Minggu, 29 Mei 2011

176-2011. Syair Untuk Kekasih (4)

176-2011. Syair Untuk Kekasih (4)

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Kekasih, dihadapan-Mu bersimpuh  seorang pengembara letih.
Didalam takut dan harap ia tertunduk dengan bibir merintih.
Memohon pada-Mu berharap Engkau ulurkan cinta kasih.
Agar Engkau ampuni dosa jiwanya dan kembali bersih.

Kekasih, ia datang pada-Mu dengan wajah tertunduk.
Tak sanggup ia hadapkan hatinya yang kotor membusuk.
Cintanya  bernanah karena  lemahnya diri  sebagai makhluk.
Sungguh dosa membuat kebersihan dan kesucian jiwa terpuruk.

II
Kekasih, dipintu rahmat-Mu hamba besimpuh sebagai pengemis.
Tak mau berulang-ulang kupinta ampunan-Mu didalam tangis.
Karena  keyakinnya  bahwa  rahmat-Mu tak  pernah habis.
Walaupun pembangkangan dan dosa manusia berlapis.

Kekasih, betapa takutnya  ketika kelak menghadap-Mu.
Sebesar debu pun  dosa hamba tak  terlepas  dari hisab-Mu.
Kemutlakan untuk menyiksa atau mengampuni makhluk  pada-Mu.
Sungguh betapa hamba berharap kemurahan satu-satunya pada-Mu

III
Kekasih, di pintu rahmat-Mu menghiba seorang hamba yang miskin amalan.
Is sesali perjalanan hidupnya yang bernoda dosa dan pelanggaran.
Berharap belas kasih-Mu akan memberikan secercah harapan.
Kesalahan yang dilakukannya akan mendapat ampunan.

Kekasih, dihadapan-Mu bersimpuh  hamba tak berharga.
Yang  berharap  Engkau  karuniakan  baginya  balasan surga.
Berilah ia ampunan sebagai musafir yang menyerah karena dahaga.
Yang akui segala kesalahan  selama hidupnya dan  pasrah jiwa dan raga.

IV
Kekasih, terbayang dimata hamba-Mu betapa panas dan sempitnya kubur.
Dan betapa  cepatnya kulit dan  daging akan  hancur  seperti bubur.
Berilah ampunan-Mu agar  dalam sendiri  kelak  hamba terhibur.
Karena Engkau pemilik segala kemutlakan yang tak terukur.

Ampuni hamba wahai Yang Maha Ghaffur.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

175-2011. Ayah, anakmu rindu (2)

175-2011. Ayah, anakmu rindu (2)

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Ayah, ingin kuceritakan pada-Mu tentang perih yang sesakkan dada.
Ingin kudatang ke kuburmu ceritakan semua kesakitan dan duka.
Inginnya aku duduk bersimpuh didepanmu tundukkan muka.
Mengadukan semuanya seperti tatkala engkau masih ada.

Betapa kuingat tajam sinar  matamu bagai mata elang.
Kokoh dan tegar hadapi  apapun yang  menghadang.
Menyerah dalam hidupmu  adalah  sebuah  pantang.
Semua terlukis dalam jiwa sampai engkau berpulang.

II
Betapa kuingat wajah kukuh yang menatap hangat.
Sosok yang jalani hari-hari dengan penuh semangat.
Tak peduli panas dan terik matahari yang  menyengat.
Penuhi nafkah keluarga lah tujuan yang selalu kau ingat.

Ayah, aku tahu kalau aku tak  setegar ayah jalani hidup ini.
Dalam diriku   kelembutan  ibunda  dan  ketegaranmu  berbagi.
Terkadang dalam gemuruh pedih dalam dada aku menangis sendiri.
Dan kuadukan segalanya pada Ilahi Robbi, Tuhan yang Maha Pemberi.

III
Ayah maafkan anakmu tak mampu tegar seperti ayah jalani kehidupan.
Kadang diriku sempat lalai mengurus ibunda yang engkau titipkan.
Kadang nasehatmu dahulu agar lurus jalani hidup terlalaikan.
Maafkan aku tak mampu jalani semua yang diamanahkan.

Ayah, betapa kini aku tahu betapa beratnya amanah.
Di dunia dan akherat putra-putriku  adalah amanah.
Kelak  pertanggungjawabanku  pasti akan ditanya.
Dan merekalah yang  membuatku mulia atau hina.

IV
Ayah,usiaku telah dekat  kala engkau berpulang.
Kini  kerapuhan  tubuhku terasa  di tulang-tulang.
Isyarat kalau maut dan kubur tak lama kan datang.
Itulah  takdir Ilahi yang tak mungkin  untuk dihadang.

Ayah, maafkan anakmu jarang mengunjungi kubur sunyi.
Karena datang padamu  bukakan goresan  lama dalam hati.
Membuat airmataku selama duapuluh tahun akan mengalir lagi.
Biarlah, kudoakan agar engkau mendapat kebahagiaan disisi Ilahi.


Anakmu


Hamdi Akhsan

174-2011. Negeri Yang Sekarat II

174-2011. Negeri Yang Sekarat II

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Lihatlah tangan-tangan gemetar tengadah harapkan belas kasihan.
Ironi sebuah  kepapaan  ditengah  mobil mewah berseleweran.
Didekat  gedung  megah  dengan  fasilitas dan  kesenangan.
Mereka hidup  dalam  kemiskinan di kolong  jembatan.

Ironi sebuah negeri dengan azas keadilan sosial.
Dasar  negara  yang  hanya  sebatas  dihafal.
Atau memang cara berfikir kita yang dangkal.
Atau karena memang penguasa kurang akal.

II
Betapa empuk dan enaknya kursi kekuasaan.
Dari keringat jutaan rakyat dalam kemelaratan.
Dari setoran berbagai jenis pajak yang dipaksakan.
Dan tinggal rakyat miskin papa dalam ketakberdayaan.

Sungguh menggiriskan negeri yang didalamnya banyak kekayaan.
Kala amanah dan jabatan kepemimpinan diperlombakan dan dipestakan.
Yang sedang berkuasa membentuk dinasti sambil  mengeruk banyak kekayaan.
Betul-betul sebuah  pengkhianatan  pada cita-cita  proklamasi  yang tak  termaafkan.

III
Kurindukan jiwa-jiwa pemimpin yang takut dengan kehinaan hidupnya kelak di akherat.
Yang bekerja keras sejahterakan kehidupan rakyatnya yang miskin dan melarat.
Yang tegakkan kepala terhadap pendiktean standar ganda negara barat.
Dan terhadap tipu daya para penipu dan  penjilat ia tidak terjerat

Kasihan, jurang miskin dan kaya kini makin menganga.
Mereka yang tak punya banyak uang teraniaya.
Harta yang banyak jadi standar hidup mulia.
Dan kepada pemimpin rakyat  tak percaya.

IV
Betapa berat  bangkit dari  keterpurukan.
Tatkala yang berkuasa  miskin keteladan.
Kata dan perbuatan selalu  bertentangan.
Kumpulkan  harta benda  dan perhiasan.

Seorang murid yang lugu terus  bertanya.
Apakah pemimpin negerinya beriman taqwa?
Menjadi penghalang  maksiat amalan agamanya.
Seiring dan  sejalan antara  kata dan  perbuatannya.

V
Yang muncul hanyalah jawaban standar hampa tak berwibawa.
Karena segala lini telah bertumpang tindih yang benar dan yang salah.
Orang baik yang tidak sejalan tanpa disangka  bisa dimasukkan ke  penjara.
Dan mereka yang menimbun harta dengan segala cara kemana-mana bersuka ria.

Akankah ada suatu masa dimana keadilan sosial  dan hukum akan bisa ditegakkan?
Para pemimpin dicitai rakyatnya karena sejalan antara kata dan perbuatan.
Hukum berdiri tegak sehingga  pada semua memberikan rasa aman.
Maka negeri tercinta ini akan dirahmati dan dilindungi Tuhan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

173-2011. Kepada Sungai, Gunung, dan Lembah

173-2011. Kepada Sungai, Gunung, dan Lembah

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Kepada sungai yang kini kering dan keruh aku bertanya.
Kemana  dahulu airmu yang  jernih  dan melimpah.
Dimana dulu ikan-ikan yang sering bercanda.
Kemana perginya batu-batumu yang indah.

Kemana  perginya rakit-rakit tempat mandi.
Pohon ara yang dahulu rindang kini tiada lagi.
Burung-burung pemangsa ikan pun kini telah sunyi.
Keseimbangan alam yang harmoni pun kini telah berganti.

II
Kepada  lembah yang  jadi padang tandus  aku bertanya.
Pohon-pohon pendingin udaramu pergi kemana.
Tak terdengar lagi adanya raja di rimba raya.
Dan kicau burung dipagi hari sepilah sudah.

Tiada lagi riuhnya lomba kodong bernyanyi.
Atau suara jangkrik memecah malam nan sepi.
Atau suara burung hantu  bikin bulu roma berdiri.
Sungguh indahnya rimba raya tak mungkin terwujud lagi.

III
Kepada gunung yang masih menjulang tinggi aku bertanya.
Air terjun yang jernih dan indah dulu pergi kemana.
Jurang-jurang yang dalam dulu ditutupi siapa.
Dan tanah  runtuhi pemukiman karena apa.

Dimana kini karang-karang kokoh bagai paku?
Apakah dimusnahkan seiring perjalanan waktu.
Kemana lereng indah dan menghijau yang ada dulu.
Dimana  burung elang yang dahulu bersarang dipuncakmu?

IV
Mengapa kalian hanya  diam dan seolah sinis bila kutanya?
Apakah karena  hanya ada satu  jawaban pastinya.
Akibat nafsu manusia dengan keserakahannya.
Hancurkan keseimbangan tanpa disadarinya.

Sungguh  bahaya keserahan dipertuhankan.
Bukan diambil  sebatas perlu namun dihabiskan.
Untuk keseimbangan dan generasi nanti tak difikirkan.
Yang penting nafsu yang tak terbatas dapat dilampiaskan.

Ampuni kami wahai Tuhan, atas semua keserakahan!


al Faqiir


Hamdi Akhsan

Sabtu, 28 Mei 2011

172-2011. Syair Harapan Seorang Ayah

172-2011. Syair Harapan Seorang Ayah

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan


I
Betapa irinya daku pada kebanggaan seorang ayah syuhada.
Yang telah serahkan putranya  bertransaksi berhadiah surga.
Serahkan  hidup dalam  perjuangan  melawan  para penjajah.
Membela  Islam di  Afghanistan, Iraq, dan   Negeri  Palestina.

Kalian adalah putra yang lahir dari benih ayah yang beriman.
Yang menyadari  betapa anak-anak adalah titipan Tuhan.
Pada-Nya para putra tercinta telah mereka serahkan.
Sebagai investasi yang akan  berbalas keridhoan.

II
Hatiku  sedih melihat  pemimpin  negeri Islam.
Betapa harga diri mereka telah remuk redam.
Dihina dan dilecehkan musuh  hanya terdiam.
Mengkirik bagai elang yang takut pada ayam.

Mana  ada elang  berbaik  hati  pada  mangsanya.
Atau harimau yang menganggap  sahabat pada rusa.
Sungguh  keadaan yang  membuat  negeri Islam terhina.
Dan membuat negeri muslim tetap lemah dan  tidak berdaya.

III
Anakku, bila  engkau ingin membela saudaramu yang dizalimi.
Pergilah dengan doa dan keteguhan walau tak kembali.
Jadilah engkau hidup dalam ridho dan cinta Ilahi.
Dan  menjadi tabungan ayah di hari nanti.

Anakku, sungguh ayah hanya hamba yang dititipi.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

171-2011. Kutitipkan pinta melalui para "tentara-Mu"

171-2011. Kutitipkan pinta melalui para "tentara-Mu"

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Kekasih, kutitipkan pinta ampunan-Mu lewat tangan para yatim yang tengadah.
Kumintakan berkah harta melalui rasa haru dan  terima kasih kaum duafa.
Kuterima doa yang tulus para orang tua yang disia-siakan anaknya.
Karena daku hanya hamba-Mu yang masih  bergelimang dosa.

Dalam  kesederhanaan  airmata seorang ibu  guncangkan langit.
Dalam  keterhinaan  doa kaum  duafa mampu  membelah bukit.
Adalah  kebaikan meminta  doa  mereka yang  tidurnya sedikit.
Lantunkan  doa dalam  dikesunyian  dengan bibir komat-kamit.

II
Kekasih, cahaya bintang  diufuk tak  lagi getarkan rasa di jiwa.
Digantikan oleh benderangnya warna-warni listrik yang begitu meriah.
Hilang Kesunyian  malam yang sadarkan agungnya Pencipta Jagat semesta.
Karena digantikan oleh lalu lalangnya  kendaraan yang  hiruk-pikuk di jalan raya.

Kekasih, lemahnya ruhani  manusia zaman kini karena  kelaparan yang dibiarkan.
Kekuatan  iman yang bermuara  ketundukan dan  cinta pada-Mu kini tergantikan.
Supremasi sanis dan teknologi hasil kerja otak  manusia  kini telah dipertuhankan.
Dan kekuatan  ajaran Ilahi dalam  menata  peradaban  zaman telah  dipinggirkan.

III
Adalah sebuah ironi, kala mendapat susah manusia berpaling mohon kepada-Mu.
Saat terlepas  dari belenggu  itu mereka  lantas tak malu  mendurhakaia-Mu.
Seperti anjing melolong dalam jepitan kayu dengan segenap rasa pilu.
Saat ditolong ia  menggigit  dan lupa  dengan yang   membantu.

Dalam  kesombongan  akal, dimasa tua  banyak yang  menyesal.
Menyadari  kemana  akan pergi  dan darimana  mereka  berasal.
Bingung karena  menyadari betapa  sedikitnya  membawa bekal.
Menghadap  pada-Nya  Pemilik  Surga dan Neraka yang kekal.

IV
Kekasih, hari ini kutitipkan pinta  melalui para tentara-Mu di bumi.
Para yatim, ahli sedekah, ahli  tahajjud, dan ulama   rendah hati.
melalui para ibu yang ikhlas mencintai anak-anaknya di jalan Ilahi.
Dan melalui  para pencinta  jalan hidup Rasul  dan Sahabat sejati.

Berilah kami kami  perlindungan dan syaitan dan bala tentaranya.
Jauhkan kami  dari kesyirikan yang  membutakan pada akhirnya.
Lindungi iman   kami dari para  pendurhaka yang  semena-mena.
Dan  berilah kami kelapangan di  kehidupan  akherat  dan dunia.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

48-2011. Ketamakan Akhir Zaman

48-2011. Ketamakan Akhir Zaman

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Hari ini, kukirimkan karangan mawar hitam tanda berkabung atas matinya keadilan.
Bagi rakyat jelata ia telah begitu mahal bagaikan untaian permata intan.
Bagai mencari jarum ditengah  hamparan jerami di persawahan.
Sungguh  betapa sulitnya hidup dalam naungan Tuhan.

Betapa  alam telah  berikan pelajaran berharga.
Tentang bijaknya prilaku  penghuni rimba.
Keseimbangan pun tetap terjaga.
Dan terjauh  sifat serakah.

II
Adalah sebuah  perbedaan.
Kala tujuan  dibungkus ketamakan.
Ganasnya nafsu manusia melebihi hewan.
Segala kekayaan yang ada pun ingin dihabiskan.

Betapa ketidakadilan  telah lahirkan  banyak  kezaliman.
Peringatan  Ilahi  melalui   peristiwa  alam pun  dikesampingan.
Tanda-tanda ketakseimbangan kehidupan yang terjadi disepelekan.
Maka tinggallah waktu manusia bumi akan rasakan azab dan kehancuran.

III
Pembangkangan pada perintah Ilahi  suburkan  sifat sombong dan tamak.
Manusia yang tak berdaya dan lemah diperlakukan bagaikan budak.
Suburkan keserakahan  pada harta dan perkuat sifat congkak.
Dan terhadap  isyarat-isyarat  yang  akan  seolah pekak.

Iblis tertawa dengan bertambahnya balatentara.
Terkabul sudah ribuan tahun semua  cita-cita.
Untuk  menambah  pasukan  pendurhaka.
Untuk jadi penghuni  lembah  neraka.

IV
Dalam  sekaratnya  peradaban akhir.
Dengan hampanya agama bak orang fakir.
Dan dalam  lemahnya alunan  kidung  ahli zikir.
Sedikit manusia kelak yang selamat di Yaumil Akhir.

Sungguh hidup dunia  bagai anggur  memabukkan.
Memberi kegembiraan dan tipuan kesenangan.
Membuat lupa pada pertanggung jawaban.
Yang kelak pasti manusia akan benarkan.

Al faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 25 Mei 2011

169-2011. Kekasih, Ampuni hamba-Mu!

169-2011. Kekasih, Ampuni hamba-Mu!

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I.
Kekasih, ampunilah lidahku yang banyak menabur dusta.
Ampunilah kelemahanku yang masih banyak berbuat nista.
Ampunilah  pandanganku yang tak sanggup menahan mata.
Ampunilah ketak istiqamahanku pada-Mu dalam utuhnya cinta.

Betapa seringnya, bersilang antara doa dan perbuatan hamba.
Karena nafsu yang tak mampu ditolak dan sifat yang lengah.
Karena tergiur dengan indahnya perhiasan-perhiasan dunia.
Dan tak  sadar kelak  dipertanggunjawabkan kepada-Nya.

II
Dalam kesenyapan dan dinginnya malam jiwa merintih.
Tangisi melekatnya noda yang mengotori jiwa nan putih.
Ratapi lemahnya diri dalam kehidupan duniawi akan tersisih.
Walaupun ruh nan suci dalam kesalahan dosa  selalu merintih.

Bait-bait suci firman-Mu menjadi  hiburan yang  menyejukkan.
Dalam kelemahan  dosa seorang hamba terbuka ampunan.
Segala dosa dan kesalahan hamba kelak akan dilupakan.
Asalkan  taubat dan istighfar  dalam hidup ia lakukan.

III
Mengapa  jiwa tak lembut sebagaimana  para pencinta.
Yang saat tadahkan tangan selalu diikuti cucuran airmata.
Yang dalam  sesenggukan tak sanggup lagi merangkai kata.
Kecuali memohon rahmat Ilahi dan dijauhkan dari derajat nista.

Kurindukan pembelaan  ayat-ayat suci dalam  sempitnya kubur.
Kurindukan pembelaan amal karena jalankan akhlak nan luhur.
Sadari  betapa kelak  tiada sanak  keluarga yang menghibur.
Dan siapapun akan sesali semua  kesalahan yang terlanjur.

IV
Kekasih, dalam lemahnya diri dan kecintaan materi.
Inilah  permohonan hamba  pada-Mu wahai Ilahi.
Berilah hamba keimanan yang tak berubah lagi.
Selalu  ingat  perjumpaan  dengan-Mu  pasti.

Pada-Mu jua hamba berserah diri.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

168-2011. Pada-Mu Jua (3)

168-2011. Pada-Mu Jua (3)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kekasih,
Kepada-Mu ingin pulang  seorang pengembara letih.
Pakaiannya ternoda  penuh debu yang dahulu putih.
Dalam takut dan malu ia tertunduk berjalan tertatih.
Dan  sesekali  mulutnya  lantunkan doa dalam rintih.

II
Ia cucurkan airmata sambil memandang bintang-bintang  jauh di angkasa.
Mencari sebuah rahasia keghaiban tentang wujud neraka dan surga.
Mencari tahu mengapa  orang duafa pancarkan cahaya bahagia.
Bertanya mengapa pada titipan yang hilang hatinya berduka.

Dalam langkah pasti menuju gelap dan sempitnya kubur.
Dalam  kepedihan  jiwa yang  buat  airmata mencucur.
Dalam  berada yang  terkadang  ia kurang  bersyukur.
Bermohon ia ampunan  pada-Mu Wahai Yang Ghafur.

III
Kekasih,
Kelak tatkala semua yang dicinta harus ditinggal pergi.
Dan setiap jiwa yang  berdosa akan meratap menyesali.
Bemohon dengan sepenuh jiwa daku pada-Mu Ilahi Robbi.
Berilah  kesempatan untuk kumpulkan paha  selama ada hari.

Kini mata hamba telah rabun  mengikuti  sunah  sebuah kefanaan.
Sesuatu yang belakangan datang padanya mulai pergi secara perlahan.
Tulang-tulangnya  mulia rapuh  dan jasad  pun kadang terkapar keletihan.
Sungguh perjalanan waktu membuatnya tambah yakin jumpa dengan Tuhan.

IV
Kubur-kubur sunyi kini telah menanti dalam abadinya kefanaan makhluk bumi.
Kelak akan  dibangkitkan dalam  kehidupan  setelah dunia  yang abadi.
Wujud  janji Ilahi  Sang Maha  Pencipta yang akan  dijumpai pasti.
Itulah pembalasan yang  akan didapat diakhir kehidupan nanti.

Dalam cinta yang  masih bercampur dusta dan ketakikhlasan.
Bermohon hamba ampunan dan kasih sayang darimu Tuhan.
Masukkan hamba ke dalam golongan yang Engkau muliakan.
Dan Jauhkanlah  hamba dari  mereka yang  Engkau hinakan.

V
Kekasih, betapa iman diri tak sebesar debu para pencinta-Mu.
Namun tetaplah hamba meminta ampunan dan kasih sayang-Mu.
Bermohon kelak mendapat safaat melalui Rasul tercinta Kekasih-Mu.
Agar hamba ini selamat  dari beratnya siksa dan kepedihan Neraka-Mu.

Robbana, Jangan balasi hamba dengan keadilan-Mu,
namun kasihi hamba dengan ampunan-Mu.
Amien!


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Selasa, 24 Mei 2011

167-2011. Anakku, Semua Telah Berubah!

167-2011. Anakku, Semua Telah Berubah!

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Anakku,
Tak lagi kudengar teriakan anak-anak yang bermain dibawah terangnya bulan.
Atau obor-obor yang di sulut sepulang mengaji untuk menerangi jalan.
Atau kidung doa ibu-ibu yang  mengasuh anaknya dalam buaian.
Dan bibir mungil yang hafalkan nama nabi dengan nyanyian.

Dalam modernya peradaban baru semua telah berubah.
Figur pahlawan yang membanggakan sudah tak ada.
Mereka sudah tidak lebih terkenal dari pemain bola.
Dan tak  dikagumi baki artis yang  lantunkan nada.

II
Kini, tak lagi ada gotong-royong yang  tulus ikhlas.
Setiap jasa baik yang dilakukan akan harapkan balas.
Pencari ilmu pun targetkan nilai hingga tak membekas.
Sungguh hidup  yang dirahmati  kini telah  berubah buas.

Mengapa kini  keyakinan akan  pahala akherat  makin menipis.
Terkadang untuk timbulkan rasa kasihan pun pura-pura menangis.
Alasan pun dibuat sedemikian rupa dengan dalilnya yang berlapis-lapis.
Tatkala ada perselisihan semua dibangkilkan  kembali  dan amalpun terkikis.

III
Anakku, zamanmu sekarang  adalah masa  penuh dusta dan  fatamorgana.
Rasionalisme dituhankan begitu  rupa membuat  manusia terpesona.
Makin terkikis keyakinan tentang kelak pembalasan di alam sana.
Dan para  pencinta yang istiqamah  secara duniawi  merana.

Betapa manusia  harus ingat dengan kehidupan akherat.
Didalam kitab suci secara gamblang telah dibuat ibarat.
Bagai nelayan pergi malam  dan pagi harus mendarat.
Tanpa terasa waktu berlalu datanglah masa sekarat.

IV
Anakku,
Dalam sedikitnya teman yang pilih jalan kezuhudan.
Kepadamu yang kucinta ayahanda tinggalkan pesan.
Jadikan hidup duniamu bagai musafir dalam perjalanan.
Agar kelak  menghadap Ilahi engkau akan sedikit beban.

Jangan  mudah  tergoda  akan gelimang  harta duniawi.
Karena begitu sulit datang namun mudah untuk pergi.
Jalani  hidupmu di dunia  dengan  Iman dan hati-hati.
Agar kelak engkau dalam  rahmat-Nya setelah mati.
Dan hidupmu selalu dalam perlindungan Ilahi Robbi.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Senin, 23 Mei 2011

83-2011. Pandangan Untuk Negeriku

83-2011. Pandangan Untuk Negeriku

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Anakku...
ingin kuceritakan padamu tentang harga diri bangsa yang tercabik.
Yang berpacu cepat menuju keruntuhan detik demi detik.
Telinga pemegang kuasa tuli dengar jerit dan pekik.
Dan terhadap godaan materi pun tiada berkutik.

Dan kesadaran terlambat saat matamendelik.
Serta jasad kesakitan sampai melentik.
karena di panggil oleh Sang Khalik.

Sedang yang hidup tetap asyik.
Anggaranpun dikutak katik.

II
Anakku...
Tahukah kau apa tantangan.
Keterpurukan yang diperjuangkan.
Segala potensi yang ada dibangkitkan.
Rakyat yang masih terbelakang dimajukan.

Dalam harmoni yang menyatukan banyak keragaman.
Kesalahan dalam menata akan  hancurkan keseimbangan.
Perjalanan waktu membuat pemimpin makin jauh dari tujuan.
Dan bangsa ini pun akan semakin jauh tenggelam dalam kesesatan.

III
Betapa, negeri ini dikaruniakan Ilahi mempunyai kekayaan melimpah.
Sebagai wujud kasih sayang  dan banyaknya  pemberian-Nya.
Namun penghuni dan pengelolanya lantas menjadi lupa.
Maka jadilah ia negeri yang sering dilanda nestapa.

Mengapa lahan  yang  subur  tidak diolah.
Mengapa petaninya  sendiri dibuat kalah.
Diimpor bebas hewan dan aneka buah.
Kalahkan milik sendiri yang  melimpah.

IV
Sementara, pemegang amanah sibuk.
Kepada adidaya membungkuk-bungkuk.
Kekayaan alam dibiarkan saja habis dikeruk.
Tinggal  racun dan sampah yang membusuk.

Inikah makna sebuah kemerdekaan dan kebangkitan.
Negeri yang salah  urus dan berebut  sumber  kekayaan.
Penegakan dan keadilan hukum bagi rakyat  tinggal slogan.
Makin dalam jurang perbedaan orang kaya & rakyat kebanyakan.

V
Sungguh inilah sebuah kenyataan pahit yang menyesakkan dada.
Setelah enam puluh enam tahun sudah bangsa ini merdeka.
Keadilan dan kemakmuran hanya menjadi impian belaka.
Dan rakyat kecilpun hanya bisa mengeluh berduka.

Anakku, jadikan bangsa ini yang berharga diri.
Bangkit bersama agar ia mampu  berdikari.
Bukan  menghimpun kekayaan  sendiri.
Atau  segala  yang ada  dibawa lari.

VI
Jadilah generasi yang membanggakan.
Harga diri, keadilan, kemakmuran diperjuangkan.
Pengorbanan dan jasa nenek moyangmu jangan hinakan.
Agar kelak bangsa ini dihormati orang dan berada di garda depan.

Percayalah, dalam persaingan  yang ketat  tidak  ada petemanan.
Yang selalu  terjadi  adalah persaingan  dan penghisapan.
Yang berhasil menjadi bangsa yang dikedepankan.
Dan yang gagal akan hancur dengan impian.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

82-2011. Masa Pun Berlalu

82-2011. Masa Pun Berlalu

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Kekasih...
Dengarlah madahku didalam galau,
menangis karena rindukan Engkau,
bagai  rindunya  si anak  rantau,
pada ibunda di seberang pulau.

Masa mudanya telah berlalu,
rambut rontok tulangpun ngilu,
otot tubuhpun terasa kaku,
jiwanya letih dimakan waktu.

Jalan yang panjang telah dititi,
sedih gembira pendam dihati,
bersiap hamba menuju mati,
bagai gugurnya bunga melati.

II
Kekasih...
Berharap diri tak putus asa.
jalani umur masih tersisa.
Lamanya hidup banyak dirasa.
terkadang perih seperti bisa.

Kulit pun telah mulai keriput,
dihati lain dengan dengan disebut,
wudhu pun sudah mudah terkentut,
pertanda akan datangnya maut.

Nama orang pun mulai lupa,
badan pun letih seperti ditimpa,
perut pun gendut seperti dipompa,
belanja kadang bingung berapa.

III
Terkadang muncul sesal dihati,
mengapa dulu tak hati-hati,
dikubur sudah cita yang tinggi,
biarlah kelak dibawa mati.

Menjadi tekad kepada anak,
setinggi cita silah menapak,
akan didukung ibu dan bapak,
selama nyawa belum disintak.

Waktu berlalu biar berlalu,
pergilah jauh hati yang pilu,
itulah doa dimalam dalu,
semoga mati tidaklah malu.

IV
Betapa banyak angan yang ada,
tetapi sadar usia sudah,
biar dipendam didalam dada,
sampai kelak menutup usia.

Kepada engkau bunga yang mekar,
jadilah insan selalu sadar,
nafsu diturut tak pernah kelar,
kerja keraslah supaya besar.

Berhati-hati dalam melangkah,
kalau terjatuh kan bisa patah,
berjuang jangan mudah menyerah,
jangan menentang perintah Allah.

V
Yang sudah biar jadi kenangan,
kubuang jauh tingginya angan.
biarlah hanya jadi tangisan,
berharap bahagia kelak didepan.

Sesal yang ada  disimpan dalam.
walau menangis dikala malam,
bagaikan batu jatuh tenggelam,
hilangnya jauh saat didalam.

Pada Ilahi doa kususun,
atas ibadah yang kurang tekun,
Atas kurangnya syarat dan rukun,
Semoga kelak diberi ampun.


al Faqiir


Hamdi Akhsan

Minggu, 22 Mei 2011

166-2011. Surat Terbuka Untuk Para Orang Tua

166-2011. Surat Terbuka Untuk Para Orang Tua

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Tak lagi kutemui obor-obor merah dan celoteh jiwa-jiwa suci pulang dari mengaji.
Tiada lagi terdengar indahnya kicau burung  menembus embun di pagi hari.
Hilang pula derau gesekan batang bambu dihembus angin malam hari.
Bersama redupnya cahaya ruhani dan kendurnya tali silaturahmi.

Kini embun pagi nan sejuk telah bercampur polusi udara.
Asap hutan terbakar setiap saat memedihkan mata.
Penyakit baru karena bahan kimia pun melanda.
Dan  kekotoranpun  melanda sucinya  jiwa.

II
Rumah  tempat tinggal  tak lagi  jadi surga.
Karena kelelahan dan hanya tinggal sisa tenaga.
Hanya untuk makan dan tidur habis perjalanan usia.
Dan kasih sayang didalamnya menjadi kering dan hampa.

Di balik dinding tebal nan mewah  kitab suci terkapar berdebu.
Yang taat ibadah disana hanya  orang-orang tua  serta pembantu.
Pemiliknya  bekerja kumpulkan  uang, emas  permata, dan batu-batu.
Sungguh rahmat Ilahi  telah menjauh dari rumah yang dikelola seperti itu.

III
Waktu terus berjalan, dalam tawa dan canda ada kepedihan yang tertahan.
Generasi penerus rapuh karena pendidikan agamanya tak diperhatikan.
Orang tua hanya menyuruh belajar tanpa memberikan keteladanan.
Tinggallah kini generasi penerus yang hidup dalam kebingungan.

Betapa banyak orang tua yang lupakan pendidikan tradisi.
Yang juga tak  menyadari bila iman tak  dapat diwarisi.
Lupakan betapa berat pertanggung jawaban nanti.
Terhadap anaknya yang telah diamanatkan Ilahi.

IV
Belumlah  terlambat  bagi yang ingin  berbuat.
Mendidik anak supaya iman dalam dirinya terpahat.
Membekas dalam jiwa mereka keteladanan dan nasehat.
Sebagai modal orangtua dalam pertanggungjawaban akherat.

Betapa kenikmatan duniawi sering membuat jiwa manusia jadi terlena.
Lupa bahwa yang dilakukan kelak   dipertanggung jawabkan dialam sana.
Anak dan harta merupakan cobaan yang akan membawa ke neraka atau jannah.
Yang kelak  akan membuat orangtuanya mendapat kemuliaan atau akan abadi terhina.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

151-2011. Izinkan Daku Mengadu

151-2011. Izinkan Daku Mengadu.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kekasih, izinkan hamba bertanya pada sebuah generasi yang kini hadir.
Sanggupkah  mereka istiqamah dijalan-Mu untuk jalani taqdir.
Sebarkan hidayah-Mu di bumi bagaikan air mengalir.
Sampai kelak Kehidupan mereka akan berakhir.

Kini bumi-bumi sumber hidayah telah tercemar.
Kekayaan minyak yang luarbiasa menyembur keluar.
Menjadikan negeri mereka makmur dan kaya tak pernah lapar.
Serta membuat kehidupan mereka sekarang tak lagi jadi badui yang liar.

II
Dalam  sejarah banyak  sudah peristiwa yang  terjadi pada umat dahulu.
Peringatan dan musibah sering dianggap sebagai angin lalu.
Hati mereka telah mengeras seperti kerasnya batu.
Dan Azab Ilahi pun akan datang di negeri itu.

Malam?sedikit  dari mereka  bangun munajad.
Banyak  yang  sibukkan diri  mengumbar  syahwat.
Bersenang-senang  dengan segala  makanan yang lezat.
Sungguh  betapa  malang para budak syaitan yang terjebak  muslihat.

III
Segala bentuk permainan yang menghabiskan waktu telah diciptakan.
Oleh mereka yang menjadi prajurit setia tentara syaitan.
Tak sadar masa muda yang berpotensi terlalaikan.
Dan kelak akan  terjadi padanya  penyesalan.

Sungguh  waktu hidup berlalu bagaikan kilat.
Baru sebentar telah datang jemputan sang malaikat.
Maka datanglah masa yang menjadi pemutus segala nikmat.
Dan kesadaran akan ruginya waktu yang terbuang datang terlambat.

IV
Tuhan telah bersumpah dengan sesuatu yang manusia harus waspada.
Waktu yang berlalu jangan dimanfaatkan untuk hal yang salah.
Isilah ia dengan iman dan aktivitas hidup yang berharga.
Agar  bermanfaat  maksimal dan  tidak tersia-sia.

Pada-Mu kuadukan ketakmampuan diri menyeru.
Agar bangkit memegang supremasi dunia bak masa lalu.
Sejarah berulang dan bumi bercahaya dalam lindungan sinar-Mu.
Dan umat manusia akan berbahagia dalam cinta, hidayah dan inayah-Mu.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

165-2011. Andai Sang Hamba Tahu.

165-2011. Andai Sang Hamba Tahu.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Andai sang hamba tahu takdir yang akan dituju.
Tak kan ada  tangis didada  dalam ratapan doa tersedu.
Tak akan ada harap untuk mereka yang celaka di akhir waktu.
Pasti kan ada tangisan  manusia yang jalani  hidup dengan hati pilu.

Sungguh beruntung manusia yang  ditutup pengetahuan masa depan.
Baik sangka dan optimis  pada Allah akan terus  terbawa jalani kehidupan.
Yakinkan diri bahwa dengan usaha dan doa ia akan diberi kelapangan jalan.
Dan dalam ketidakpastian dan ketidaktahuan  tersimpan segudang harapan.

II
Andai manusia  tahu  akan  menjadi  apa takdir  mereka  pada  akhir  hidupnya.
Sebahagian besar manusia akan banyak berbuat maksiat sebelum kematian tiba.
Bersenang-senang menjalani kehidupan dan baru  bertaubat  menjelang binasa.
Dan akan  menumpuk segala prilaku yang didalamnya terkandung banyak dosa.

Sungguh beruntung  karena masa depan tetap menjadi suatu ketidakpastian.
Hingga manusia terpisah jadi dua golongan dengan masing-masing ganjaran.
Bagi mereka  yang taat  dan patuh  ganjaran  surga akan  Tuhan  berikan.
Dan bagi para pendurhaka tentu  neraka jahanam akan Tuhan azabkan.

III
Andai tidak diberinya kelengkapan pada manusia sifat pelupa.
Tentulah  kesedihan  takkan  berkurang  sepanjang masa.
Airmata dihari ini akan  sama  dengan airmata hari lusa.
Manusia akan tetap merasa  sedih dan menderita.

Terima kasih Ya Robb, atas semua nikmat.
Ampuni jiwa hamba atas laku maksiat.
Berilah hamba iman yang kuat.
Bekal kelak saat kiamat.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

Sabtu, 21 Mei 2011

131-2011. Maafkan Aku-II

131-2011. Maafkan Aku-II

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Maafkan daku manakala kematian menjemputku.
Atas ketakmampuan diri untuk penuhi janjiku.
Untuk tuntun hidupmu sebagai pemandu.
Untuk mendampingi lalui masa tuamu.

Maafkan daku,atas segala kekurangan.
Atas segala  kekeliruan dan kekhilafan.
Atas  kelemahan  dan ketakmampuan.
Atas balasan dariku yang tak sepadan.

Maafkan daku kurang berterima kasih.
Atas  perjalanan hidupku yang tak bersih.
Atas Dosa dan  pelanggaran yang kini masih.
Dan beum sepenuh taat  pada Yang Pengasih.

II
Maafkan aku, yang sering memendam sendiri kepedihan.
Yang kerap  menahan remuknya  hati dalam kesendirian.
Yang banyak  menyerahkan hidup  pada garisan tangan.
Dan bertahan jalani  semuanya  dalam sisa-sisa  serpihan.

Maafkan aku, yang bicara dalam mulut membisu.
Yang ucapkan seribu kata seperti orang gagu.
Yang tak bisa  rangkai  kalimat-kalimat rindu.
Dan sangat rapuh walaupun seperti batu.

III
Maafkan daku, yang sembunyikan ragu.
Yang ingin  kepedihan  segera  berlalu.
Yang hanya  bicara  dengan langit biru.
Karena  tiada tempat  untuk mengadu.

Dalam diam yang menciptakan sayatan.
Dalam   sunyi  yang  lahirkan  kesakitan.
Dalam perih yang  perdalam kepedihan.
Kuserahkan segalanya pada-Mu Tuhan.

IV
Maafkan daku tak sanggup mendampingimu dalam perih.
Maafkan aku yang tak tahu bila engkau merintih.
Maafkan aku yang tak tahu dirimu sedih.
Maafkan daku Sang Wahai Kekasih.

Dalam lemah pasrahkan dirimu pada kekuatannya-Nya.
Dalam kesendirianmu yakinlah pada kesertaan-Nya.
Dalam  lemah  yakinlah  pada  pertolongan-Nya.
Karena semua putusan terbaik ada disisi-Nya.

V
Maafkan aku  membuat  kesedihan dihatimu.
maafkan aku yang telah mengoyak kembali lukamu.
Maafkan aku yang tak dapat memahami utuh isi hatimu.
Dalam  ketakmampuan ini, berserah  dirilah pada Tuhan-Mu.

Ilahi, kami harapkan pertolongan-Mu.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

149-2011. Tentang Marah Yang Membakar

149-2011. Tentang Marah Yang Membakar

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Betapa aku tak sadar malam ini syaitan telah bersorak.
Tatkala  terlontar dari  nafsuku  amarah yang bergejolak.
Dada yang sesak dibakar  panasnya api yang  menggelegak.
Dan menjadikan  kedekatan dan kebaikan dihati menjadi retak.

Betapa jahatnya amarah telah membuat nero membakar Roma.
Hulagu Khan pun jadikan sungai Eufrat jadi genangan darah.
Ariel Sharon penjagal lakukan pembantaian Sabra  Satila.
Sungguh kemarahan pasti lahirkan prilaku yang tercela.

II
Amarah bakar  kebaikan bak  hangusnya  padang  ilalang.
Membuat timbunan kebaikan nyang diberi menjadi hilang.
Mata yang teduh punn akan  memerah bagai mata elang.
Sungguh ia  menguatkan  nafsu  sehingga  makin jalang.

Tiada kehangatan dan kasih  sayang  dalam amarah.
Membuat jiwa yang tenang berubah jadi gelisah.
Ciptakan  noda  hitam  kotori  indahnya  rasa.
Dan disesali  kelak  setelah  badan  binasa.

III
Amarah nafsu bagai  api  yang  membakar.
Yang semula mudah lantas berubah jadi sukar.
Runtuhkan kekuatan yang dimiliki jiwa yang tegar.
Menutup pintu kebaikan dan jauhkan hati yang sadar.

Amarah yang lahir karena harga diri agama disebut Ghirah.
Membuat para pencinta Ilahi berjuang tak pernah menyerah.
Walau hidupnya  harus berakhir syahid dan  bersimbah darah.
Sepanjang hidup keikhlasan dan kerinduan pada-Nya tercurah.

IV
Amarah syaitan lahirkan dendam, kenekadan & penyesalan.
Ciptakan rasa ragu  melangkah untuk  mencapai tujuan.
Surutkan tekad dengan niat yang telah ditanamkan.
Seperti duri yang halangi insan dalam perjalanan.

Jauhkan diri dari  amarah yang  melemahkan.
Jalan seperti itu  akan jauh dari Ridho Tuhan.
Kecuali karena  Agama yang dipertahankan.
Namun  tetaplah  harus ikuti perintah  Tuhan.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

158-2011. Kala Semua Telah Berakhir

158-2011. Kala Semua Telah Berakhir

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kekasih.
Menetes airmataku kala kulewati kubur-kubur sunyi.
Disana bersemayam jasad yang dulu begitu gagah di bumi.
Ada yang  hidup senantiasa berorientasi pada kepemilikan materi.
Dan ada  manusia yang berusaha jalani hidup  dengan meniti jalan Ilahi.

Kini tiada beda, mereka semua bersemayam di bawah gundukan tanah.
Yang tinggal dan berguna  hanya catatan hidup  selama di dunia.
Ada yang kala manusia teringat munculkan sumpah serapah.
Dan ada pula yang mengenang banyak kebaikannya.

II
Kekasih.
Kala semua telah berakhir, betapa  sedikitnya bekal ini.
Betapa jauhnya  kelak jalan panjang yang harus kulalui.
Betapa lama masa abadi nanti yang harus hamba jalani.
Dalam  hitungan kefanaan  hidup makhluk alam materi.

Kala  semua berakhir, tiada  kawan  akan menemaniku.
Tiada lagi anak yang akan merawat dalam ketakberdayaanku
Tiada sapaan teduh lagi  yang akan menentramkan jiwa gelisahku.
Semua akan hilang terkubur didalam tanah yang dihimpit dengan batu.

III
Tiada tempat  berkeluh kesah dalam beratnya  kehidupan yang dijalani.
Tiada pula  nasehat yang  akan datang  agar senantiasa ingat diri.
Setelah semua pergi tinggalkan kubur tinggallah sendiri sunyi.
Sampai  kelak  semuanya berakhir  karena datangnya hari.

Mengapa  hampir setiap jiwa terjebak  mengejar yang fana.
Lupa pada persiapkan diri tuk kembali pada sang pencipta.
Sibuk mengejar duniawi dan dinini bobokkan oleh cita-cita.
Sampai  terkejut diri  ketika datang  panggilan  serta-merta.

IV
Kekasih, Betapa malang hidup hamba-Mu ini bila tetap lalai.
Kelak para pendurhaka  menghadap-Mu  dengan tubuh gontai.
Seperti  pesakitan yang sudah  tahu hukuman ia  tertunduk terkulai.
Tiada pembela, tiada ibu yang dahulu kala sedih akan datang membelai.

Ampuni hamba-Mu yang telah  terpesona oleh hebatnya  godaan dunia.
Tak sadar usiadiri  bertambah  dan perlahan jasad ini  kian menua.
Bagai musafir diujung perjalanan, jasad kini mulai terasa lelah.
Dan hari yang pasti akan datang pada-Mu kelak kan tiba.

Al Faqiir

Hamdi akhsan

164-2011. Jangan Tangisi Dia Yang Pergi

164-2011. Jangan Tangisi Dia Yang Pergi

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Adalah jiwa yang bergetar dalam sesal dan tangisan.
Wujud hampanya buah cita yang diharapkan.
Berbeda antara harapan dan kenyataan.
Sebagian wujud taqdir dijalankan.

Umur manusia,diakah yang pergi?
Waktu yang telah hilang jangan tangisi.
Kenangan  indah jadikan   pemacu jalani hari.
Menuju masa  datangnya  kehidupan  nan abadi.

II
Pabila kandas perjalanan  sebuah rumah  tangga.
Itulah tulisan tangan sejak dari alam semula.
Setelah usaha maksimal cukuplah sudah.
Serahkan saja semua kepada Allah.

Andi kesendirian hidup yang ditangisi.
Betapa  banyak  yang perlu kau syukuri.
Nikmat  yang lainnya  banyak  Tuhan beri.
Buatlah berguna seluruh potensi didalam diri

III
Jangan pula menangisi ketiadaan harta.
Miskin setelah usaha  berbuah surga.
Berat tanggungjawab ketika kaya.
Karena akan ditanyakan semua.

Usaha yang gagal jangan tangisi.
Segalanya segera engkau evaluasi.
Mungkin  karena kekeliruan  strategi.
Atau tercampur hal tidak Tuhan Sukai.

IV
Jangan tangisi  penyakit  yang datang.
Mungkin karena usia tua menjelang.
Bisa  juga  cara  dosa  akan hilang.
Asal tak dianggap nasib malang.

Jangan tangisi anak yang pergi.
Karena sejatinya memang miliki Ilahi.
Kita hanyalah  makhluknya yang dititipi.
Sebelum kita atau ia dianggil menuju mati.

V
Betapa banyak nikmat lain yang masih ada.
Dibanding mereka yang hidupnya susah.
Atau mereka yang tubuh tuna daksa.
Atau mereka yang  lama dipenjara.

Mari optimis jalani hari-hari panjang.
Kelak semua hamba  dipanggil pulang.
Berkumpul semua manusia di suatu padang.
Dan tiada guna semua yang dibanggakan orang.

VI
Jangan tangisi kulit keriput dan rambut memutih.
Kematangan usia tua miliki wibawa yang lebih.
Menerima apa adanya tanpa merasa tersisih.
Tidak  perlu merana  apabila mudah letih.

Apabila tubuh telah mulai berpenyakitan.
Pertanda makanan tertentu  dipantangkan.
Gaya  kehidupan haruslah mulai diselaraskan.
Agar selamat dunia akherat sang  hamba Tuhan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

163-2011. Kekasih, Biarkan Hamba Mengemis di Pintu Ampunan-Mu.

163-2011. Kekasih, Biarkan Hamba Mengemis di  Pintu Ampunan-Mu.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Menggigil  tubuhku teringat  betapa beratnya  pengadilan Mahsyar.
Kala segala prilaku hina yang ditutup rapat setiap jiwa muncul keluar.
Tatkala  pengadilan yang tiada dusta sebesar debu pun kelak digelar.
Sungguh setiap jiwa harus mempertanggungjawabkan sesuai qadar.

Kekasih, selama nyawa  masih Engkau  titipkan di tubuh rapuh ini.
Mohon biarkan hamba menangis sesali kelalaian dan kealpaan diri.
Biarkan diri hamba meratap  bermohon agar dosa Engkau ampuni.
Biarkan  hamba  mengigil takut  akan  pengadilan-Mu di hari nanti.

II
Betapa hamba hanya  sebutir debu ditengah samudera kebesaran-Mu.
Dan sungguh betapa tiada berartinya diri di tengah  para pencinta-Mu.
Betapa diri kelak akan tertunduk takut dan malu kala menghadap-Mu.
Dan betapa tiada berartinya hamba bila tanpa ampunan dan RidhoMu.

Kekasih, seorang musafir datang mengetuk pintu rahmat-Mu.
Bekalnya sedikit untuk berbangga saat menghadap-Mu.
Jiwanya  bercampur  noda karena  dosa pada-Mu.
Tapi dia bersimpuh mengharap kebaikan-Mu.

III
Kekasih,ia tahu cintanya bercampur syahwat.
Untuk istiqamah dijalan-Mu ia mengaku belum kuat.
Berististighfar atas dosa-dosanya pun kadang ia terlewat.
Wahai Sang Maha Pengampun, izinkan hamba untuk bertaubat.

Kini, saat  perjalanan  waktunya  telah menuju  masa senja usia.
Sebentar lagi  maghrib akan  tiba dan ia pun berakhir fana.
Sebelum ia pergi tinggalkan dunia dan segala tipunya.
Terimalah taubat dan permohonan ampunnya.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

162-2011. Kepada Siapa Harus Kusampaikan?

162-2011. Kepada Siapa Harus Kusampaikan?

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kini cahaya itu menjauh bagai sirnanya embun terkena panas mentari.
Dan hilang bak perginya  kepedihan kala malam  berganti pagi.
Bagai Qais yang merana ditinggal Laila sang pujaan hati.
Dan habiskan masa  pengembaraan digurun sunyi.

Kemana rasa terhina umat mulia ini harus kubawa.
Kepada siapa harus kuserahkan baiat suci selembar jiwa.
Bertransaksi di jalan Ilahi dengan serahkan harta dan nyawa.
Yang kelak akan diberi ganjaran dalam indahnya jannatul Ma'wa.

II
Kepada  siapa harus  kusampaikan asa  akan kemuliaan  jaya.
Siapakah  yang sanggup  memimpin misi  tegakkan cahaya.
Siapakah yang terhadap seruan-nya yakin dan percaya.
Agar kembali ajaran  Ilahi menjadi landasan budaya.

Kini, zaman dikuasai peradaban dajjal yang durhaka.
Janjikan  indahnya  surga sesungguhnya  adalah neraka.
Membuat  manusia tertipu karena terlalu berbaik sangka.
Dan tak sadar membuat pemilik alam semesta  jadi murka.

III
Kepada siapa harus kusampaikan tentang indahnya sebuah jalan.
Tatkala mau dengan sabar dan iman jalani kehendak Tuhan.
Jalan  kemuliaan akan terbentang  bagaikan  hamparan.
Dan dapatkan kebahagiaan akherat yang dijanjikan.

Sungguh kuketuk pintu-pintu hati sebuah generasi.
Untuk mulai bangga perjuangkan kebenaran ajaran Ilahi.
Untuk mendapat kemenangan yang dijanjikan pada suatu hari.
Tatkala semua kebanggaan dan kepemilikan dunia tiada berguna lagi.

IV
Kekasih, hamba  mengemis di pintu  hidayah-Mu nan  terbuka lebar.
Jadikanlah generasi penggantiku sebagai kelompok yang sadar.
Serahkan hidupnya  pada-Mu dan ikhlas menjalani Qadar.
Dan sinar rahmat-Mu meliputinya  bagai  cahaya fajar.

Kuketuk pintu hatimu hai anak-anakku generasi baru.
Engkaulah putra zaman  yang akan  menjadi pemimpin baru.
Seluruh harapan akan kebangkitan kami serahkan pada pundakmu.
Untuk mengembalikan kejayaan ajaran Ilahi sebagaimana di masa dahulu.

Ilahi, ridho-Mu jua yang kami tuju.


Al Faqiir


Hamdi akhsan

Jumat, 20 Mei 2011

161-2011. Syair Sunyi Seorang Pencinta.

161-2011. Syair Sunyi Seorang Pencinta.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kini malam-malamku sepi bagai sepinya gurun tanpa nyanyian Qais.
Laila telah pergi jauh dan  hanya tinggalkan luka dalam tangis.
Cinta yang begitu kuat dan dalam perlahan telah terkikis.
Bagaikan runtuhnya tebing  karang tatkala  ia terbis.

Tiada lagi airmata rindu bagai rindunya Ya'kub pada Yusuf tercinta.
Betapa  lemahnya jasad kini  tadahkan  tangan dimalam buta.
Padahal waktu cepat berlalu bagaikan kilat tanpa terasa.
Sungguh cinta ini  bukan bagai cinta Qais pada Laila.

II
Tak lagi ada masa amati kerlip bintang-bintang nan jauh di angkasa.
Bertasbih  memuji  keagungan-Nya sambil  cucurkan air mata.
Berfikir  dalam memahami keindahan ayat-ayat semesta.
Llantunkan doa kehambaan dalam diam tanpa kata.

Kekasih, ampuni hamba yang kerap  lalai dengan semua nikmat-Mu.
Luruskan jalan hidup hamba dengan hidayah & bimbingan-Mu.
Kuatkan hamba untuk  istiqamah tunaikan  perintah-Mu.
Dan kuatkan keyakinan hamba kelak akan bertemu.

III
Kekasih, dalam cinta yang masih mengandung dusta daku meminta.
Tanamkan  rasa takut dalam  jiwa bahwa nsiksa-Mu itu nyata.
Tanamkan jiwa ketauhidan  yang pada-Mu selalu cinta.
Serta kemudahan manakala kelak menutup mata.

Hamba tak mampu miliki  besarnya cinta seperti Ibrahim kekasih-Mu.
Atau seperti cinta ibu Musa  hanyutkan  putranya atas Ilham-Mu.
Atau Halimatus Sa'diah yang dibakar karena cinta pada-Mu.
Sungguh  cintaku  pada-Mu tak  berharga sebutir debu.

IV
Kekasih, betapa  gemetar diri dalam  ketakutan akan balasan dosa.
Yang pasti akan dipertanggungjawabkan saat kematian tiba.
Tatkala harta,  keluarga dan jabatan tinggi tiada guna.
Tatkala tiada seorangpun akan datang pembela.

Dalam  waktu yang masih tersisa  pasti akan datangnya  kematian.
Dalam lemah & kurang pasrahnya  diri pada pemilik kehidupan.
Dan alpanya diri kejar dunia yang berakhir dalam kefanaan.
Bermohon   dengan   sangat    pada-Mu   wahai  Tuhan.
Dalam pastinya taqdir-Mu beril hamba kesempatan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

160-2011. Sungguh Sedikit dan Sebentar

160-2011. Sungguh Sedikit dan Sebentar

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kerentaan zaman telah bawa peradaban ke ambang kematian.
Kala banyak manusia yang menyembah  harta dan jabatan.
Ketika jasad insan yang fana sibuk perlambat penuaan.
Serta semakin  hebatnya strategi godaan syaitan.

Kenikmatan!sungguh sedikit dan sebentar.
Nikmatnya  makan  tatkala perut lapar.
Harumnya bukan tatkala ia mekar.
Manusia lemah kala tak  sabar.

II
Sungguh nikmat yang sedikit.
Nikmat sehat baru terasa kala sakit.
Sesalnya boros ingat kala harus mengirit.
Baru terasa kebaikan-Nya lebih besar dari bukit.

Betapa manusia sering lalai dengan segala kebaikannya.
Seolah  segala titipan  yang telah  diberikan  adalah miliknya.
Segala yang sudah ada dalam genggaman tak akan lepas darinya.

III
Betapa baik, ada waktu  yang  disediakan untuk  bermuhasabah.
Agar terhadap  nikmat yang  diberikan  manusia  tidak lupa.
Menyadari semua akan ditinggal kala diri berakhir fana.
Dan hanya amal yang dibawa  ke Sang Pencipta.

Sungguh masa  muda  manusia tidak lama.
Jasad akan  mengeriput dan berakhir fana.
Pengganti pun tumbuh dalam generasinya.
Dan yang sekarang pindah ke dalam tanah.

IV
Torehan pena yang tajam tetap akan hidup.
Membuka jiwa-jiwa kelam yang sempat tertutup.
Mampu menggairahkan semangat yang telah redup.
Sungguh  melalui keindahan  kata kebenaran  terhirup.

Kecantikan dan  kegagahan manusia  kelak akan pudar.
Itulah  jalan  yang  sudah ditentukan  dalam Qadar.
Iman dan kebaikan yang akan terus memancar.
Sungguh sedikit manusia yang mau sadar.

V
Sungguh  betapa  sebentar  dan sedikitnya.
Kala kembali manusia akan terkejut dan terpana.
Bagi yang lalai pasti akan sesali perbuatan selamanya.
Bagi yang taat terkejut dengan berpilat balasan dari-Nya.

Betapa  indah hidup  dalam kesadaran  iman yang teguh.
Pabila ditimpa  musibah miliki  kesabaran yang kukuh.
Dari ratap dan kelemahan ia pasti akan terjauh.
Dan akan makin kuat jauh dari sifat rapuh.

VI
Nikmat  dunia hanya  sedikit  dan  sekejap.
Terhadap musibah jangan banyak meratap.
Selalu baik  sangka pada-Nya bila berharap.
Karena  pada-Nyalah segala putusan tetap.

Ilahi, dalam kesementaraan hidup duniawi.
Bermohon hamba pada-Mu petang & pagi.
Bimbinglah hamba  pada  kehidupan sejati.
Yang  membawa  Ridho-Mu  setelah  mati.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

159-2011. Nak, Jangan Menangis Lagi

159-2011. Nak, Jangan Menangis Lagi

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Anakku,
Dalam kerentaan jasad dimakan kerasnya hidup ayah ingin berpesan.
Pada anakku sang putra  sejati yang jalani  hidup di akhir zaman.
Berhentilah engkau ratapi hidup dalam rengek dan tangisan.
Karena Sang Pencipta telah pilihkan bagimu sebuah jalan.

Lihatlah hidup ini  bagaikan rajawali di angkasa sunyi.
Tegakkan kepala hadapi  badai dengan harga diri.
Dihadapinya tantangan berat dan tak akan lari.
Sungguh dia  percaya  pada  kebaikan  Ilahi.

II
Tiada pejuang sejati yang lahir dari kelemahan.
Atau sesali masa  lalu dalam  perihnya ratapan.
Mata akan mencorong memandang ke depan.
Dan cukuplah  baginya masa lalu tuk pelajaran.

Pejuang sejati kelak lahir dari  kerasnya hidup.
Bukan dari jiwa lemah dalam semangat redup.
Atau  dalam putusan kembali ragu menyusup.
Karena  apapun pilihan resiko pasti terlingkup.

III
Anakku.
Kalaulah keputusan yang engkau ambil salah.
Tapi  didadaku tetaplah  tersimpan rasa bangga.
Karena engkau telah mampu memutuskan masalah.
Yang bagi orang  kebanyakan orang mereka tidak bisa.

Pertimbangkan olehmu segala resiko bila memutuskan.
Didalam kebaikan yang dipilih pasti  ada keburukan.
Dalam kesedihanmu kelak akan ada kebahagiaan.
Akhirnya  kembalikan  segalanya  pada Tuhan.

IV
Anakku, berhentilah  hidup dalam fatamorgana.
Karena hidup yang sesungguhnya adalah nyata.
Bagaikan mata  uang antara bahagia dan derita.
Sebagai ketentuan  pasti dari  Ilahi Yang Kuasa.

Jadilah engkau putra sejati yang tegar dan kuat.
Terbanglah tinggi mencapai cita bagai sayap malaikat.
Gertakkan gigi dan corongkan matamu yang tajam berkilat.
Dan jadilah engkau anakku seorang pejuang sejati yang hebat.

V
Anakku.
sungguh jalan hidup yang engkau lalui masih sangatlah panjang.
Kemudahan  dan hambatan kelak  pasti akan menghadang.
Kudoakan hidupmu kelak akan  bahagia dan terpadang.
Bangga bagai ksatria yang menang di medan perang.

Anakku sayang, hapuslah airmatamu yang mengalir.
Hanyutkanlah dirimu jalani hidup pasrah bagai air menghilir.
Berjuang keras dalam upaya dan serahkan hasilnya pada taqdir.
Sampai kelak engkau  menghadap Tuhanmu ketika hidup berakhir.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 18 Mei 2011

157-2011. Tentang Makna Sebuah Kebangkitan (Refleksi Harkitnas)

157-2011. Tentang Makna Sebuah Kebangkitan  (Refleksi Harkitnas)
                  
                  Oleh
                  Hamdi Akhsan

I
Seorang m urid yang lugu  bertanya  kepada guru.
Apakah  makna yang  hakiki dari kebangkitan itu?
Apakah dengan dapat dilihat dari banyaknya tugu.
Ataukah  dapat  dilihat dari  monumen  batu-batu.

Sang guru terperangah oleh pemahaman muridnya.
Begitulah  pengertian yang  didapat dari buku-bukunya.
Tiap tahun ia lihat orang lakukan upacara dengan ramainya.
Setiap pakar akan menyampaikan perbedaan pendapatnya.

II
Sang guru berkata, kebangkitan bangsa bukan hanya perlambang.
Tapi berjuang menjadi bangsa maju  dari sebelumnya terbelakang.
Dan didalam pergaulan  internasional  menjadi bangsa terpandang.
Bukan semakin lama semakin  terhina dan jadi bangsa pecundang.

Lihatlah   negara  yang  dulu  sama  terjajah seperti  bangsamu.
Kini mereka  telah semakin  makmur dan  berteknologi maju.
Dalam  bersikap  terhadap bangsa lain  mereka tidak ragu.
Antara semua komponen negeri mereka bersatu padu.

III
Belajarlah pada singa-singa peradaban yang perkasa.
Mereka bangkit dari keadaan yang semula tidak bisa.
Tak perlu  berteriak semua  berlomba  membuat jasa.
Rakyatnyapun merasakan  kemakmuran dan sentosa.

Anakku, negeri  yang maju bukan sarang para pencuri.
Mereka mensyukuri segala nikmat yang telah Tuhan beri.
Segala potensi dan kelebihan didayagunakan untuk mandiri.
Bukannya malah  kekayaan negaranya yang ada  dibawa lari.

IV
Mengapa tak  mau keluar  modal untuk  kemajuan  teknologi.
Hanya berfikir pendek membeli  cari keuntungan  dari komisi.
Berlomba-lomba  mencari kekayaan materi untuk diri pribadi.
Sungguh  itulah  penyebab  utama tak  maju-majunya  negeri.

Anakku,  kebangkitan sebuah bangsa bukan bualan mudah.
Butuh kerja keras, pengorbanan sampai cucurkan airmata.
Tidak cukup dengan kebudayaan dan banyak biduanita.
Dan Ilmu Pengetahuan yang dilandasi Iman @ Taqwa.


al Faqiir

Hamdi Akhsan

156-2011. Deklarasi Untuk Partai Politik 2014

156-2011. Deklarasi Untuk Partai Politik 2014
                 (Kilas Balik Reformasi 21 Mei 1998)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

Kepada Merekakah negeri ini kita serahkan?
I
Hari ini kepada mereka yang punya hati nurani daku serukan.
Kekayaan negeri tanpa merasa bersalah telah dibagi-bagikan.
Begitu banyak  mereka yang diberi amanah tak menjalankan.
Tinggallah  rakyat jadi  objek dan  hidup dalam  kemelaratan.

Empat belas tahun  sudah reformasi  terjadi kami   bersabar.
Menunggu  janji-janjimu manismu akan datang baiknya kabar.
Tatkala pemilu segala janji mensejahterakan engkau umbar.
Dan sampai hari ini sekecil  apapun  realisasinya  tiada kabar.

Rencana Gedung baru DPR 1,6 Trilyun
II
Betapa  angkuhnya  kata-katamu kala  bicara melukai rakyat.
tak sadar bahwa apa yang engkau  sembunyikan kami  lihat.
Habiskan uang pajak jalan-jalan keluar negeri  untuk maksiat.
Sungguh pembangkanganmu pada Ilahi sudah begitu hebat.

Lihatlah, sebentar  lagi  gedung yang  akan engkau bangun.
Terperangah kami  lihat tahu anggarannya lebihi satu trilyun.
Padahal tiap bulan puasa rakyat miskin antri berduyun-duyun.
Sungguh kelak  kau akan disula  dengan rantai besi berayun.

III
Kami tak tahu lagi harus bicara pada siapa dan berkata apa.
Sekuat  apapun  teriakan engkau   tetap menutup telinga.
Sehebat  apapun kritik tidak  membuat prilakumu berubah.
Maka  satu-satunya  jalan adalah  perlawanan  harus ditata.

Kini,kami telah kehilangan kepercayaan sepenuhnya padamu.
Tak akan lagi  kami pilih apapun  janji dan darimana partaimu.
Selama ini  ada yang  seolah memang  bersih  padahal semu.
Tak akan mempan lagi segala pendekatan dan bujuk rayumu.

Disinilah kami yang kalian wakili tinggal

IV
Kepada rakyat yang selama ini hanya dijadikan permainan.
Di hari ini gerakan anti partai mari kita deklarasikan.
Adalah hak rakyat untuk tak memperdulikan.
Biarlah nanti keputusan Tuhan berikan.

Rakyat sudah jera dengan dusta-dusta.
Tidak  ada yang berubah dengan kata-kata.
Jangan mau lagi hanya dijadikan objek penderita.
Mari bersatu tinggalkan partai membangun negeri tercinta.

Pahlawan Reformasi yang dikhianati
V
Tak ada  guna  lagi  perbaikan- perbaikan  yang  dijanjikan.
Karena semua permintaan nanti hanya untuk diproyekkan.
Mengisi  pundi-pundi  untuk pesta  pemilihan lima tahunan.
Setelah terpilih lagi mengeruk modal yang telah dikeluarkan.

Wahai rakyat negeri, jangan pernah mau diperbodoh lagi.
Cukuplah  tiga kali  pemilu  lontarkan  manisnya  janji-janji.
Kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang terjadi.
Sungguh kehancuran kini sudah merata di seluruh negeri.

VI
Kami bukanlah rakyat yang begitu bodoh untuk mengerti.
Segala  kekayaan alam  di negeri ini telah Tuhan beri.
Tapi mengapa rakyat  susah mencari sesuap nasi.
Sungguh sebuah ketak adilan yang sakiti hati.

Kemana kami  akan  pergi menjual  hasil alam.
Jalan-jalan kami rusak parah hanya ditambal sulam.
Sedang wakil kami hidup bak dalam kisah 1001 malam.
Sungguh ketdkberdayaan seperti ini yang lahirkan dendam.

VII
Kepada siapapun yang berada dalam partai kami tidak percaya.
Anak-anak  kamilah yang saat  reformasi kurbankan darah.
Sedang kalian saat itu entah  sedang berada dimana.
Sekarang hidup mewah & bergaya pahlawan pula.

Hari ini kunyatakan selamat tinggal partai politik.
Melalui ujung pena daku takkan berhenti mengeritik.
Sampai cita-cita saat reformasi dahulu dapat kembali balik.
Dan rakyat pemilik negeri ini kelak diperlakukan dengan baik.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

155-2011. Kidung Sunyi Untuk Pahlawan Reformasi

155-2011. Kidung Sunyi Untuk Pahlawan Reformasi
                 (Jelang 21 Mei 1998-21 Mei 2011)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

Moses Gatut Kaca Pahlawan Reformasi
I
Hari ini aku  menangis saksikan hasil  benih yang engkau tanam.
Cita-cita mulia yang dahulu engkau perjuangkan kini tenggelam.
Di tangan mereka yang  menjadi petualang  politik ia terbenam.
Dan  keinginanmu untuk  bahagiakan rakyat telah makin suram.

Dulu cita muliamu harus ditebus dengan aliran darah dan airmata.
Ayah dan bundamu meratapi kepergian anak mereka tercinta.
Berharap agar  kematianmu  jadi  penebus tercapainya cita.
Namun kini harapan itu telah menyimpang jauh ternyata.

II
Darahmu yang suci dikhianati mereka yang bernama politisi.
Habiskan  uang pajak  rakyat  pergi  berbelanja keluar negeri.
Sibuk  kumpulkan uang  berbagai sumber  untuk  mencalon lagi.
Bahkan memikirkan bagaimana dalam partai ciptakan sebuah dinasti.

Hari ini keadilan untuk mereka yang tak berpunya jadi barang mahal.
Bagi mereka yang kaya hukum bisa disiasati dengan seribu akal.
Sebagai narapidana kehidupan  istimewa bisa didapat bakal.
Sungguh tragis kala hukum dikuasai mereka yang nakal.
Para pejuang hati nurani

III
Hari ini cita-citamu untuk  membasmi KKN telah kandas.
Keluarga para politisi telah membentuk  dinasti secara jelas.
Jabatan-jabatan penting dan strategis tak mungkin akan dilepas.
Tinggallah rakyat kecil yang kesulitan dan hanya bisa menghela nafas.

Betapa sedihnya, tatkala negeri yang kaya raya  menjadi tak berdaya.
Sumber  alam bukan  dikelola malah  diserahkan  pada penyewa.
Rakyatnya pergi menjadi kuli dan pembantu di mancanegara.
Dalam penghinaan dan menjadi sapi perah sumber devisa.

IV
Pahlawan  Reformasi, inilah negeri  yang dulu kau citakan.
Dimana-mana mewabah korupsi yang ingin dulu kau habiskan.
Otonomi ciptakan raja-raja kecil  yang hidup dalam kemewahan.
Dan mereka pun mengelola pemerintah bagaikan sebuah kerajaan.

Kalaulah engkau bisa bangkit dari kubur dihari ini kau akan terkejut.
Melihat penentang korupsi angkatanmu dulu kini jadi pengikut.
mungkin  mereka  memang  terdesak  atau  karena takut.
Namun yang jelas tujuan mulia semula kini tercerabut.

Dan bunga pun berguguran
V
Kutuliskan  kidung sunyi  untukmu  yang  telah pergi.
Memberitahukan  padamu  bagaimana  kini wajah negeri.
Agar segala pengurbanan darahmu dahulu tidak engkau sesali.
Karena kelak akan datang generasi yang menggugat sepertimu lagi.

Sungguh  malang, negeri yang  di dalamnya  bertumpuk  kekayaan.
Namun lemahnya kepastian penegakan hukum dan pemerataan.
Semoga atas semua kedurhakaan ini tidak ditenggelamkan.
Dan datang suatu masa yang membawa kesejahteraan.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Selasa, 17 Mei 2011

39-2011. Kami Yang Bagaikan Buih

39-2011. Kami Yang Bagaikan Buih

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Tak tahu kepada siapa kuadukan segenap kesedihan ini.
Tentang kehinaan yang melanda umat pilihan Ilahi.
Tentang jumlah yang banyak namun tiada arti.
Tentang iman redup bak pelita jelang mati.

Kekasih, mana Al-Fatih  Muda Sang  Pembunuh  Drakula.
Mana  pencinta-Mu yang  mengejar  indahnya surga.
Mana mereka yang  dimalam  sunyi ratapkan doa.
Mana mereka yang pada Iblis tiada menyerah.

II
Kini, kami bagaikan buih di tengah samudera  raya yang tak berarti.
Musuh-musuh bagai seorang koboi yang menggiring kumpulan sapi.
Jumlah  kami  begitu  banyak, namun  sesungguhnya  tiada berarti.
Para pemimpinnya asyik bersenang-senang bagaikan tak punya hati.

III
Inikah kami, yang sangat terhina diakhir zaman.
Untuk tegakkan syariah saja banyak yang ketakutan.
apalah lagi untuk rindukan tegaknya kembali kekhalifahan.
Sungguh bagai  api yang masih begitu jauh dari panggangan.

Syaitan dan tentaranya bangga menepuk dada.
Begitu banyak pemimpin agama yang telah berubah.
Hidup dalam kemewahan  dan dipenuhi  limpahan harta.
Dan mereka tidak mengambil  pelajaran dari kisah Tsa'labah.

IV
Kekasih, bagaimana kami akan percaya ucapan  para pendakwah.
Tatkala umat ini  melihat antara harimau dan ular hidup serumah.
terkadang  seolah-olah  mereka  bertengkar  sebagai  sandiwara.
Di belakang panggung mereka berjabat tangan tertawa gembira.

Bagaimana akan muncul kewibawaan yang lahirkan keseganan.
Ketika yang sedang diberi kuasa amat miskin keteladanan.
Sering bertentangan antara kata-kata dan perbuatan.
Sebuaah  tindakan yang amat  dibenci oleh Tuhan.

V
Kini tak tahu kepada siapa lagi umat akan adukan kepedihan.
Tatkala hak-hak mereka yang kecil dan lemah diabaikan.
Tatkala dalam  berperkara  dapatkan ketidakadilan.
Sungguh sebuah kepedihan yang memilukan.

Kekasih,dalam  kesedihan zaman Ghuroba  hamba meminta.
Berilah kami pemimpin yang dalam hatinya penuh cinta.
Yang pada penderitaan rakyat tak menutup mata.
Yang membawa umat ini mencapai cita-cita.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

154-2011. Kepada Langit Yang Membisu Aku Bertanya?

154-2011. Kepada Langit Yang Membisu Aku Bertanya?

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kepada bintang-bintang nun jauh di cakrawala daku bertanya.
Tentang ribuan tahun perjalanan sejarah umat manusia.
Tentang  mereka yang  dirahmati dan yang  binasa.
Tentang  pencinta  Ilahi dan para pendosa.

Kepada Langit yang membisu aku bertanya.
Tentang benda-benda langit yang teratur nan indah.
Tentang melimpahnya ikan dan mutiara didalam samudera.
Dan tentang peradaban bumi yang diserahkan kepada manusia.

II
Kepada bintang  daku bertanya  prahara masa lalu yang mengerikan.
Tatkala umat Nabi Nuh yang membangkang dahulu  ditenggelamkan.
Tentang Negeri Sodom dan Gomorah yang dengan cepat dibalikkan.
Dan tentang Firaun dan  tentaranya yang perkasa  ditenggelamkan.

Kepada angin pengembara segenap penjuru bumi aku bertanya.
Tentang  perisitwa  kematian  Namrudz  yang berakhir hina.
Tentang penderitaan sang penjagal Sharon yang koma.
Tentang  kezaliman akibatkan syahidnya Osama.

III
Kepada awan dilangit nan biru ingin kutanyakan masa lalu.
Dimana hutan rimba yang dulu menjaga bumi hilang bagai hantu.
Dimana sungai-sungai yang dahulu gemericik menghibur hati nan sendu.
Dimana surau-surau kecil tempat dahulu dmalam sunyi para pencinta mengadu.

Kepada gunung  yang jadi saksi  pergantian penduduk  dikakinya aku bertanya.
Kemana  mereka yang  dulu dihormati  karena banyaknya  kekayaannya.
Kemana perginya para pemimpin yang ditakuti karena tentaranya.
Kemana para permaisuri yang cantik karena perhiasannya.

IV
Satu jawaban yang pasti dari bintang,gunung, dan awan.
Mereka semua telah pergi dari dunia menuju ke alam kematian.
Tiada  seorang pun yang  membawa  harta, tentara, dan perhiasan.
Dan tak seorangpun manusiapun luput dari beratnya pertanggungjawaban.

Mereka yang dulu berkuasa, kaya, cantik berubah jadi onggokan tengkorak.
Jangankan  memerintah, tulangnya pun  begitu lemah  terserak-serak.
Sesekali dalam kesunyian malam mereka  melolong sakit berteriak.
Sungguh beruntung mereka yang beriman dan gunakan otak.

V
Kepada  bintang-bintang nun jauh  di  cakrawala aku bertanya.
Mengapa ribuan tahun sangat banyak manusia tak jera-jeranya.
Menjadikan syaitan sebagai sekutu beserta para balatentaranya.
Dan membuatnya tertipu sampai kematian pun mendatanginya.

Itulah wujud pertempuran abadi dari masa adam sampai kiamat.
Dendam iblis membara  sepanjang zaman  karena telah dilaknat.
Sungguh beruntung mereka  yang bertahan dan imannya kuat.
Dan akan  mensyukuri  atas ganjaran  yang diterima  di akherat.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

153-2011. Hentikanlah Dusta Itu (Kepada Pemimpin)

153-2011. Hentikanlah Dusta Itu (Kepada Pemimpin)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Berhentilah bermain-main dengan amanah yang diberikan padamu.
Karena ia akan membakar habis sampai ke tulang-tulangmu.
Yang akan membawa penderitaan nan abadi untukmu.
Dan tiada seorangpun kelak  akan menolongmu.

Berhentilah bermain kata untuk alihkan masalah.
Berhentilah  bersilat lidah  tutupi program  yang salah.
Karena lidah yang berbohong itu kelak akan berlubang disula.
Dan yang tinggal hanya penyesalan dalam perihnya siksa di neraka.

II
Berhentilah  engkau  menganggap  enteng  firman-firman  Tuhan.
Kelak  engkau akan  menyesalinya  setelah datang  kematian.
Tatkala tiada lagi kebenaran yang bisa kau sembunyikan.
Tatkala nanti terbuka semua buruknya perbuatan.

Berhentilah  bermewahan  ditengah  penderitaan.
Karena Tuhan sangat tidak suka  dengan ketidakaadilan.
Setiap rakyatmu yang kelaparan  kelak akan ajukan tuntutan.
Yang bagimu kelak pasti akan menimbulkan sangat banyak kesulitan.

III
Pemimpin, berhentilah pura-pura simpati dengan datangnya musibah.
Kau lapis wajah dengan bedak  pucat apabila terkena cahaya.
Rambutmu sengaja dibuat kusut seolah-olah merasa iba.
Dan di depan televisi rakyatmu menjadi terkesima.

Pemimpin, kalau engkau  memang  takut akherat.
Mengapa tak sungguh-sungguh engkau tunaikan amanat.
Bekerja keras mengunjungi dan santuni rakyatmu yang melarat.
Daripada  sibuk mencari muka  berkunjung  ke negara-negara barat.

IV
Pemimpin, hentikanlah  dusta  dengan  memanipulasi  angka-angka.
Karena negara yang bersih distribusi pendapatan cukup merata.
Tidaklah dalam jurang menganga antara si miskin dan kaya.
Dan hukum pun tidak berpihak kepada yang berpunya.

Apapun katamu.Hanya bisa menipu fikiran sedikit orang.
Mereka yang tahu hanya mengelus dada tanda keperihatinan.
Di negeri yang amat kaya dan subur rakyat hidup dalam kemiskinan.
Walaupun telah  bekerja sekuat  tenaga  tetap dalam  ketakberdayaan.

V
Pemimpin, tahukah engkau mengapa kebusukan sampai ke level bawah.
Apapun perintahmu untuk menegakkan hukum tak ada wibawa.
Itu karena anak  buahmu diam-diam  semuanya  tertawa.
Atas perintah yang tidak selaras perbuatan dan kata.

Pemimpin, kalau engkau  ingin dihormati  dan ditaati.
Mulailah semuanya dari dalam diri dan keluargamu sendiri.
Jadilah pemimpin yang sederhana yang rajin pergi silaturahmi.
Tak perlu membawa pengawal tinggi besar dan pasukan se kompi.

VI
Pemimpin,sehebat-hebatnya dirimu. kematian kelak akan datang.
Semua penjilat  di sekelilingmu  semuanya  akan menghilang.
Datanglah  malaikat Ilahi yang tak  perlu engkau  undang.
Menuntut tanggungjawab jabatan yang kau sandang.

Belumlah terlambat bagimu untuk memulai perbaikan.
sebagaimana dahulu khulafaur  Rasyidin diamanahkan.
Siang  dan malam  kepedihan rakyat  mereka fikirkan.
Hasilnya  kemakmuran  dan keadilan yang didapatkan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

150-2011. Cinta Yang Kudamba

150-2011. Cinta Yang Kudamba

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Untaian pasir gurun memutih terpanggang panas mentari sepanjang waktu.
Pasrah diterbangkan badai mengikuti kehendak-Nya sejak masa lalu.
Menjadi saksi hancur danb bangkitnya peradaban sejak dahulu.
Dan kala segala kepedihan berakhir ia tetap diam membisu.

Adalah peristiwa kebangkitan dan kemusnahan terjadi.
Kaum yang pernah jaya suatu saat akan bangkit lagi.
Bagaikan kerinduan  dan cinta yang Maulana Rumi.
Rindukan Sang Guru Syamsuddin yang dirahmati.
Yang telah pergi  meninggalkannya tak kembali.

II
Kepedihan perpisahan  lahirkan 50.000 Matsnawi.
Agungkan kebesaran & cinta Ilahi Yang Maha Suci.
Sepanjang  masa   torehkan karya  agung yang  abadi.
Bagian dari kerinduan jiwa pada-Nya yang tiada terperi.

Adalah cinta menginspirasi ribuan mujahid lintasi gurun arabia.
Pergi berperang mencari  kesyahidan atau cahaya Ilahi jadi mulia.
Atau kidung cinta yang turunkan  makanan surga Rabiatul Adawiyah.
Cinta yang yakinkan Ibrahim tinggalkan Hajjar dan Ismail di sunyinya Mekkah.

III
Cinta jualah  yang membuat Syah Jehan membangun Taj Mahal yang Indah.
Cinta jualah teguhkan Laksamana Khairuddin Barbarosa jelajahi Eropa.
Karena cinta jua Sumayyah rela menjadi syahidah yang pertama.
Karena cinta Billal  tak sanggup  azan sepeninggal  Rasulullah.

Adalah cinta-Nya yang tebarkan rahmat pada semesta.
Karena cinta bunda seorang anak  cucurkan airmata.
Karena cinta seorang pujangga lahirkan ribuan kata.
Dan karena cinta lah seorang insan rela menderita.

IV
Dalam hidup duniawi yang pasti akan berakhir fana.
Manusia  tertipu  mengejar harta yang akan musnah.
Lalaikan cinta Ilahi yang  abadi dan akan berbuah surga.
Dan habiskan sepanjang usia demi kecintaan pada manusia.

Betapa indahnya cinta yang berisi kekuatan untuk membahagiakan.
Yang setiap detiknya selalu dipenuhi  semangat dan  jiwa pengurbanan.
Mengharap ridho dan kasih sayang Ilahi sebagai transaksi yang telah dijanjikan.
Yang tak pernah diingkari sebagaimana  telah tertoreh abadi  dalam kitab Alquran.

V
Kudamba cinta yang sanggup menemaniku dalam gelap dan sempitnya kubur.
Kucari cinta membuat benih cahaya-Mu kelak akan tumbuh semakin subur.
Tiada takut dicerca dan tidak menjadi  bangga bila dipuji dan takabbur.
Dan cinta yang membawa  pada ampunan Ilahi Yang  Maha Ghafur.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan