Rabu, 11 Mei 2011

144-2011. Ibu, Dengarlah Tangisan Jiwaku!

144-2011. Ibu, Dengarlah Tangisan Jiwaku!

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Ada keindahan abadi yang  tersimpan di relung terdalam.
Kenangan nan manis hidup bersama ibunda di masa silam.
Menetes air  mata rindu kala  terbangun di waktu malam.
Yang terbawa di saat  matahari  terbit atau disaat kelam.

Dalam matamu kuraih mutiara cinta tanpa harapkan balas.
Engkau lupakan  kepedihanmu  bagai air di daun talas.
Engkau besarkan anakmu dengan hati yang ikhlas.
Dalam cinta dan kasih sayang yang tiada batas.

II
Ibu, bibirku gemetar  kala ucapkan kata.
Tak sanggup diriku menahan airmata.
Luluh tulangku bila kau menderita.
Pada Ilahi surga bagimu kupinta.

Betapa lembutnya belaian kasih.
Tak  pedulikan  jasadmu yang letih.
Tak lelah walau  rambut telah memutih.
Dan tak tampakkan padaku jiwa yang sedih.


III
Dalam doamu yang membelah langit daku berharap.
Berilah ikhlas dan ridhomu walaupun diriku harus merayap.
Atas pengorbananmu segala kebaikan Ilahi kini ananda kecap.
Atas pentunjukmu  rahasia-Nya yang tersembunyi kini tersingkap.

Dalam doamu yang  diaminkan oleh ribuan malaikat kutitip pinta.
Beri daku waktu dan kesempatan untuk wujudkan cita-cita.
Menyerukan dakwah pada jalan Ilahi karena Allah semata.
Sampai kelak datang hari disaat daku menutup mata.

IV
Ibu, dalam rindu padamu yang  tak terucap.
Betapa  ingin pada-Nya  hamba meratap.
Kalaulah  bersujud padamu diriku siap.
Untuk keridhoanmu  yang kuharap.

Betapa ingin kuungkap rasa sayang.
Betapa ingin setiap saat diriku pulang.
Duduk  didekatmu sambil  memandang.
Sebelum  dirimu  kelak  dipanggil  pulang.

V
Ibu, Walau masa  yang  panjang telah kulalui.
Tapi  kasihmu terjaga didadaku bagai nyala api.
Menjadi  modal hidup  utama  sekaligus motivasi.
Untuk  bekalku  jalani beratnya  hidup dihari nanti.

Walau sekarang diriku telah menjadi seorang ayah.
Namun kasihku  padamu utuh dan tak terbelah.
Engkaulah sumber energi bagiku disaat lelah.
Kedua setelah kasih sayang Tuhanku Allah.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar