145-2011. Kekasih, Izinkan Hamba Bertanya (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih, ingin kuadukan pada-Mu dalam ribuan untai kata.
Mengapa pohon-pohon di negeri kami tak lagi berbuah.
Mengapa tak lagi didengar petuah dari para ulama.
Dan mengapa tak henti selalu dilanda bencana.
Ingin kutanyakan pada-Mu aneka keanehan.
Mengapa bencana tak didahului peringatan.
Mengapa tak berubah buruknya perbuatan.
Seakan-akan kuasa mutlak-Mu dilupakan.
II
Kekasih, kutanyakan pada-Mu azab yang merata.
Ingin kutahu mengapa para pemimpin seperti buta.
Ingin kutanyakan pada-Mu mengapa kami menderita.
Dan ingin kucurahkan pada-Mu dalam untai ribuan nada.
Kekasih, mengapa kini dalam keluarga hilang kasih sayang.
Mengapa terhadap materi manusia mabuk kepayang.
Mengapa tak membekas cahaya sujud sembahyang.
Mengapa tak berbeda lagi fungsi malam dan siang.
III
Kekasih, mengapa kini kami jarang tangisi dosa.
Mengapa kini kami tak bisa khusuk dalam berdoa.
Mengapa hidup yang Engkau awasi kami tak merasa.
Mengapa begitu lemah kesadaran kelak kami binasa.
Mengapa air yang jatuh ke bumi berubah jadi bencana.
Mengapa tanah yang kami keruk berubah jadi petaka.
Mengapa jiwa-jiwa kukuh berubah menjadi lemah.
Sungguh pertanyaan yang jatuhkan air mata.
IV
Mengapa dalam keluarga tiada kepercayaan.
Mengapa miliki harta banyak membuat kerakusan.
Mengapa dalam hidup begitu sedikitnya keberkatan.
Mengapa di tengah alam subur menganga kemiskinan.
Kekasih, pertanyaan hamba ini masih begitu panjang.
Bahkan makin bertambah bukannya malah berkurang.
Apakah semuanya karena rahmat-Mu telah hilang.
Dan kami telah berubah jadi bangsa yang malang.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih, ingin kuadukan pada-Mu dalam ribuan untai kata.
Mengapa pohon-pohon di negeri kami tak lagi berbuah.
Mengapa tak lagi didengar petuah dari para ulama.
Dan mengapa tak henti selalu dilanda bencana.
Ingin kutanyakan pada-Mu aneka keanehan.
Mengapa bencana tak didahului peringatan.
Mengapa tak berubah buruknya perbuatan.
Seakan-akan kuasa mutlak-Mu dilupakan.
II
Kekasih, kutanyakan pada-Mu azab yang merata.
Ingin kutahu mengapa para pemimpin seperti buta.
Ingin kutanyakan pada-Mu mengapa kami menderita.
Dan ingin kucurahkan pada-Mu dalam untai ribuan nada.
Kekasih, mengapa kini dalam keluarga hilang kasih sayang.
Mengapa terhadap materi manusia mabuk kepayang.
Mengapa tak membekas cahaya sujud sembahyang.
Mengapa tak berbeda lagi fungsi malam dan siang.
III
Kekasih, mengapa kini kami jarang tangisi dosa.
Mengapa kini kami tak bisa khusuk dalam berdoa.
Mengapa hidup yang Engkau awasi kami tak merasa.
Mengapa begitu lemah kesadaran kelak kami binasa.
Mengapa air yang jatuh ke bumi berubah jadi bencana.
Mengapa tanah yang kami keruk berubah jadi petaka.
Mengapa jiwa-jiwa kukuh berubah menjadi lemah.
Sungguh pertanyaan yang jatuhkan air mata.
IV
Mengapa dalam keluarga tiada kepercayaan.
Mengapa miliki harta banyak membuat kerakusan.
Mengapa dalam hidup begitu sedikitnya keberkatan.
Mengapa di tengah alam subur menganga kemiskinan.
Kekasih, pertanyaan hamba ini masih begitu panjang.
Bahkan makin bertambah bukannya malah berkurang.
Apakah semuanya karena rahmat-Mu telah hilang.
Dan kami telah berubah jadi bangsa yang malang.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar