Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dalam darahmu mengalir tradisi pencinta surga.
Yang telah perjualbelikan jiwa dan raga.
Berupaya dengan sepenuh tenaga.
Merebut zaman pernah dibangga.
Betapa langka kini para pencinta.
Yang siiap untuk korbankan harta.
Dan sanggup untukhidup menderita.
Dalam perjuangan untuk menggapai cita.
II
Dalam zaman tatkala manusia pertuhankan materi.
Bagi negeri para penjelajah,perjuangan menjadi tradisi.
Untuk sebarkan cahaya-Nya di atas bumi yang Tuhan beri.
Membawa manusia pada budaya dan jalan hidup yang diberkati.
Engkau adalah segelintir pencinta surga yang datang dari gurun sahara.
tinggalkan segenap kemewahan untuk berjuang sampai kurbankan jiwa.
Hadapi kesewenangan musuh yang berteriak lantang dengan jumawa.
Dan membuat para pemimpin negerimu ketakutan dan kehilangan wibawa.
III
Betapa ironi yang sangat memalukan dan sungguh-sungguh memuakkan.
Tatkala pada penguasa negerimu yang gagah perkasa engkau sampaikan.
Agar dengan pemimpin negeri penjajah jangan membentuk persekutuan.
Malah engkau yang kemudian dituduh sebagai dalang pemberontakan.
Itulah negeri dengan kekayaan melimpah yang lemah pemimpin.
Terhadap kekuatannya sendiri saja mereka tak pernah yakin.
Padahal dengan pertolongan Ilahi kemenangan mungkin.
Namun yang mereka pilih memerangi para Siddiqin.
IV
Engkau yang sadar berjuang ke Afghanistan.
Diperangi pasukan musuh sekutu syaitan.
Membela saudaramu dalam kezaliman.
Sampai jumpai syahidnya kematian.
Semoga perjuangmu tak sia-sia.
Setelah ini lahir para pencinta.
Yang rindukan transaksi surga.
Sebagai jual beli yang dicita-cita.
V
Biarlah yang benci dengan kesyahidan.
Suatu metode yang jelas di kitab Tuhan.
Membela negeri yang dihina oleh penjajahan.
Atau bangkit melawan kezaliman dan ketakadilan.
Ada mereka yang ingin hidup bagai burung bangkai.
Atau seperti burung pipit yang tinggal ambil kejelai.
Atau cukup dengan indahanya dunia yang membelai.
Sampai kelak sesal tiba tatkala jasad telah terkulai.
VI
Memang sungguh berat jalan yang engkau pilih
Untuk memegang panji-panji tak kenal letih.
Hadapi kehebatan musuh tanpa jerih.
Dan jalani derita tanpa merintih.
Pada-Mu wahai pemuka mujahid.
Yang telah kembali dengan syahid.
Yang berpegang dengan ajaran tauhid.
Dan menjadi buah bibir pencinta mesjid.
VII
Moga darahmu kelak lahirkan ribuan pejuang.
Yang gagah perkasa laksana burung elang.
Membawa ajaran Ilahi kembali menjulang.
dan dibumi ini cahaya-Nya cemerlang.
Ilahi, izinkan hamba menjadi saksinya menjelang pulang.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar