140-2011. Nak, Desamu Telah Hilang
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Sungai-sungai dan rawa di desamu kini telah mengering.
Tiada lagi siulan kepodang kecil yang hinggap di ranting.
Di sawah-sawah pun kini tiada lagi padi yang menguning.
Dan pergi ke surau untuk mengaji kini sudah jadi asing.
Nak, Desamu kini telah berubah karena keserakahan.
Lenguh kerbau berganti knalpot yang memekakkan.
Setiap keluarga sibuk cari materi dan kemewahan.
Dan sulit engkau cari adanya keramahtamahan.
II
Wajah-wajah ramah yang memancarkan keteduhan kini sudah langka.
Yang tersisa hanyalah kepongahan sambil menegakkan kepala.
Bangga dengan melimpahnya kepemilikan harta-benda.
Tanpa peduli harus dikeluarkan zakat dan Sedekah.
Nak, Di desamu sekarang budaya malu makin tipis.
Pakaian barat yang tonjolkan aurat digemari para gadis.
Kesucian sebelum pernikahan tidak lagi dianggap hal yang magis.
Serta terhadap peringatan agama banyak orang yang memandang sinis.
III
Nak, Desamu yang damai kini telah menghilang.
Yang tersisa hanya cara hidup yang semakin jalang.
Sudah tidak aib lagi ketika malam anak gadis tak pulang.
Karena keteladan dari orang tua kini semakin berkurang.
Yang menjadi pendidik generasi muda kini adalah televisi.
Setiap saat hidangkan budaya syahwat yang sudah basi.
Sedang orang tua merasa sudah cukupi memberi materi.
Dan terhadap keselamatan akherat anak sudah tak peduli.
IV
Nak,kalaulah itu yang dikatakan maju,engkau telah tertipu.
Karena hidup didunia akan fana seiring berjalannya waktu.
Kelak banyak manusia akan sesali nasib yang berakhir pilu.
Tatkala harus bertanggung jawab pada Allah yang Satu.
Sungguh semua kehidupan di dunia akan berakhir fana.
Semua manusia akan kembali ke bentuk asal dari tanah.
Bagi mereka yang ingkar pada Allah kelak akan merana.
Dan bagi yang beriman pada-Nya mendapat Jannah.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar