155-2011. Kidung Sunyi Untuk Pahlawan Reformasi
(Jelang 21 Mei 1998-21 Mei 2011)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini aku menangis saksikan hasil benih yang engkau tanam.
Cita-cita mulia yang dahulu engkau perjuangkan kini tenggelam.
Di tangan mereka yang menjadi petualang politik ia terbenam.
Dan keinginanmu untuk bahagiakan rakyat telah makin suram.
Dulu cita muliamu harus ditebus dengan aliran darah dan airmata.
Ayah dan bundamu meratapi kepergian anak mereka tercinta.
Berharap agar kematianmu jadi penebus tercapainya cita.
Namun kini harapan itu telah menyimpang jauh ternyata.
II
Darahmu yang suci dikhianati mereka yang bernama politisi.
Habiskan uang pajak rakyat pergi berbelanja keluar negeri.
Sibuk kumpulkan uang berbagai sumber untuk mencalon lagi.
Bahkan memikirkan bagaimana dalam partai ciptakan sebuah dinasti.
Hari ini keadilan untuk mereka yang tak berpunya jadi barang mahal.
Bagi mereka yang kaya hukum bisa disiasati dengan seribu akal.
Sebagai narapidana kehidupan istimewa bisa didapat bakal.
Sungguh tragis kala hukum dikuasai mereka yang nakal.
III
Hari ini cita-citamu untuk membasmi KKN telah kandas.
Keluarga para politisi telah membentuk dinasti secara jelas.
Jabatan-jabatan penting dan strategis tak mungkin akan dilepas.
Tinggallah rakyat kecil yang kesulitan dan hanya bisa menghela nafas.
Betapa sedihnya, tatkala negeri yang kaya raya menjadi tak berdaya.
Sumber alam bukan dikelola malah diserahkan pada penyewa.
Rakyatnya pergi menjadi kuli dan pembantu di mancanegara.
Dalam penghinaan dan menjadi sapi perah sumber devisa.
IV
Pahlawan Reformasi, inilah negeri yang dulu kau citakan.
Dimana-mana mewabah korupsi yang ingin dulu kau habiskan.
Otonomi ciptakan raja-raja kecil yang hidup dalam kemewahan.
Dan mereka pun mengelola pemerintah bagaikan sebuah kerajaan.
Kalaulah engkau bisa bangkit dari kubur dihari ini kau akan terkejut.
Melihat penentang korupsi angkatanmu dulu kini jadi pengikut.
mungkin mereka memang terdesak atau karena takut.
Namun yang jelas tujuan mulia semula kini tercerabut.
V
Kutuliskan kidung sunyi untukmu yang telah pergi.
Memberitahukan padamu bagaimana kini wajah negeri.
Agar segala pengurbanan darahmu dahulu tidak engkau sesali.
Karena kelak akan datang generasi yang menggugat sepertimu lagi.
Sungguh malang, negeri yang di dalamnya bertumpuk kekayaan.
Namun lemahnya kepastian penegakan hukum dan pemerataan.
Semoga atas semua kedurhakaan ini tidak ditenggelamkan.
Dan datang suatu masa yang membawa kesejahteraan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
(Jelang 21 Mei 1998-21 Mei 2011)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Hari ini aku menangis saksikan hasil benih yang engkau tanam.
Cita-cita mulia yang dahulu engkau perjuangkan kini tenggelam.
Di tangan mereka yang menjadi petualang politik ia terbenam.
Dan keinginanmu untuk bahagiakan rakyat telah makin suram.
Dulu cita muliamu harus ditebus dengan aliran darah dan airmata.
Ayah dan bundamu meratapi kepergian anak mereka tercinta.
Berharap agar kematianmu jadi penebus tercapainya cita.
Namun kini harapan itu telah menyimpang jauh ternyata.
II
Darahmu yang suci dikhianati mereka yang bernama politisi.
Habiskan uang pajak rakyat pergi berbelanja keluar negeri.
Sibuk kumpulkan uang berbagai sumber untuk mencalon lagi.
Bahkan memikirkan bagaimana dalam partai ciptakan sebuah dinasti.
Hari ini keadilan untuk mereka yang tak berpunya jadi barang mahal.
Bagi mereka yang kaya hukum bisa disiasati dengan seribu akal.
Sebagai narapidana kehidupan istimewa bisa didapat bakal.
Sungguh tragis kala hukum dikuasai mereka yang nakal.
III
Hari ini cita-citamu untuk membasmi KKN telah kandas.
Keluarga para politisi telah membentuk dinasti secara jelas.
Jabatan-jabatan penting dan strategis tak mungkin akan dilepas.
Tinggallah rakyat kecil yang kesulitan dan hanya bisa menghela nafas.
Betapa sedihnya, tatkala negeri yang kaya raya menjadi tak berdaya.
Sumber alam bukan dikelola malah diserahkan pada penyewa.
Rakyatnya pergi menjadi kuli dan pembantu di mancanegara.
Dalam penghinaan dan menjadi sapi perah sumber devisa.
IV
Pahlawan Reformasi, inilah negeri yang dulu kau citakan.
Dimana-mana mewabah korupsi yang ingin dulu kau habiskan.
Otonomi ciptakan raja-raja kecil yang hidup dalam kemewahan.
Dan mereka pun mengelola pemerintah bagaikan sebuah kerajaan.
Kalaulah engkau bisa bangkit dari kubur dihari ini kau akan terkejut.
Melihat penentang korupsi angkatanmu dulu kini jadi pengikut.
mungkin mereka memang terdesak atau karena takut.
Namun yang jelas tujuan mulia semula kini tercerabut.
V
Kutuliskan kidung sunyi untukmu yang telah pergi.
Memberitahukan padamu bagaimana kini wajah negeri.
Agar segala pengurbanan darahmu dahulu tidak engkau sesali.
Karena kelak akan datang generasi yang menggugat sepertimu lagi.
Sungguh malang, negeri yang di dalamnya bertumpuk kekayaan.
Namun lemahnya kepastian penegakan hukum dan pemerataan.
Semoga atas semua kedurhakaan ini tidak ditenggelamkan.
Dan datang suatu masa yang membawa kesejahteraan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar