161-2011. Syair Sunyi Seorang Pencinta.
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kini malam-malamku sepi bagai sepinya gurun tanpa nyanyian Qais.
Laila telah pergi jauh dan hanya tinggalkan luka dalam tangis.
Cinta yang begitu kuat dan dalam perlahan telah terkikis.
Bagaikan runtuhnya tebing karang tatkala ia terbis.
Tiada lagi airmata rindu bagai rindunya Ya'kub pada Yusuf tercinta.
Betapa lemahnya jasad kini tadahkan tangan dimalam buta.
Padahal waktu cepat berlalu bagaikan kilat tanpa terasa.
Sungguh cinta ini bukan bagai cinta Qais pada Laila.
II
Tak lagi ada masa amati kerlip bintang-bintang nan jauh di angkasa.
Bertasbih memuji keagungan-Nya sambil cucurkan air mata.
Berfikir dalam memahami keindahan ayat-ayat semesta.
Llantunkan doa kehambaan dalam diam tanpa kata.
Kekasih, ampuni hamba yang kerap lalai dengan semua nikmat-Mu.
Luruskan jalan hidup hamba dengan hidayah & bimbingan-Mu.
Kuatkan hamba untuk istiqamah tunaikan perintah-Mu.
Dan kuatkan keyakinan hamba kelak akan bertemu.
III
Kekasih, dalam cinta yang masih mengandung dusta daku meminta.
Tanamkan rasa takut dalam jiwa bahwa nsiksa-Mu itu nyata.
Tanamkan jiwa ketauhidan yang pada-Mu selalu cinta.
Serta kemudahan manakala kelak menutup mata.
Hamba tak mampu miliki besarnya cinta seperti Ibrahim kekasih-Mu.
Atau seperti cinta ibu Musa hanyutkan putranya atas Ilham-Mu.
Atau Halimatus Sa'diah yang dibakar karena cinta pada-Mu.
Sungguh cintaku pada-Mu tak berharga sebutir debu.
IV
Kekasih, betapa gemetar diri dalam ketakutan akan balasan dosa.
Yang pasti akan dipertanggungjawabkan saat kematian tiba.
Tatkala harta, keluarga dan jabatan tinggi tiada guna.
Tatkala tiada seorangpun akan datang pembela.
Dalam waktu yang masih tersisa pasti akan datangnya kematian.
Dalam lemah & kurang pasrahnya diri pada pemilik kehidupan.
Dan alpanya diri kejar dunia yang berakhir dalam kefanaan.
Bermohon dengan sangat pada-Mu wahai Tuhan.
Dalam pastinya taqdir-Mu beril hamba kesempatan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kini malam-malamku sepi bagai sepinya gurun tanpa nyanyian Qais.
Laila telah pergi jauh dan hanya tinggalkan luka dalam tangis.
Cinta yang begitu kuat dan dalam perlahan telah terkikis.
Bagaikan runtuhnya tebing karang tatkala ia terbis.
Tiada lagi airmata rindu bagai rindunya Ya'kub pada Yusuf tercinta.
Betapa lemahnya jasad kini tadahkan tangan dimalam buta.
Padahal waktu cepat berlalu bagaikan kilat tanpa terasa.
Sungguh cinta ini bukan bagai cinta Qais pada Laila.
II
Tak lagi ada masa amati kerlip bintang-bintang nan jauh di angkasa.
Bertasbih memuji keagungan-Nya sambil cucurkan air mata.
Berfikir dalam memahami keindahan ayat-ayat semesta.
Llantunkan doa kehambaan dalam diam tanpa kata.
Kekasih, ampuni hamba yang kerap lalai dengan semua nikmat-Mu.
Luruskan jalan hidup hamba dengan hidayah & bimbingan-Mu.
Kuatkan hamba untuk istiqamah tunaikan perintah-Mu.
Dan kuatkan keyakinan hamba kelak akan bertemu.
III
Kekasih, dalam cinta yang masih mengandung dusta daku meminta.
Tanamkan rasa takut dalam jiwa bahwa nsiksa-Mu itu nyata.
Tanamkan jiwa ketauhidan yang pada-Mu selalu cinta.
Serta kemudahan manakala kelak menutup mata.
Hamba tak mampu miliki besarnya cinta seperti Ibrahim kekasih-Mu.
Atau seperti cinta ibu Musa hanyutkan putranya atas Ilham-Mu.
Atau Halimatus Sa'diah yang dibakar karena cinta pada-Mu.
Sungguh cintaku pada-Mu tak berharga sebutir debu.
IV
Kekasih, betapa gemetar diri dalam ketakutan akan balasan dosa.
Yang pasti akan dipertanggungjawabkan saat kematian tiba.
Tatkala harta, keluarga dan jabatan tinggi tiada guna.
Tatkala tiada seorangpun akan datang pembela.
Dalam waktu yang masih tersisa pasti akan datangnya kematian.
Dalam lemah & kurang pasrahnya diri pada pemilik kehidupan.
Dan alpanya diri kejar dunia yang berakhir dalam kefanaan.
Bermohon dengan sangat pada-Mu wahai Tuhan.
Dalam pastinya taqdir-Mu beril hamba kesempatan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar