159-2011. Nak, Jangan Menangis Lagi
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Dalam kerentaan jasad dimakan kerasnya hidup ayah ingin berpesan.
Pada anakku sang putra sejati yang jalani hidup di akhir zaman.
Berhentilah engkau ratapi hidup dalam rengek dan tangisan.
Karena Sang Pencipta telah pilihkan bagimu sebuah jalan.
Lihatlah hidup ini bagaikan rajawali di angkasa sunyi.
Tegakkan kepala hadapi badai dengan harga diri.
Dihadapinya tantangan berat dan tak akan lari.
Sungguh dia percaya pada kebaikan Ilahi.
II
Tiada pejuang sejati yang lahir dari kelemahan.
Atau sesali masa lalu dalam perihnya ratapan.
Mata akan mencorong memandang ke depan.
Dan cukuplah baginya masa lalu tuk pelajaran.
Pejuang sejati kelak lahir dari kerasnya hidup.
Bukan dari jiwa lemah dalam semangat redup.
Atau dalam putusan kembali ragu menyusup.
Karena apapun pilihan resiko pasti terlingkup.
III
Anakku.
Kalaulah keputusan yang engkau ambil salah.
Tapi didadaku tetaplah tersimpan rasa bangga.
Karena engkau telah mampu memutuskan masalah.
Yang bagi orang kebanyakan orang mereka tidak bisa.
Pertimbangkan olehmu segala resiko bila memutuskan.
Didalam kebaikan yang dipilih pasti ada keburukan.
Dalam kesedihanmu kelak akan ada kebahagiaan.
Akhirnya kembalikan segalanya pada Tuhan.
IV
Anakku, berhentilah hidup dalam fatamorgana.
Karena hidup yang sesungguhnya adalah nyata.
Bagaikan mata uang antara bahagia dan derita.
Sebagai ketentuan pasti dari Ilahi Yang Kuasa.
Jadilah engkau putra sejati yang tegar dan kuat.
Terbanglah tinggi mencapai cita bagai sayap malaikat.
Gertakkan gigi dan corongkan matamu yang tajam berkilat.
Dan jadilah engkau anakku seorang pejuang sejati yang hebat.
V
Anakku.
sungguh jalan hidup yang engkau lalui masih sangatlah panjang.
Kemudahan dan hambatan kelak pasti akan menghadang.
Kudoakan hidupmu kelak akan bahagia dan terpadang.
Bangga bagai ksatria yang menang di medan perang.
Anakku sayang, hapuslah airmatamu yang mengalir.
Hanyutkanlah dirimu jalani hidup pasrah bagai air menghilir.
Berjuang keras dalam upaya dan serahkan hasilnya pada taqdir.
Sampai kelak engkau menghadap Tuhanmu ketika hidup berakhir.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Dalam kerentaan jasad dimakan kerasnya hidup ayah ingin berpesan.
Pada anakku sang putra sejati yang jalani hidup di akhir zaman.
Berhentilah engkau ratapi hidup dalam rengek dan tangisan.
Karena Sang Pencipta telah pilihkan bagimu sebuah jalan.
Lihatlah hidup ini bagaikan rajawali di angkasa sunyi.
Tegakkan kepala hadapi badai dengan harga diri.
Dihadapinya tantangan berat dan tak akan lari.
Sungguh dia percaya pada kebaikan Ilahi.
II
Tiada pejuang sejati yang lahir dari kelemahan.
Atau sesali masa lalu dalam perihnya ratapan.
Mata akan mencorong memandang ke depan.
Dan cukuplah baginya masa lalu tuk pelajaran.
Pejuang sejati kelak lahir dari kerasnya hidup.
Bukan dari jiwa lemah dalam semangat redup.
Atau dalam putusan kembali ragu menyusup.
Karena apapun pilihan resiko pasti terlingkup.
III
Anakku.
Kalaulah keputusan yang engkau ambil salah.
Tapi didadaku tetaplah tersimpan rasa bangga.
Karena engkau telah mampu memutuskan masalah.
Yang bagi orang kebanyakan orang mereka tidak bisa.
Pertimbangkan olehmu segala resiko bila memutuskan.
Didalam kebaikan yang dipilih pasti ada keburukan.
Dalam kesedihanmu kelak akan ada kebahagiaan.
Akhirnya kembalikan segalanya pada Tuhan.
IV
Anakku, berhentilah hidup dalam fatamorgana.
Karena hidup yang sesungguhnya adalah nyata.
Bagaikan mata uang antara bahagia dan derita.
Sebagai ketentuan pasti dari Ilahi Yang Kuasa.
Jadilah engkau putra sejati yang tegar dan kuat.
Terbanglah tinggi mencapai cita bagai sayap malaikat.
Gertakkan gigi dan corongkan matamu yang tajam berkilat.
Dan jadilah engkau anakku seorang pejuang sejati yang hebat.
V
Anakku.
sungguh jalan hidup yang engkau lalui masih sangatlah panjang.
Kemudahan dan hambatan kelak pasti akan menghadang.
Kudoakan hidupmu kelak akan bahagia dan terpadang.
Bangga bagai ksatria yang menang di medan perang.
Anakku sayang, hapuslah airmatamu yang mengalir.
Hanyutkanlah dirimu jalani hidup pasrah bagai air menghilir.
Berjuang keras dalam upaya dan serahkan hasilnya pada taqdir.
Sampai kelak engkau menghadap Tuhanmu ketika hidup berakhir.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar