar.
Dan sampai hari ini sekecil apapun realisasinya tiada kabar.
Betapa angkuhnya kata-katamu kala bicara melukai rakyat.
tak sadar bahwa apa yang engkau sembunyikan kami lihat.
Habiskan uang pajak jalan-jalan keluar negeri untuk maksiat.
Sungguh pembangkanganmu pada Ilahi sudah begitu hebat.
Lihatlah, sebentar lagi gedung yang akan engkau bangun.
Terperangah kami lihat tahu anggarannya lebihi satu trilyun.
Padahal tiap bulan puasa rakyat miskin antri berduyun-duyun.
Sungguh kelak kau akan disula dengan rantai besi berayun.
III
Kami tak tahu lagi harus bicara pada siapa dan berkata apa.
Sekuat apapun teriakan engkau tetap menutup telinga.
Sehebat apapun kritik tidak membuat prilakumu berubah.
Maka satu-satunya jalan adalah perlawanan harus ditata.
Kini,kami telah kehilangan kepercayaan sepenuhnya padamu.
Tak akan lagi kami pilih apapun janji dan darimana partaimu.
Selama ini ada yang seolah memang bersih padahal semu.
Tak akan mempan lagi segala pendekatan dan bujuk rayumu.
IV
Kepada rakyat yang selama ini hanya dijadikan permainan.
Di hari ini gerakan anti partai mari kita deklarasikan.
Adalah hak rakyat untuk tak memperdulikan.
Biarlah nanti keputusan Tuhan berikan.
Rakyat sudah jera dengan dusta-dusta.
Tidak ada yang berubah dengan kata-kata.
Jangan mau lagi hanya dijadikan objek penderita.
Mari bersatu tinggalkan partai membangun negeri tercinta.
Tak ada guna lagi perbaikan- perbaikan yang dijanjikan.
Karena semua permintaan nanti hanya untuk diproyekkan.
Mengisi pundi-pundi untuk pesta pemilihan lima tahunan.
Setelah terpilih lagi mengeruk modal yang telah dikeluarkan.
Wahai rakyat negeri, jangan pernah mau diperbodoh lagi.
Cukuplah tiga kali pemilu lontarkan manisnya janji-janji.
Kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang terjadi.
Sungguh kehancuran kini sudah merata di seluruh negeri.
VI
Kami bukanlah rakyat yang begitu bodoh untuk mengerti.
Segala kekayaan alam di negeri ini telah Tuhan beri.
Tapi mengapa rakyat susah mencari sesuap nasi.
Sungguh sebuah ketak adilan yang sakiti hati.
Kemana kami akan pergi menjual hasil alam.
Jalan-jalan kami rusak parah hanya ditambal sulam.
Sedang wakil kami hidup bak dalam kisah 1001 malam.
Sungguh ketdkberdayaan seperti ini yang lahirkan dendam.
VII
Kepada siapapun yang berada dalam partai kami tidak percaya.
Anak-anak kamilah yang saat reformasi kurbankan darah.
Sedang kalian saat itu entah sedang berada dimana.
Sekarang hidup mewah & bergaya pahlawan pula.
Hari ini kunyatakan selamat tinggal partai politik.
Melalui ujung pena daku takkan berhenti mengeritik.
Sampai cita-cita saat reformasi dahulu dapat kembali balik.
Dan rakyat pemilik negeri ini kelak diperlakukan dengan baik.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
(Kilas Balik Reformasi 21 Mei 1998)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini kepada mereka yang punya hati nurani daku serukan.
Kekayaan negeri tanpa merasa bersalah telah dibagi-bagikan.
Begitu banyak mereka yang diberi amanah tak menjalankan.
Tinggallah rakyat jadi objek dan hidup dalam kemelaratan.
Empat belas tahun sudah reformasi terjadi kami bersabar.
Menunggu janji-janjimu manismu akan datang baiknya kabar.
Tatkala pemilu segala janji mensejahterakan engkau umbar.
Dan sampai hari ini sekecil apapun realisasinya tiada kabar.
II
Betapa angkuhnya kata-katamu kala bicara melukai rakyat.
tak sadar bahwa apa yang engkau sembunyikan kami lihat.
Habiskan uang pajak jalan-jalan keluar negeri untuk maksiat.
Sungguh pembangkanganmu pada Ilahi sudah begitu hebat.
Lihatlah, sebentar lagi gedung yang akan engkau bangun.
Terperangah kami lihat tahu anggarannya lebihi satu trilyun.
Padahal tiap bulan puasa rakyat miskin antri berduyun-duyun.
Sungguh kelak kau akan disula dengan rantai besi berayun.
III
Kami tak tahu lagi harus bicara pada siapa dan berkata apa.
Sekuat apapun teriakan engkau tetap menutup telinga.
Sehebat apapun kritik tidak membuat prilakumu berubah.
Maka satu-satunya jalan adalah perlawanan harus ditata.
Kini,kami telah kehilangan kepercayaan sepenuhnya padamu.
Tak akan lagi kami pilih apapun janji dan darimana partaimu.
Selama ini ada yang seolah memang bersih padahal semu.
Tak akan mempan lagi segala pendekatan dan bujuk rayumu.
IV
Kepada rakyat yang selama ini hanya dijadikan permainan.
Di hari ini gerakan anti partai mari kita deklarasikan.
Adalah hak rakyat untuk tak memperdulikan.
Biarlah nanti keputusan Tuhan berikan.
Rakyat sudah jera dengan dusta-dusta.
Tidak ada yang berubah dengan kata-kata.
Jangan mau lagi hanya dijadikan objek penderita.
Mari bersatu tinggalkan partai membangun negeri tercinta.
V
Tak ada guna lagi perbaikan- perbaikan yang dijanjikan.
Karena semua permintaan nanti hanya untuk diproyekkan.
Mengisi pundi-pundi untuk pesta pemilihan lima tahunan.
Setelah terpilih lagi mengeruk modal yang telah dikeluarkan.
Wahai rakyat negeri, jangan pernah mau diperbodoh lagi.
Cukuplah tiga kali pemilu lontarkan manisnya janji-janji.
Kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang terjadi.
Sungguh kehancuran kini sudah merata di seluruh negeri.
VI
Kami bukanlah rakyat yang begitu bodoh untuk mengerti.
Segala kekayaan alam di negeri ini telah Tuhan beri.
Tapi mengapa rakyat susah mencari sesuap nasi.
Sungguh sebuah ketak adilan yang sakiti hati.
Kemana kami akan pergi menjual hasil alam.
Jalan-jalan kami rusak parah hanya ditambal sulam.
Sedang wakil kami hidup bak dalam kisah 1001 malam.
Sungguh ketdkberdayaan seperti ini yang lahirkan dendam.
VII
Kepada siapapun yang berada dalam partai kami tidak percaya.
Anak-anak kamilah yang saat reformasi kurbankan darah.
Sedang kalian saat itu entah sedang berada dimana.
Sekarang hidup mewah & bergaya pahlawan pula.
Hari ini kunyatakan selamat tinggal partai politik.
Melalui ujung pena daku takkan berhenti mengeritik.
Sampai cita-cita saat reformasi dahulu dapat kembali balik.
Dan rakyat pemilik negeri ini kelak diperlakukan dengan baik.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar