Sabtu, 30 April 2011

122-2011.Ridho-Mu Jua

122-2011.Ridho-Mu Jua

                Oleh
                Hamdi Akhsan


I
Di malam ini mengapa petir sambar menyambar  sinari langit nan pekat?.
Seakan beri isyarat  bahwa kehancuran bumi  telah semakin dekat.
Karen kedurhakaan dan keangkaran pada-Mu kian menghebat.
serta keseimbangan  yang ada kini  telah  begitu  sekarat.

Seakan isyarat terompet  malaikat Isrofil telah tiba.
Yang ciptakan  ketakutan setiap jiwa manusia.
Yang membuat seluruh alam hancur binasa.
Serta menghancur luluhkan segala asa.

II
Kekasih,Betapa ingin hamba  menangis.
Mengingat waktuku yang hampir habis.
Perbandingan amal dan dosa yang tipis.
Dan akan diadili  malaikat  yang bengis.

Terbayang diri ketika menjelang pulang.
Bagai seorang musafir bernasib malang.
Daging  akan  berpisah  dengan  tulang.
Disertai oleh derita yang alang kepalang.

III
Kekasih, dalam masa hidup yang masih tersisa.
Berilah hamba kekuatan untuk senantiasa jauhi dosa.
Melatih keimanan didalam diri agar selalu kuat dan perkasa.
Serta Engkau beri  ampunan  pada saat kelak  jasad ini  binasa.

Beratnya  pengadilan  Padang  Mahsyar-Mu  telah  banyak  diberitakan.
Setiap manusia yang didunia saling membela kelak akan saling menyalahkan.
Segala kedudukan dan harta benda didunia malah harus dipertanggungjawabkan.
Dan setiap jiwa akan meratap menyesali segala pelanggaran dosa yang telah dilakukan.

IV
Kepada-Mu wahai Raja  yang Maha Sempurna  dengan segala Pengambilan Keputusan.
Dengan  segenap ketakutan dan ketak berdayaan  hamba panjatkan permintaan.
Dalam masa hidup ini dan kelak setelah kematian berilah hamba kelapangan.
Serta  atas semua dosa dan salah  berilah hamba  kasih dan ampunan.

Sungguh, datangnya  kematian adalah  sesuatu  yang pasti.
Dalam kubur yang sempit bagai  dikurung didalam peti.
Jadikanlah semua itu sebagai pengingat bagi hati.
Agar diri tak lalai dengan hidup setelah mati.

Ya Allah, Ridho-Mu jua yang hamba cari.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Jumat, 29 April 2011

51-2010. SYAIR CINTA SANG PENGEMBARA-II

 51-2010. SYAIR CINTA SANG PENGEMBARA-II

                Oleh
                Hamdi Akhsan



I
Detik demi detik waktu berlalu, namun jawaban hakiki belum tersusun jua.
Ia temukan ulat yang berpuasa tujuh hari demi kemuliaan bertransformasi kupu-kupu yang indah.
Ular yang terbaring pasrah, menahan kepedihan kulit tersayat  untuk menjadi diri yang lebih kuat dan perkasa.
Inikah sebuah jawab?kepedihan yang berbuah kemuliaan dan hidup yang jaya?

Semakin hari, matanya kian terbuka memandang apa yang tersembunyi dibalik fakta dan realita.
Ternyata cinta memberikan energi yang dahsyat dalam putaran roda sang waktu di dunia.
Yang membuat keridhoan menerima sakit, derita, keperihan, lapar, dan keterpencilan bak sebutir debu di angkasa.

Itukah cinta?

II
Tapi,semua ini belum memberi jawaban pasti terhadap pertanyaan sang guru.
Ia telah menangkap rumitnya keindahan cinta setiap makhluk di segala penjuru.
Ada cinta yang memberi, menerima,bertarung,kepuasan sesaat, serta pengorbanan nyawa membuat terharu.
Ia pun datang kembali pada sang guru,tanpa membawa sebuah jawaban baru.

Guru!!!
Aku datang padamu dalam jiwa yang semakin bingung,
tak kutemukan jawaban tunggal tentang cinta baik dilembah atau dipuncak tingginya gunung,
semua berkarateristik!dengan bersimetrinya kesetiaan dan pengorbanan, kebinasaan dan keabadian, simbiose,dan kesucian yang agung.
guru,ajarkan padaku tentang cinta,suaranya bergetar mengandung keletihan yang luasbiasa, mendengung!

III
Sang guru berujar dengan bijak.
Anakku, cinta yang kau temukan barulah sekelumit kecil dari interaksi cinta diluasnya jagat.
Ada relasi cinta yang sederhana seperti di dunia binatang buas,hanya syahwat untuk berkembangbiak,
Atau kanibalisme  kalajengking yang korbankan setiap bagian tubuhnya sampai habis demi generasi kelak,
Bukan!semua hanya serpihan retak.

Tuhan telah ajarkan pada kita tentang agungnya sebuah transaksi,
Para Mujahid, pengembaraan Tarik bin Ziad, dan seluruh penakluk telah tunjukkan keagungan diri.
Sebuah pengorbanan yang ribuan tahun telah tinta emas sejarah dalam menegakkan misi suci.
Tegakkan pilar-pilar kebenaran Ilahi.

IV
Namun juga tak salah dengan para pencinta Tuhan dalam ekspresikan cinta,
ungkapan ratap,doa,bisikan tercurah bercampur tetesan airmata,
Hatinya menembus jauh melebihi ruang galaksi di jagat raya,
dengan madah, Wahai Ilahi...Engkaulah yang kupuja.

Muridku...Cinta yang baik bukan sebuah pilihan tunggal dalam kerangka masa yang pasti akan binasa,
tapi ia berada dalam simetri ruang dan waktu duniawi tempat sang hamba berada,
apakah ia manusia, hewan, tumbuhan ataupun makhluk ciptaan  lainnya,
nisbi,karena semua bergantung warna dan kebutuhannya,
dan yang abadi,hanya cinta Sang Pencipta.

V
Muridku...Berhentilah berlari mencari makna dari apa yang diciptakan,
mintalah defenisi dan muitara hakekat cinta pada-Nya yang menciptakan,
agar engkau tak letih mengusir anjing yang menggonggong mengejarmu,mintalah pada pemiliknya untuk mendiamkan.
Atau seperti kuda liar yang melemparkanmu dari sanggurdi, maka mintalah sang pawang untuk menjinakkan.

Anakku...
Kelak tatkala tabir kegelapan materi telah membuka matamu tentang sebuah hakekat,
ternyata segala yang besar dalam pandangan mata tak lebih mulia dari seekor lalat,
sebab itu mulailah pengembaraan hakikimu sebelum terlambat,
pasrahkan hidupmu pada Sang Pemilik Jagat.

Belajar mencinta.

Hamdi Akhsan

Kamis, 28 April 2011

121-2011. T e r t i p u

121-2011. T e r t i p u

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Tahun-tahun tibanya  fitnah besar  kini  semakin dekat.
Dajjal dan pasukannya membawa  fitnah yang dahsyat.
Hadirkan keterasingan ruh agama yang demikian hebat.
Serta  kedatangan  Imam  Mahdi  pun menjelang  saat.

Kasihan! jiwa-jiwa  yang merana  dalam gelimang harta.
Kepedihan dan tangis  ditutupi dengan  palsunya tawa.
Terombang-ambing prinsip memahami aneka peristiwa.
Dan lupa  pentingnya  pengisian  ruhani  kekayaan jiwa.

II
Teknologi kini  telah hadir sebagai  Tuhan-Tuhan  baru.
Pengganti berhala  nyata yang dahulu dibuat dari batu.
Peritiwa dilihat lewat media seolah nyata padahal semu.
Tanpa sadar  manusia terjebak dalam sempitnya waktu.

Keunggulan  akal manusia bumi kini begitu diagungkan.
Dan dalam hukum sebab akibat kuasa Ilahi dipinggirkan.
Isyarat-isyarat bencana alam dianggap hanya kebetulan.
Pembentukan  kekuatan ruhani  tidak lagi  diutamakan.

III
Sungguh betapa  milyaran manusia  modern  telah tertipu.
Fikiran dan jasadnya selalu  diberi makanan setiap waktu.
Pendidikan yang membentuk jiwa agama kini sambil lalu.
Kedekatan dengan Ilahi bagai  kerakap  tumbuh  di batu.

Kapan  kesadaran akan  tingginya nilai  ruhani akan tiba.
Bagaikan  para  penoreh  tinta  emas yang  ukir  sejarah.
Namanya tak  pernah hilang  di  bumi  sepanjang  masa.
Dan menjadi idola yang digandrungi oleh generasi muda.

IV
Sungguh, permainan  kehidupan ini akan  berakhir fana.
Dan manusia  berpindah ke  tempat sempit kubur sana.
Segala kebanggaan akan pangkat dan harta tiada guna.
Dan  dihadapan Ilahi yang menjadi  miskin dan merana.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 27 April 2011

120-2011. Sebuah Tamsil

120-2011. Sebuah Tamsil

                 Oleh
                 Hamdi akhsan
I
Di hari kulihat sekelompok rusa aneh yang tak lagi suka dengan rimbunnya rimba.
Dan taring-taring harimau yang tumpul karena tak lagi koyak daging domba.
Serta singa-singa muda yang tanggalkan gelar raja hutan seperti simba.
Atau bagai piranha yang lebih memilih hidup malas dalam keramba.

Sungguh rajawali  kini telah  berprilaku sebagai burung pipit.
Bak rusa jantan pesolek yang dekati betina yang genit.
Tiada lagi yang  sanggup berjuang  atasi rasa sakit.
Agar  kelak  kokoh dan tegar  bagaikan bukit.

II
Generasi yang tangguh menghilang.
Tak bermakna bagai  rumput ilalang.
Hidup manja tak sanggup ditantang.
Dan  tiada  perkasa  bagaikan elang.

Sejarah hanya  merupakan bacaan yang saja.
Tidak memberikan semangat pelopor sekuat baja.
Dan kenikmatan duniawi membentuk jiwa yang manja.
Untuk dapat kekayaan yang banyak dengan sedikit bekerja.

III
Tiada  kepedulian yang  tinggi atas akan  hancur  binasanya  negeri.
Atau mereka yang memilih perjuangkan ketidak adilan dengan berapi-api.
Torehkan harumnya nama dalam  perjalanan hidup walau harus berakhir mati.
Dan guncangkan kemapanan yang busuk bagai kuda jantan lepas dari sanggurdi.

Zaman kelak akan buktikan betapa salahnya pilihan piranha hidup dalam keramba.
Atau tak sadarnya singa terhadap ejekan kera karena berhenti menjadi raja.
Atau ayam jantan yang  hanya sibuk  menata  keindahan bulunya saja.
Seperti seorang putra raja yang menunggu hidangan diatas meja.

IV
Zaman ini, segala jalan telah dibuat untuk kesenangan.
Betapa kabur pemisah kejahatan dan kebaikan.
Menjadi kuat dan perkasa  sebuah pilihan.
Agar kelak berharga di mata Tuhan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

119-2011. Kekasih, Ampuni Hamba-Mu ini.

119-2011. Kekasih, Ampuni Hamba-Mu ini.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


Kalaulah hari ini tanganku menggigil tak sanggup tuliskan kata.
Bukan berarti didalam jiwa lemah ini telah menghilang cinta.
Bukan karena tiada lagi ratap yang bercampur air mata.
Atau karena  jiwa yang  berputus asa takuti derita.

Kalaulah hari ini hamba tak sanggup menulis.
Bukan karena iman didada yang  menipis.
Bukan  pula  hasrat  jiwa  telah habis.
Atau telah bersekutu dengan iblis.

Kekasih, hamba menangis.

II

Tangisi diri berlumur dosa.

Tangisan  kelalaian  didalam masa.
Tangisan budak-Mu yang tak berjasa.
Yang  bawa sedikit  bekal  jelang binasa.
Menuju  kehidupan  kekal  sepanjang masa.

Ada cinta  Uwais Al Qarni  yang  begitu membara.
Ada pula Abu Dzar  teriakkan tauhid  tak pernah jera.
Ada pula Bilal bin Rabbah dalam panasnya  gurun tak  jera.
Dan para pencinta-Mu yang dalam perih tak pernah menyerah.

III

Sedang cintaku? hanyalah debu didalam  debu jagat  semesta.
Yang  dalam munajad  pada-Mu jarang  cucurkan airmata.
Yang sering tidak  sungguh-sungguh kala meminta.
Dan bersandar pada makhluk-Mu kala berpinta.

Dalam keagungan-Mu yang begitu  luas.
Dalam  ilmu-Mu yang  begitu awas.
Catatan-Mu  yang  amat  jelas.
sungguh hamba memelas.

Kekasih, hamba  meratap.
Berilah  diri  iman yang  tetap.
Berilah hati  yang selalu berharap.
Ampunan dan  kasih-Mu yang tetap.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Senin, 25 April 2011

118-2011. Anakku, Sadarilah!

118-2011. Anakku, Sadarilah!

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Anakku...
Akan ayah ceritakan padamu sebuah kisah sebagai ibarat.
Semoga menjadi renunganmu sebelum  datangnya sekarat.
Dan menjadi tuntunan bagimu hadapi kehidupan yang berat.
Serta  peringatan untukmu sebelum  mentari terbit dari barat.

Engkau  hidup di suatu masa yang didalamnya penuh keganjilan.
Tatkala majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dipertuhankan.
Ketika ajaran suci para nabi dan Rasul perlahan  telah dipinggirkan.
Dan tangan-tangan  rahasia sekutu syaitan  mengatur peradaban.

II
Sadarilah, begitu banyaknya  tatanan suci yang kini telah berubah.
Syaitan dan sekutunya menguras banyak  waktumu yang tersedia.
Melalui  media tontonan dan hiburan  yang hampir  tidak berguna.
Kecuali hanya habiskan waktu dan membuatmu sejenak tertawa.

Sedang  disana, sekutu syaitan  mengerahkan  semua keahlian.
Pada permainan  olahraga ditanamkan  cinta dan kefanatikan.
Segala upaya, metode serta biaya yang banyak dikeluarkan.
Agar main-main yang  ada nampak  sebagai sungguhan.

III
Lihatlah agama baru yang dianut manusia bumi.
Sepakbola telah menunjukkan banyak ciri.
Korban harta  dan biaya orang  berani.
Demi klub favoritnya yang dicintai.

Kemiskinan dimana-mana.
Yatim piatu merana.

IV
Ada  yang mencibir.
Atas  suaraku yang fakir.
Atau karena rasa  tersindir.
Tapi cobalah  kembali  berfikir.

Betapa Tuhan beri  waktu terbatas.
Baiknya manusia bekerja dengan keras.
Memanfaatkan waktunya  dengan  jelas.
Agar  yang  dikerjakan   akan  membekas.

V
Dalam  tajamnya ruhani mata yang terbuka.
Syaitan  menggunakan  begitu banyak cara.
Agar waktumu  yang akan banyak  tersia-sia.
Untuk hanya bermain-main dan berleha-leha.

Disana mereka sibuk kembangkan teknologi.
Untuk  meraup  banyak  kekayaan  materi.
Dan yang tersisa darimu hanya sedikit lagi.
Hanya sedikit namun merasa tercukupi.

VI
Beruntung yang berhati tajam.
Memahami hakekat  didalam.
Renungkan  perilaku alam.
Agar tidak tenggelam.

Anakku,
Dalam waktu yang masih tersisa.
Bermohon ayah  pada Yang Kuasa.
Jadikan anak-anakku tak berputus asa.
Dan bangkitnya generasi  yang  perkasa.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

117-2011. Rindu Cahaya-Mu

117-2011. Rindu Cahaya-Mu

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Cahaya itu hadir tatkala Musa hadir di Wadi Thuwa.
Pancarkan api semangat menggugat firaun sang penguasa.
Hempaskan kesombongan maharaja yang  dikawal ribuan tentara.
Yang di tengah hempasan ombak laut merah menangis dia tiada daya.

Cahaya itu yang bersinar  dari Mekkah tembus api abadi di negeri Parsi.
Hempaskan kesombongan kisra dan hancurkan kekaisaran romawi.
Yang ribuan tahun membakar api  jiwa para pencinta Ilahi.
Untuk berjuang merebut indahnya balasan surgawi.

II
Cahaya itu yang memanggil para pencinta menembus gelapnya malam.
Yang membakar  semangat Tariq bin Ziad ratusan tahun silam.
Yang memberikan rahmat dan cinta pada seluruh alam.
Yang mengasah jiwa-jiwa suci bagai batu pualan.

Cahaya-Mu membakar jiwa Zainal Abidin As-Sajad.
Untuk jauhi takhta dan sibukkan diri untuk bermunajad.
Betapa baginya sungguh kecil dan tiada berarti dunia ini derajat.
Yang didalamnya dipenuhi oleh  kepalsuan dan berbagai tipu muslihat.

III
Cahaya-Mu jua yang jadikan Uwais Al Qarni susuri sepinya gurun sunyi.
Seorang pencita-Mu yang pada ibundanya begitu ikhlas berbakti.
Yang ketulusannya telah menggetarkan jiwa seorang nabi.
Dan disisi-Nya tiada balasan  selain surga diberkati.

Sungguh cahaya-Mu adalah cahaya diatas cahaya.
Yang apinya  membakar ruhani para sufi  untuk berkelana.
Bertahun-tahun tinggalkan keluarga untuk hidup mengembara.
Sebarkan cahaya-Mu agar penghuni bumi mendapat limpahan rahmah.

IV
Api cinta-Mu membakar rasa  Sang Guru Rumi  untuk susun Matsnawi.
Limapuluh ribu bait kalimat puja tersusun begitu indah dan rapi.
Mempesona jiwa para pujangga yang hidup di zaman ini.
Yang tak mampu hasilkan karya dengan cinta sejati.

Cahaya-Mu lahirkan  Trilyunan kata  bernuansa puja.
Para pencinta berlomba susun kalimat doa yang menghiba.
Yang  dengan tangan gemetar  luncurkan kalimat penuh cinta.
Takuti pedihnya azab dalam  neraka dan merindukan indahnya surga.

V
Cahaya-Mu menerangi semua jiwa yang rindukan kehidupan akherat.
Yang sanggup tempuh jalan-Mu walau di dunia harus melarat.
Tegakkan kebenaran dan menentang perbuatan jahat.
Hanya kehendak-Mu yang dimuliakan setiap saat.

Dalam heningnya malam tatkala manusia terlelap.
Para pencinta bangun berdoa pada-Mu sepenuh harap.
Berharap akan diberi iman dan kecintaan pada-Mu yang tetap.
Dan mendapat kemuliaan dari-Mu dihari yang tak berguna segala ratap.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Minggu, 24 April 2011

116-2011. Ketika Hari Itu Tiba (2)

116-2011. Ketika Hari Itu Tiba (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Di hari-hari ini daku tersentak dengan masa akhir yang semakin dekat.
Bumi yang demikian tua sedang dalam masa yang begitu sekarat.
Bencana radiasi yang datang menyapu bumi begitu dahsyat.
Yang akan disusul dengan hadirnya Dajjal sang penyesat.

Tigapuluh Dajjal pemula sebahagian kini telah ada.
Menjadi maharaja bagi hati  manusia yang buta.
Membuat negeri yang aman jadi penuh derita.
Dan rakyatnya  sengsara  bercucuran airmata.

Ilmu genetika ciptakan hewan menakjubkan.
Ketika kearifan ciptaan ilahi telah dikacaukan.
Akan lahir  kelak hewan yang bersifat mutan.
Yang membuat penciptanya sendiri ketakutan.

II
Adalah bencana besar yang akan merubah poros bumi.
Mengakibatkan mentari pagi tidak  akan terbit di timur lagi.
Benda-benda langit tidak lagi tunduk dengan hukum gravitasi.
Itulah pertanda kehancuran  semesta hanya tinggal sebentar lagi.

Adalah seringnya datang  gerhana akan menjadi salah satu pertanda.
Merubah keteraturan hukum dan sifat-sifat penciptaan yang telah ada.
Membongkar dinding Yaj'juj wa Ma'juj yang  terbuat dari tebalnya baja.
Dan mengembara  mereka di bumi ciptakan  penderitaan bagi manusia.
Sungguh, itulah ciri utama  tatkala kiamat besar telah menjelang tiba.

Adalah kelak  datangannya Al-Mahdi  dan Isa Al  Masih diawal mula.
Memimpin pasukan orang-orang beriman yang kini tak berdaya.
Memnyerukan ayat-ayat Ilahi sinari bumi menjadi bercahaya.
Perintah Tuhan yang  Maha Agung tegak  berwibawa.

III
Dan ketika masa kejayaan itu kelak berlalu.
Tinggalah para  pendurhaka ada disitu.
Manusiapun lupa pada Yang Satu.
Maka  kiamat datang dikala itu.

Berawal dari  datangnya kabut.
Gunung-gunung  pun tercabut.
Milyaran manusia sibuk dan ribut.
Berlari  kian kemari  dilanda takut.

Tatkala hukum gravitasi  menghilang.
Bumi pun dilanda hebatnya gelombang.
Seluruh bangunan akan runtuh dan hilang.
Dan tiada rumah lagi  untuk siapapun pulang.

IV
Di saat  kiamat yang  dijanjikan  telah  datang.
Tiada guna teknologi dan gedung  menjulang.
Api akan melelehkan kuatnya  baja  bertulang.
Melalap bumi bagai terbakarnya padang ilalang.

Api  Yaman  muncul dari dalam bumi terbelah.
Pertanda kehidupan di bumi berakhir sudah.
Semua manusia dihalau ke Mahsyar sana.
Pertanggungjawabkan perbuatannya.

Wahai Allah ampuni kami atas semua salah.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sumber : Hadits
Hari kiamat baru akan tiba setelah terjadi sepuluh peristiwa di bumi :
(1) Ad-Dukhon, asap atau kabut (2) Dajjal (3) Dabbaah (4) Matahari terbit dari barat (5) Turunnya Isa al masih (6) Ya’juj Ma’juj (7) Gerhana di timur (8) Gerhana di barat (9) Gerhana di wilayah arab (10) Api menyala di Yaman menghalau umat manusia ke mahsyar.”

115-2011. Engkaukah Sang Putra Zaman?

115-2011. Engkaukah Sang Putra Zaman?

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
di hari ini, Tsunami peradaban Dajjal menghantam nilai-nilai suci.
Bagai meteor ribuan tahun  silam hancurkan peradaban bumi.
Atau runtuhnya puncak himalaya ciptakan badai salju abadi.
Sungguh nilai-nilai  keesaan Ilahi kini telah dianggap mati.

Pejuang pembela tanah air dianggap sebagai teroris.
Bumi Afghan, Iraq, Checnya, Libya kini menangis.
Putra-putri  yang suci dipengaruhi  budaya iblis.
Dan keyakinan akherat pun kini kian menipis.

II
Dan Bala tentara maharaja iblis terbahak.
Mayoritas  manusia  kini telah berpihak.
Para  pencinta Ilahi kini pun terserak.
Tanpa kekuatan yang menghentak.

Adakah kini  suara  kebangkitan?
Yang mampu menggentarkan.
Yang dapat  membanggakan.
Untuk sebuah kemenangan.

III
Betapa dalam sejarah tertulis.
Tentang Kehebatan para perintis.
Yang tegar dan kokoh tiada tangis.
Dan sosoknya perkasa lagi menggiris.

Untuk  supremasi sebuah peradaban.
unggul senjata memang dibutuhkan.
Tapi semangat tetap didepankan.
Karena ia asal segala kekuatan.

IV
Betapa kukuh kekaisaran lama.
Perlahan hancur sendi dalamnya.
Karena pengisian ruhaniah hampa.
Dan karena  mengandalkan senjata.

Kini generasi  penerus  dininibobokkan.
Habiskan masa melalui banyak permainan.
Segala bentuk dan metode game disajikan.
Agar masa emas mereka terjauh dari bacaan.

V
Kekuatan  Dajjal bersatu buat cara-cara canggih.
Melalui riset  yang dikerjakan oleh ilmuwan terpilih.
Agar otak yang  ketagihan  membuat  mereka letih.
Dan latihan melalui kitab suci dan Sholat malam tersisih.

Belumlah lagi  simbol-simbol  Kabbalah kini dimunculkan.
Simbol peradaban Kuno Mesir yang kian dipopulerkan.
Sebagai  bahagian  utama dalam upaya  penyesatan.
Agar kaum  mudanya makin  jauh dari jalan Tuhan.

VI
Mengapa, Tuhan telah bersumpah demi waktu?
Karena dalam masa tersimpan rahasia tertentu.
Masa muda berjuang  bagai  mengukir batu.
Walau berat namun hasilnya sudah tentu.

Ketika masa  keemasan telah berlalu.
Jasad sudahmulai  lemah dan kaku.
Mental pun sudah mudah ragu.
Tampil di depan tak mampu.

VII
Tatkala masa muda tersia.
Tiada diisi dengan membaca.
Tidak diisi dengan berolahraga.
Maka jadilah generasi yang lemah.

Siapa Pemegang supremasi peradaban?
Adalah mereka yang unggul persenjataan.
Yang bekerja keras kuasai ilmu pengetahuan.
Dan memiliki  kekuatan ruhani  menggentarkan.

VIII
Manalah ada burung pipit yang mampu kalahkan elang.
Kalau kerjanya habiskan waktu untuk bersenang-senang.
Berfikir semu dalam permainan seolah menjadi petualang.
Dan tak sadar ketikamasa dewasa telah kian menjelang.

Betapa peradaban  suci akan sulit bangkit kembali.
Tatkala tidak ada pelanjut dari sebuah generasi.
Yang  berpikir keras  untuknya sore dan pagi.
Dan  serahkan hidup  pada kehendak Ilahi.

IX
Dihari-hari  pendek yang kini tersisa.
Kurindukan Al-Mahdi  suci akan tiba.
Membawa Cahaya-Nya kembali jaya.
Maka  kebahagiaan  bersama  dunia.

Pada-Mu hamba sandarkan asa.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

112-2011. Bersyukurlah

112-2011. Bersyukurlah

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Wahai diri yang menumpang dalam kesementaraan.
Bersyukurlah atas semua nikmat yang Ia berikan.
Dari semula lahir tanpa  selembarpun pakaian.
Hingga hidup dengan harta berkecukupan.

Bersyukurlah atas  oksigen yang gratis.
Atau  penahan silau  berwujud alis.
Atas airmata berbentuk tangis.
Dan nikmat lain tak terlukis.

II
Bersyukurlah diri selalu.
Sekarang   atau  dahulu.
Di saat siang ataupun dalu.
Di saat gembira  ataupun pilu.

Bersyukur membawa kelapangan.
Terjauh dari dengki dan kesempitan.
Jadikan rezeki  membawa  keberkatan.
Dan bibir selalu dihiasi dengan senyuman.

III
Betapa beruntung bagi yang banyak bersyukur.
Mendapat ampunan  dari  Ilahi  yang Maha Ghafur.
Rahmat dari langit akan tercurah dan rezeki bertabur.
Serta nikmat lain yang  banyaknya tak  mungkin diukur.

Bersyukur adalah berbahagia dengan pemberian yang ada.
Mendapat musibah  bersabar dan  diterima lapang dada.
Terhadap  rezeki  orang lain tidak  jadi iri  dan gelisah.
Serta  ikhlas  terhadap  segala  bantuan  dan  jasa.

IV
Sehat adalah rezeki berwujud penghematan.
Waktu ialah rezeki membawa kesempatan.
Teman membuat  peluang didatangkan.
Dan yakin membawakan kemantapan.

Sungguh banyak insan yang kufur.
Padahal  nikmat telah  bertabur.
Baik  langsung  atau  diangsur.
Tiada disangka atau terukur.

V
Wahai  Ilahi  Tujuan  hamba.
Pada-Mu jua kami menyembah.
Kuatkan kami  agar tak   berubah.
Bersukur pada-Mu tuk semua nikmah.

Wahai Tuhanku Yang  Maha Pemberi.
Pada-Mu jua hamba  serahkan diri.
Bersyukur kami  petang dan  pagi.
Atas  nikmat-Mu hingga ke mati.

Karena-Mu jua kami hidup dan mati.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

114-2011. Inilah Tangan Kami?

114-2011. Inilah Tangan Kami?

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan
I
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang sebuah masa yang hilang.
Tatkala  kaki-kaki kecil berlari  menyelusuri pematang.
Tubuh-tubuh  menghitam  terbakar  terik  di siang.
Bawa obor ke mesjid saat maghrib menjelang.

Tiada yang ber kisah tentang Sains Saiya.
Tetapi   tentang  belut di  tengah  sawah.
Tentang berlari di kejar pemilik mangga.
Yang   diceritakan   penuh  canda  tawa.

Masa-masa nan indah itu kini telah hilang.
Sawah pun telah tergusur beton bertulang.
Tiada lagi pohon tempat burung bersarang.
Yang nampak  wajah  yang  rautnya  garang.

II
Kicau burung yang  indah dipagi  hari berganti dering.
Sungai-sungai kecil yang dulu jernih kini pun telah kering.
Gundulnya  hutan-hutan  telah  membuat  longsornya tebing.
Dan musnah sudah binatang indah seperti kijang dan trenggiling.

Dahulu wajah-wajah  kami di desa cerah  karena segarnya udara.
Tidak pucat karena polusi  industri yang membuat sengsara.
Atau kena penyakit aneh karena tekanan yang mendera.
Atau  masuk ke  rumah sakit jiwa  karena  duka lara.

Di masa itu gotong royong  menjadi kebiasaan.
Akan bersyukur mereka yang berkecukupan.
Pagar rumah pun  tidak saling  meninggikan.
Dan hidup bersama pun tercipta kedamaian.

III
Kini, alam dan  manusia  tidak lagi  bersinergi.
Segala diluar manusia diabdikan  untuk materi.
Bahkan  orang miskin akan sengsara disaat mati.
Karena kubur harus disewa agar mayat tak diganti.

Sungguh ironis kehancuran budaya atas nama kemajuan.
Orang tua tidak lagi dianggap berkah namun menjadi beban.
Mereka hanya bisa menangis menahan perih dalam sedu sedan.
Dan  perlakuan pada orang tua  ini dianggap anak sebagai teladan.

IV
Tanda-tanda  peradaban  Dajjal  yang durhaka  kini semakin nyata.
Pembangkangan pada Perintah  Ilahi telah hadir didepan mata.
Terhadap  larangan-Nya manusia  seakan-akan  telah buta.
Maka  tunggulah  penderitaan dan  azab pasti akan tiba.

Dalam masa kehidupan  pendek  yang  diberikan-Nya.
Dan keluarga dan harta sebagai amanah titipan-Nya.
Sebagai hamba mari kita tunduk pada  aturan-Nya.
Agar kelak selamat dalam sidang  pengadilan-Nya.

Ilahi, betapa banyaknya  dosa dan pelanggaran.
Betapa  tulinya  hamba-Mu  dengan peringatan.
Ampunilah kami  sebelum  datangnya kematian.
Dan rahmatilah kami  kelak disaat kebangkitan.

Ilahi, hanya Engkau lah tumpuan harapan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sabtu, 23 April 2011

89-2011. Di Tanah Ini Daku Ingin Berkubur

89-2011.  Di Tanah Ini Daku Ingin Berkubur

                Oleh
                Hamdi Akhsan

I
Wahai Anak,
Dengarlah olehmu sebuah pesan yang sederhana.
Dari seorang hamba yang akan berakhir fana.
Yang coba sampaikan pesan diujung pena.
Agar generasi pengganti  tidak terlena.

Dulu, tanah  tempatku berpijak  lahan yang subur.
Yang Kaya maupun yang miskin selalu bersyukur.
Terjauh dari sifat yang sombong dan takabbur.
Serta  terhadap  nikmat Ilahi  tidaklah kufur.

II
Tapi kini, segala tempat telah  kena polusi.
Hewan-hewan pembantu sawah telah diganti.
Karena dinini bobokkan bius  kemajuan teknologi.
Maka hewan hidup yang bernilai diganti dengan besi.

Karena tiada lagi  kotoran hewan didapat.
Sawah  pun  gersang  perlu  pupuk dan obat.
Bergentayangan pula rentenir didukung penjahat.
Maka jadilah kehidupan para  petani semakin melarat.

III
Wahai anak, kelak bila daku pergi dari dunia fana.
Kuburkan  aku di tanah yang  tiada pabrik disana.
Jangan bongkar kuburanku atas nama tata guna.
Yang mengusik ketenangan kami diakherat sana.

Jangan kumpulkan tulang-tulangku demi mesin besi.
Atau pindahkan kuburku demi kekayaan materi.
Jangan sakiti nenek moyangmu demi industri.
Atau menganggap enteng suatu generasi.

IV
Di masa silam, negerimu kuat dan disegani.
Sekarang  lemah dan negara kecil pun berani.
Tanah-tanah subur dirampas dan hilanglah petani.
Dan  penduduk lokal pun lantas menjadi asing disini.

Para wanita harus pergi ke negeri tetangga.
Ada yang  tak pulang  dan tak  tahu kuburnya.
Atau  bernasib malang  karena  mereka  teraniaya.
Sungguh sebuah kepedihan yang menyesakkan dada.

V
Wahai anak, Bila kelak kematian menjemput.
biarlah tumbuh subur diatas kubur kami rumput.
Karena dari tanah asal mula manusia dahulu disebut.
Berbeda dengan bangsa jin dan mahluk dari alam malakut.

Kuburkan aku ditanah yang dipagi hari tercium bau embun.
Di tempat segala kefanaan bagi hamba-Nya serumpun.
Dan biarlah kami menunggu sampai seribu tahun.
Sampai kelak datang hari saat semua dihimpun.

Anakku, jadilah engkau amanah dan tekun.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

111-2011. Kekasih, Padamkah Api Itu?

111-2011. Kekasih, Padamkah Api Itu?

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Kekasih
Apakah kini cahaya-Mu telah tersia.
Bagai padamnya api  Majusi di negeri Persia.
Di ninibobokkan syaitan dari  golongan  jin dan manusia.
Dan kegelapan hidayah-Mu akan mempercepat datangnya siksa.

Kini, Jiwa-jiwa muda yang  tumbuh tak lagi perkasa bak Rajawali.
Seruan iman untuk bangkit bak menyeru kaum yang tuli.
Hati mereka diisi  indahnya suara  para penyanyi.
Dan sedikit yang berzikir di tempat sunyi.

II
Sungguh kini hadir jiwa-jiwa hampa.
Yang hidup  namun tiada upaya.
Yang hidup dalam buaian cinta.
Dan tiada rindu Pemilik Semesta.
Seperti generasi  yang pernah jaya.

Tiada kerinduan bak Ibrahim sang Kekasih.
Ataupun cinta pada-Mu bagai  cinta Isa Al-Masih.
Atau  yang tadahkan tangan dengan suara merintih.
Merindukan kasih sayang-Mu bagai rindunya seorang kekasih.

III
Kekasih, di penghujung zaman yang makin dekati  kematian.
Adakah sang pengembara sebagaimana seorang Salman.
Yang mencari-Mu tinggalkan jauh kampung halaman.
Dan diberi surga yang didalamnya taman-taman.

Dalam  kuatnya dominasi peradaban dajjal.
Dan musuh yang gunakan segala akal.
Berilah kami keimanan sebagai bekal.
Untuk hadapi musuh-Mu yang kekal.
Membuat mereka yang baik jadi nakal.
Dan tak sempat bertaubat menjelang ajal.

IV
Dalam kehinaan para pencinta-Mu hamba berharap.
Kelak  muncul  generasi yang  sanggup berdiri  tegap.
Mengambil alih kepemimpinan umat  dan merentas harap.
Serta  membuat para  pembenci   cahaya-Mu menjadi  tiarap.

Kekasih, betapa hamba rindukan rumah-rumah-Mu dipenuhi takbir.
Tatkala kidung-kidung suci-Mu mengalir indah dari jutaan bibir.
Lahirkan generasi yang berjuang merebut jalan-Nya takdir.
Dan tegakkan Agama-Mu sampai kehidupan berakhir.

Kekasih, Selamatkan kami kelak di Yaumil Akhir.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

110-2011. Misteri cinta

110-2011. Misteri cinta

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Sebuah misteri dicipta Ilahi di alam raya.
Tentang rasa cinta antara jiwa manusia.
Yang  rampas  semangat jiwa  dan rasa.
Yang mampu ciptakan  tumpukan dosa.

Cinta yang membuat ribuan pemikir habiskan waktu.
Mengungkap misteri yang ada sejak zaman dahulu.
Yang ada sejak manusia dicipta dalam rahim ibu.
Sampai  kelak jasadnya  tertutup  nisan batu.

II
Cinta  yang  membuat  kuatnya  segala  ingin.
Ciptakan airmata Qais yang diterbangkan angin.
Sampaikan tembangnya pada laila dimalam dingin.
Ciptakan kesetiaan bak kukuhnya  pohon  beringin.

Ada pembeda dua pilihan bak  selaput sangat tipis.
Karena cinta ada bahagia, derita, sedih & tangis.
Yang  dengan waktu ia pun menjadi  terkikis.
Bak kukuhnya tebing yang akhirnya terbis.

III
Cinta seorang bunda menembus alam raya.
Lahirkan jutaan kata-kata indah sepanjang masa.
Tak mampu dituliskan  dengan tinta seluas samudra.
Yang didalamnya terlibat kekuatan ridho dan cinta Ilahiah.

Adalah cinta  seorang mujahid pada  sebuah tansaksi suci.
Yang membela negeri dari ketamakan para pembenci.
Yang  harapkan indahnya ganjaran dari Ilahi Robbi.
Atas darah yang mengalir dari pembuluh nadi.

IV
Apa dan kepada siapapun cinta.
Tetaplah ia punya etika dan kaidah.
Dalam lasih sayang bunda atau asmara.
Demikian juga cinta yang kurbankan darah.

Cinta agama bukan cinta yang kurbankan saudara.
Bukan pula perjuangan yang dilandasi dengan amarah.
Tetapi pembelaan diri atas musuh yang bersimaharajalela.
Atau agama suci yang diinjak-injak para pembenci yang nista.

V
Adalah sebuah kekejian tatkala ambisi dibungkus perjuangan.
Segala kutipan yang  menguntungkan akan dibuat alasan.
Segala upaya yang halal dan haram akan dipergunakan.
Untuk mencapai ambisi syaitan yang  diperturutkan.

Wahai tentara syaitan yang dipenuhi rasa benci.
Takkan  bersih kau mencuci  dengan air seni.
Takkan tegak  kebaikan  dengan mencaci.
Dan takkan engkau raih derajat terpuji.

VI
Hiduplah dengan mencintai sesama.
Memberi  manfaat pada  semua.
Dan kepada pemilik  Rahmah.
Bermohon Ridho dan cinta.

Sampai hari akhir tiba.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

109-2011. Bangkitlah Wahai Kaum Muda!

109-2011. Bangkitlah Wahai Kaum Muda!

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Bagaimana akan kau tiupkan bara  api kebangkitan.
Bila saat mentari  terbit kau meringkuk  kedinginan.
Merajut  asa dalam indahnya khayal  sebuah impian.
Dalam cengkraman birahi syahwat yang melenakan.

Bagaimana akan kau ukir keperkasaan rajawali sang raja angkasa.
Kalau masa mudamu tak pernah berlatih memburu mangsa.
Asyik bermain dengan  hura-hura dan sedapnya dosa.
Bahkan ambil padi bak burung pipit pun tak bisa.

II
Bagaimana  tanah  suburmu  tak akan  dirampas.
Kalau untuk memegang cangkul pun tanganmu tak pas.
Hutan rimba yang kayunya melimpah ruah pun engkau lepas.
Agar hidup santai berleha-leha perturutkan nafsu yang tak puas.

Bagaimana kekayaan ikan di lautmu takkan hilang.
Bila para nelayannya  telah bekerja di kapal orang.
Sibuk  membeli barang  konsumtif  tatkala pulang.
Dan tak sadar bahwa kemiskinan telah menjelang.

III
Bagaimana masa depan negeri tidak semakin rapuh?
Bila kaum muda pergi ke negeri lain untuk  jadi buruh.
Sedang para pemimpinnya sendiri hanya bisa mengeluh.
Tanpa mampu mencari solusi dan jalan keluar yang ampuh.

Saatnya bagi  kaum muda untuk  bangkit di barisan depan.
Berjuang sepenuh hati ambil alih estafeta kepemimpinan.
Bekerja  keras  mengandalkan kedua kaki dan tangan.
Untuk bawa bangsa ini bangkit menuju kejayaan.

IV
Jangan mudah  percaya pada  propaganda budaya.
Karena ia racun  tersembunyi dalam  indahnya bunga.
Membuatmu generasimu pasti akan terbius dan terlena.
Dan kelak negerimu hanya tinggal puing yang merana.
Serta tumpukan  sampah sisa  yang tiada  berguna.

Negeri ini adalah pemberian Tuhan yang kaya.
Tanahnya subur dan air tersedia melimpah.
Pandai-pandailah dirimu syukuri karunia.
Agar  rahmat-Nya tidak  jadi petaka.

Kaum muda, bangkitlah segera!


Al Faqiir


Hamdi Akhsan.

94-2011. Nasehat Seorang Ayah

94-2011. Nasehat Seorang Ayah

                      Oleh
                      Hamdi Akhsan

I
Kutulis syair cinta di penghujung usia.
Untuk anakku yang akan pergi jelajahi dunia.
Yang akan jalani hidup bagai seorang pengembara.
Sampai kelak taqdir akan membawamu berakhir sudah.

Perjalanan waktumu, kelak kan sampai pada hakekat.
Tentang masa yang  datang dan berlalu begitu  singkat.
Tentang harta yang haram dan halal membawa berkat.
Tentang amal baik dan  perbuatan dosa yang melekat.

Dalam  perjalanan hidup yang bagai  sekuntum bunga.
Jasad mudamu juga perkasa bagaikan seekor singa.
Gagah dan cantik harum bak kembang kenanga.
Kerja keras akan membuat masa tua berguna.

II
Tetapi hati-hatilah diri dengan  tipuan syaitan.
Musuh  memerangkapmu dengan  kebudayaan.
Jadilah iman dan hidupmu goyah  tanpa pendirian.
Akhirnya kau akan  jadi budak  yang jauh dari Tuan.

Anakku, kelak   engkau  akan  menyesal  dimasa tua.
Manakala diisi  dengan  dunia dan  kekosongan jiwa.
Manakala  diisi dengan kesenangan  dan canda tawa.
Dan  hati kotor  bagaikan lumpur  yang  penuhi rawa.

Isilah masa mudamu mencari ilmu dan bekerja keras.
Tak perlu menuhankan jasad dan gagahnya paras.
Atau hidup dalam gelora nafsu hingga tak awas.
Setelah tua kelak  sesal  jua yang  membekas.

III
Kini,generasiku  telah berada di senja usia.
Dalam  perjalanan  pulang   menuju fana.
Kembali pada Sang Pemilik Jagat raya.
Sebagai  pemenuhan  janji batas usia.

Isyarat  kematian  telah  menjelang.
Matapun kini kabur memandang.
Makan  pun mulai  berpantang.
Malaikat  maut  menghadang.

IV
Dalam  masa  yang  tersisa.
Padamu kami titipkan asa.
Sebelum jasad ini binasa.
Bawa  amal  dan  dosa.

Anakku, harapan kami.
Jadilah  pewarisi  sejati.
Bangun diri  dan negeri.
Menuju keridhoan Ilahi.

V
Jadilah perkasa bagai elang.
pekiknya getarkan awang-awang.
Yang tak mengeluh  dalam  berjuang.
Sampai kebatilan kerajaan syaitan tumbang.

Anakku banggakan kami dengan jati dirimu.
Hantarkan kami ke kubur dengan takbirmu.
Jadilah kau tuan bagi kenangkitan negerimu.
Agar bangga  kelak  generasi  penggantimu.

Percayalah,kelak engkau pasti akan menang.
Diri, negeri & agamamu akan terpandang.
Asalkan engkau tak ragu dan bimbang.
Walau sejuta cobaan menghadang.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 22 April 2011

95-2011.Perjalanan Hidup Manusia

95-2011.Perjalanan Hidup Manusia

              Oleh
              Hamdi Akhsan


I
Simbol-simbol religi yang ribuan tahun menjaga bumi kini terpinggirkan.
Paradigma kesementaraan dunia diisi dengan aneka kesenangan.
Melalui berbagai instrumen materi segala upaya dilakukan.
Agar manusia lupa setelah mati ada kehidupan.

Mengapa  manusia yang  ada sedikit iman lupa?
Peringatan Allah  tentang golongan  yang memuja dunia.
Mereka nyatakan bahwa hidup dan mati hanya mekanisme Ilmiah.
Bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, besar, dan hancur jadi tanah.

II
Sungguh kehidupan telah sekarat bagaikan seekor singa menjelang ajal.
Musuh-musuh Tuhan bersekutu kerahkan segenap upaya dan akal.
Memoles hati dan iman agar  tertutup dan lupa siapkan bekal.
Menghadap-Nya dihari yang siksa dan bahagia akan kekal.

Betapa umat manusia sering menjadi lalai dan lupa.
Saat lahir ke dunia  lemah dan  tiada berdaya.
Menangis sendiri walau disambut gembira.
Untuk jalani hidup sebagai hamba-Nya.

III
Bertambah usia fitrah ternoda.
Dikalahkan Iblis penggoda.
Lemahkan Iman didada.
Hingga  lalai  ibadah.
Kadang menepuk dada.
Banggakan apa yang ada.
Dan hidup pun berakhir sudah.

IV
Bila manusia bertafakkur dan merenung.
Kala kematian tiba tak guna harta  segunung.
Atau para pengawal dengan sirine meraung-raung.
Hanya  yang taat pada  perintah-Nya akan beruntung.

Betapa sedih tatkala manusia diantar  banyak orang kekubur.
Tiada yang mampu halangi malaikat dan sambutan ulat bertabur.
Atau hentikan proses  tatkala daging menjadi  hancur  seperti  bubur.
Sungguh tak guna kebanggaan dunia diiringi sifat sombong dan takabbur.

V
Wahai hamba, selama hidup dan saat dimasukkan kekubur masih ada penolong.
Namun saat malaikat menyiksa didalam  kubur, hanya diri sendiri yang melolong.
Disiksa, dicambuk, dan digergaji sampai anggota tubuh pun terpotong-potong.
Sungguh hari yang akan sangat  disesali mereka yang  terhadap Ilahi sombong.

Adalah berbeda lsaat kebangkitan setelah kiamat di Padang Mahsyar tiba.
Tiada lagi janda yang tangisi jasad suami atau anak yang tangisi ayah.
Ataupun simpati sahabat mengantar ke kubur yang diiringi doa.
Di Mahsyar  manusia saling menuntut atas perbuatan dosa.

VI
Dalam masa hidup di dunia yang hanya sebentar.
Bermohon pada-Mu wahai Ilahi Yang Akbar.
Tuntunlah kami agar senantiasa  sadar.
Dan larangan-Mu tak kami langgar.

Ilahi, pada-Mu kami bersandar.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan.

Selasa, 19 April 2011

108-2011. Kala Hari itu Tiba

108-2011. Kala Hari itu Tiba

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan.


I
Inilah syair hamba yang takut,
jelang datangnya sakaratul maut,
tatkala nyawa kelak dicabut,
bagaikan akan pohon tercerabut.

Betapa sering mata melihat,
wajah yang suram cahaya pucat,
tatkala telah datang malaikat,
meregang tubuh sakit menggeliat.

Menjelang masa tersebut tiba,
tangan menadah sambil menghiba.
bermohon ampun pada-Mu hamba,
Rahmat kasih-Mu yang kami damba.

II
Kekasih...
Didalam kitab Engkau ingatkan,
Segala perintah harus kerjakan,
sebagai bekal kelak hadapkan,
agar ampunan Engkau berikan.

Tetapi manusia banyak terlalai,
indah dunia sering membelai,
godaan syaitan bikin terbuai,
terkejut saat hidup selesai.

Betapa sejarah telah ajarkan,
kematian pasti Engkau datangkan,
segala yang fana Engkau musnahkan,
segala perbuatan Engkau balaskan.

III
Pada-Mu memohon hamba yang hina,
berilah diri iman sempurna,
selamatkan hamba di alam sana,
dikaruniai pula surga nirwana.

Kalaulah boleh hamba meminta,
berilah hamba rahmat dan cinta,
Berilah jalan lapang dan rata,
disaat kelak menutup mata.

Terhadap anak istri yang tinggal,
berilah mereka agama bekal,
serta dibuka luasnya akal,
serta menjaga jalan yang halal.

IV
Kekasih...
Tak tahu hamba kapan dipanggil,
bila teringat diri menggigil,
sangat terasa diri yang kerdil,
tak ada seharga batu kerikil.

Walaupun diri banyak bersalah,
terhadap syaitan terkadang kalah,
hamba mengaku pada-Mu Allah,
dosa diriku berkulah-kulah.

pada-Mu hamba berpasrah diri,
bermohon ampun wahai Ilahi,
diberi rahmat sepanjang hari,
dimudah saat datangnya mati.


al Faqiir

Hamdi Akhsan.

Minggu, 17 April 2011

97-2011. Kala Pengadilan Itu Tiba

97-2011. Kala Pengadilan Itu Tiba

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Hiruk pikuknya zaman telah melenakan ruhani manusia bumi.
Menuju masa tatkala pencinta Ajaran Ilahi dianggap anomali.
Amalan-amalan  yang  dilakukan  bagaikan air di daun  keladi.
Tiada  bermakna  serta membekas sebagai  pengendali hati.

Betapa petaka dahsyat akhir zaman telah hadir didepan mata.
Jelang pastinya  kehancuran  bumi yang telah  dijanjikan tiba.
Tatkala semua insan tertunduk tak mampu  hadapkan wajah.
Hadapi  pengadilan  tertinggi  dari Ilahi  Sang Maha  Pencipta.

II
Disana Penguasa bumi yang zalim akan  meratap dalam tangis.
Jiwanya kecut,sendi gemetar dihadapan malaikat yang bengis.
Tiada lagi para penjilat terbungkuk ucapkan kata-kata manis.
Hanya wajah-wajah yang tertunduk malu sambil meringis.

Ditengah lautan manusia tiada hubungan kekeluarga.
Suami dan istri, anak dan orang tua saling berlaga.
Milyaran  manusia  merintih  menahan  dahaga.
Dan hancur luluhlah semua kebanggaan raga.

III
Dihari itu nasib seorang hamba ditetapkan.
Apakah ia akan beruntung sebagai  insan.
Tiada kebohongan yang dijadikan alasan.
Amal baiklah  membuat  Allah terkesan.

Dihari itu hanya kebaikan jadi pembela.
Dan akan menyesali diri para  pencela.
Akan dibalas tunai  mereka yang salah.
Semua hanya berharap ampunan Allah.

IV
Menyesali  diri  tatkala  hati  tergoncang.
Iingin kembali ke dunia untuk mengulang.
Perintah  diturut dan  larangan dipantang.
Namun kini tertutup sudah semua peluang.

Para malaikat menggiring  pendosa ke neraka.
Berombongan milyaran manusia berwajah duka.
Dirundung takut dan sesal tak hingga kini mereka.
Namun tak mungkin dibalik kembali dari alam  baqa.

V
Yang ada hanya  teriakan  yang sungguh  memekakkan.
Mengapa kalian  begitu lalai padahal telah  diperingatkan.
Nabi  dan Rasul  begitu  banyak yang  telah  diturunkan.
Tapi semua tidak diindahkan demi dunia yang melalaikan.

Dan berbeda dengan  golongan mereka yang  dirahmati.
Mereka terpesona  dengan  balasan  indah setelah  mati.
Bagaikan  mendapatkan  pemberian  yang  lama  dinanti.
Yang sangat hebat lebihi emas dan mutiara berpeti-peti.

VI
Sungguh rahmat dan keindahan yang tak terbayangkan.
Segala kenikmatan dan kesenangan Tuhan berikan.
Mereka dapatkan  segala  macam  kenikmatan.
karena prihatin untuk jauhi godaan  syaitan.

Ilahi, pada-Mu kami panjatkan ampunan.
Atas segala salah dan  kedurhakaan.
Atas segala laku pembangkangan.
Pada-Mu jua nasib kami serahkan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Sabtu, 16 April 2011

105-2011. Surat Terbuka Untuk Kaum Muda

105-2011.  Surat Terbuka Untuk Kaum Muda

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan

I
Anakku.
Negeri ini adalah negeri yang subur.
Segala  rahmat  telah Tuhan  tabur.
Tanah berhumus dan juga gembur.
Diberinya rezeki hujan  mengguyur.

Tapi mengapa orangnya pergi.
Tidaklah ingin jadi petani.
Pergi ke sawah setiap hari.
Mencari rahmat yang Tuhan beri.

Didalam tani terdapat berkah.
Rezeki halal yang Tuhan suka.
Dari bumi-Nya terpancar berkah.
diberi sehat jasad mereka.

II
Dahulu kerbau untuk membajak.
Cara berfikir orang yang bijak.
Kotoran menjadi pupuk terserak.
Dagingnya berharga emas dan perak.

Karena tertipu budaya baru.
Diganti traktor dulunya garu.
Memakan biaya sudahlah tentu.
Tak lama rusak kita tertipu.

Pupuk pabrikpun banyak dipakai.
Pestisida pun menjadi ramai.
Belalang dan serangga menjadi bangkai.
Rusaklah harmoni makanan rantai.

III
Anakku...
Beternak juga prilaku mulya.
Banyak mereka yang jadi jaya.
Harta terkumpul menjadi kaya.
Asalkan jauh sifat yang riya.

Hidup berdagang jadi pilihan.
Disana banyak rezeki Tuhan.
Asalkan jangan main tipuan.
Atau pun curang dengan timbangan.

Tiga profesi yang berdikari.
Orang kan hormat, Tuhan memberi.
Untuk korupsi terhindar dari.
Banggalah dengan diri sendiri.

IV
Anakku...
Kalaulah masih bisa dicegah.
Jadi TKI bukan dibangga.
Di negeri orang merana raga.
Hinaan juga tak bisa cegah.

Dahulu kita bangsa nelayan.
Berkah yang banyak Tuhan berikan.
Di laut luas mencari makan.
Bertabur mutiara dan juga ikan.

Jadi PNS juga tak salah.
Asalkan benar tidak masalah.
Mencari rezeki halal pun bisa.
Jauhi maksiat jauhi dosa.

V
Di ujung syair diri berpesan.
Pada anakku sebagai insan.
Bekerja keras janganlah bosan.
Sampai jasadmu diberi nisan.

Hidup di dunia hanya sebentar.
Mari jalani sepenuh sadar.
Malaikat datang nanti gemetar.
Disiksa diri sakit menggelepar.

Diakhir syair kuucap salam.
Selamat ibadah selamat malam.
Berdoa kita pada penguasa alam.
Dimasukkan ke surga Darussalam.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

107-2011. Pesan Untuk Generasi Baru (2)

107-2011. Pesan Untuk Generasi Baru (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Ketika engkau bagaikan buih tak berdaya ditengah samudera.
Syaitan yang dilaknat terbahak dalam kemenangan peperangan abadi.
Betapa sungai darah dan rintihan kehinaan hancurnya Baghdad kini terulang.
Yang jadikan negeri-negeri para pencinta pernah ada sebagai ladang pembantaian.

Lantunan zikir sang guru Rumi  dari konya kini hanya sayup-sayup terdengar.
Lemah dan takut bagai mengkiriknya ayam dalam incaran mata elang.
Wahai para pencinta surgawi, dimanakah kini engkau berada.
Tatkala panggilan suci menggema di segala penjuru dunia.

II
Balatentara syaitan tetap kukuh dengan dendamnya sepanjang zaman.
Akan datangkan segala bencana  untuk para pencinta dari segala arah.
Agar sepanjang usia dihabiskan untuk kesenangan dan pencarian fana.
Dan jadikan segala kenikmatan sebagai tujuan semu yang mempesona.

Kesenangan telah menjadi tuak yang sungguh memabukkan.
Membuat lupa para musafir kehidupan diperjalanan.
Sungguh tatkala senja usia telah menjelang .
Barulah sesal menyesakkan dada.
Namun terlambat sudah.

III
Kapan akan lahir kembali pencinta bak seorang Uwais Al Qarni.
Gemparkan  zaman  atas  ikhlasnya  kebaktian pada Ilahi.
Yang tiada sebutir debu pun nodai jiwanya nan sucii.
Sampai datangnya hari kerinduan yang pasti.

Hanya cinta pada sang pemilik jiwa.
Ia susuri heningnya gurun sebagai penggembala.
Tak mungkin ia tinggalkan ibunda untuk jumpai Rasulullah.
Maka keridhoan Ilahi diberikan untuknya.

IV
Dimana engkau wahai Al Bara' bin Malik Muda.
Pria hitam berdebu yang doanya menggetarkan langit.
Yang tatkala syahid terdapat  lebih seratus mata pedang.
Serta yang tidak hirau  dengan tipuan  dan pesona dunia.

Adapun Kejayaan masa silam yang pernah ada.
Bukanlah pemberian yang datang dari ujung jagat.
Namun dipenuhi aliran darah para pengembara surga..
Yang baktikan seluruh hidupnya pada sang Pemilik Cahaya.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 15 April 2011

104-2011. Dan Mesjid pun Ternoda

104-2011. Dan Mesjid pun Ternoda

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan
Bom di Mesjid Polri Cirebon
I
Hari ini, betapa  aneh di negeri tercinta.
Tatkala cawan darah tertuang dari sesama saudara.
Atas nama "tujuan suci"  rumah Allah pun jadi ternoda.
Sungguh bagai ingin ke Mekkah tapi jalan ke benua Afrika.

Padamu yang mengaku sebagai singa Ilahi daku berpesan.
Mengapa tidak pergi saja berjuang ke Afghanistan.
Menjadi Mujahidin dan berjuang secara jantan.
Atau menyeru umat jauhi godaan syaitan.

II
Saudaraku, dengarlah...
Kesakitan dan penderitaan saudara kita di negeri Ghaza,
Daud-daud kecil lembarkan ketapel pada tank baja.
Dan dalam senyum syahid para syuhada.
Dalam perjuangan tegakkan Izzah.

Pergilah engkau ke sana serahkan selembar jiwa.
Tunjukkan ghirah bagi suatu kehormatan dan wibawa.
Menyambut janji sebuah transaksi bagi mereka yang percaya.
Akan disambut oleh tujuhpuluh bidadari nan suci di jannatul ma'wa.

III
Daku pesankan siapa yang  dibutuhkan  negeri ini.
Dibutuhkan jiwa-jiwa yang tegar berantas korupsi.
Yang mampu menjadi  pemimpin yang  diteladani.
Bukan pemuda yang berani untuk mati bunuh diri.

Memang jihad adalah sebuah pilihan yang mulia menuju  kejayaan.
Apabila  musuh telah menghina  dan berbuat  kezaliman.
Tapi dakwah lembut seperti Musa harus diupayakan.
Agar kelak tercapai harapan untuk perubahan.

IV
Padamu wahai para pencinta surga.
Banyak jalan  kebaikan yang butuhkan  keikhlasan dan tenaga.
Ajak pada cahaya Ilahi dengan cara dan tempat manapun juga.
Bersungguh-sungguh ikhlaskan jiwa dan raga.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 13 April 2011

102-2011. Dan Azab pun hanya dianggap Gejala Alam

102-2011. Dan Azab pun hanya dianggap Gejala Alam

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Keanehan  demi keanehan  kini hadir di depan  mata.
Azab pun datang  dan  rakyat  kecil  kian  menderita.
Mulut terkunci dalam perih dan tak mampu  berkata.
Sungguh  kedurhakaan  pada-Nya kini  kian  merata.

Betapa Allah telah memperingatkan dalam kitab suci.
Telah terjadi musibah di lautan dan di atas bumi.
Karena  perbuatan durhaka para  pembenci.
Atau keimanan yang berkurang di hati.

II
Kekasih,betapa kini kami begitu lalai.
akan indahnya dunia yang telah membelai.
Keserakahan membuat membuat kami terbuai.
Dan hati kamipun telah tertutup oleh tebalnya tirai.

Padahal  Engkau sejak dahulu  telah  memperingatkan.
Kedurhakaan akan membuat tentara-Mu didatangkan.
Dari segala penjuru  energi mereka akan dibangkitkan.
Dan mereka yang  tetap membangkang  dimusnahkan.

III
Baru sebentar Tsunami dahsyat sapu pantai  sumatera.
Dilanjutkan hebatnya gempa padang dan Tasikmalaya.
Serta Banjir bandang yang  habiskan rumah dan harta.
Namun  semua itu   tidaklah  membuka  hati dan mata.

Kekasih, bencana  hama yang datang  dianggap biasa.
Bukan peringatan atas banyaknya perbuatan dosa.
atau karena keserakahan tumbuhan jadi binasa.
Dan lemahnya iman membuat hilangnya rasa.

IV
Sungguh manusia tidak belajar pada masa lalu.
Pada  Kota  Pompey  yang rata  sekejap jadi abu.
Atau hebatnya azab tsunami yang tak pandang bulu.
Itulah tentara Allah yang bisa didatangkan setiap waktu.

Kekasih,
Izinkan kami panjatkan taubat atas semua  pembangkangan.
Mohon pada-Mu  setiapkesalahan dan kelalaian dimaafkan.
Ketidak taatan pada perintah-Mu dapat Engkau ampunkan.
Serta Surga yang dipenuhi kebahagiaan Engkau karuniakan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

101-2011. Para Pembenci dan Bunga Mekar

101-2011. Para Pembenci dan Bunga Mekar

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Wahai Pembenci...
Kau bawa mesin-mesin perang yang beraneka ragam pada kami.
Serta pesona  keangkuhan akal yang  berwujud Teknologi.
Kerdilkan kekuatan spiritual yang berdasarkan kitab suci.
Menggantikan keelokannya dengan peradaban birahi.
Maka,  tinggallah  kaum  muda yang  telah  mati.

Itulah sesungguhnya kelicikan yang tersembunyi.
Yang tak mau tunduk  engkau  keroyok dengan keji.
Atas nama HAM engkau bunuh anak-anak dan para suami.
Dan senjata-senjata ciptaan baru engkau cobakan tanpa hati.

II
Anakku....
Inikah nasib peradaban yang tujuh ratus tahun pernah berjaya?
Dipermainkan, dihina, dipermalukan, namun  tiada daya.
Menelan sampah pemikiran yang sebenarnya sia-sia.
Serta tinggalkan ajaran Ilahi yang begitu mulia.

Wahai anakku kuntum bunga-bunga mekar!
Mengapa pada generasi sebelummu kau tak belajar.
Tak mungkin harimau ajari domba menerkam dengan cakar.
Atau elang akan mendidik burung pipit agar pekiknya menggelegar.

III
Ada kebangkitan sejenak dimasa Panglima Perkasa Salahuddin Al Ayubi.
Yang begitu bijak, beriman, dan berpegang pada kitab suci.
Pemimpin yang berani namun sangat rendah hati.
Maka jadilah bersinar terang ajaran Ilahi.

Tapi kini, kuntum mawar mekar dalam pesona.
Racun dan bius peradaban Syaitan dianggap ajaran berharga.
Ajaran Langit yang benar dianggap hanya ritual yang kurang berguna.
Maka tinggallah mereka bak burung pipit yang anggap diinya raja angkasa.

IV
Betapa sejarah panjang peradaban telah banyak ajarkan.
Kejayaan didapat dari kombinasi kekuatan harga diri, dan keyakinan.
Yang lahirkan generasi pencinta Ilahi dengan pekikan takbir menggentarkan.
Bukan  peradaban yang rendah diri dan tak yakin  dengan  kekuatan pijakan.

Telah kering pena dan airmataku tangisi ketakmampuan empat milyar pencinta.
Yang  dirampok, dijarah dan rakyatnya  dibunuh  dengan  seenaknya.
Bagaikan bangkai mati yang dikeroyok oleh sekumpulan serigala.
Serta tak mampu tunjukkan agungnya kekuatan Ruhiyah.

V
Wahai anakku, si kuntum bunga mekar.
Tegakkan harga dirimu agar kejayaan agama Ilahi berkibar.
Dan jadilah generasi yang mampu hadapi segala cobaan dengan tegar.
Agar para pembenci kebaikan dan kedamaian di bumi segan dan gemetar.

Sungguh kini, sebuah pilihan berat untukmu terhidang di depan mata.
Untuk jalani hidup dan juang sebagaimana dahulu para pencinta.
Merebut simpul kejayaan dan cahaya-Nya tersebar merata.
Dan Rahmat Ilai pun tercurah untuk alam semesta.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Senin, 11 April 2011

100-2011. Kasus Purna di sidang Pariporno.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

Wah asyik nonton video purna saat pariporno
I
Inilah cerita  berbentuk  syair,
Untuk dibaca sambil tercengir.
Memohon maaf kalau tersindir.
Atau  sampai  bikin  khawatir.

Kemarin terjadi di antah berantah.
Ada politisi tertangkap basah.
menonton video mendesah-desah.
Sambil duduknya terus gelisah.

Haha, saat yang lain bertengkar-tengkar.
Teriak-teriak mulutnya besar.
Disudut lain ngobrol kelakar.
sambil berbagi bermilyar-milyar.

Ini camat nonton video porno saat bupati pidato
II
Nah, yang ini duduk cengar-cengir.
Sambil menonton video lendir.
Tak mau ikut pusing berfikir.
Ataupun diam sambil berzikir.

Wah, kok bisa jadi begini.
Apa tak cukup ana dan ani.
Ataupun hidup berpoligami.
Puaskan hasrat seperti ini.

Kasihan dengan anak-anaknya.
Jadi ejekan teman-temannya.
Jadi olokan pasti istrinya.
Ke depan hancur pasti kariernya.

inilah contohnya
III
Memang payah di antah berantah.
Yang jadi anggota banyak yang mentah.
Dari awalnya hidupnya susah.
Mendadak berharta mendapat berkah.

Kalau dahulu hidupnya miskin.
Jalani hidup iman dan yakin.
Sehabis sholat membaca Yasin.
Sekarang sudah klimis dan licin.

Rupanya sekarang lupa bersyukur.
Atas rezeki-Nya yang tak terukur.
Jadilah iman rusak dan hancur.
Terhadap nikmat menjadi kufur.

IV
Apalah lagi partai agama.
Dikenang orang jangkanya lama.
Membela diri juga percuma.
Orang bejatpun menganggap sama.

Ya sudahlah!jadikan ini tuk pelajaran.
Untuk keluarga beserta jiran.
Terlebih lagi anggota dewan.
supaya partai nggak keteteran.

Syair pendekku sampai disini.
Maafkan bila terlalu berani.
Anggaplah ini sebagai seni.
Berbentuk syair atau puisi.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Minggu, 10 April 2011

90-2011. Peradaban Yang Kalah

90-2011. Peradaban Yang Kalah

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Hari-hari terakhir bumi para pencinta bersimbah darah.
Atas nama HAM wanita dan anak-anak  dibantai bagaikan domba.
Manisnya minyak di bumi Abasiyah telah korbankan  ratusan ribu jiwa.
Sungguh kehinaan di segala penjuru yang sudah begitu hebat dan merata.

Belumlah  kering darah mengalir di bumi Iraq, Negeri  Afghanistan pun dihancurkan.
Untuk para Mujahidin dan Taliban pembela tanah air cap teroris pun dilekatkan.
Atas nama Persekutuan pembunuhan wanita dan anak-anak dibiarkan.
Itulah nasib hina untuk sebuah peradaban yang dikalahkan.

II
Tiada lagi terdengar pembelaan dengan  darah terhadap saudara se-agama.
Kesatuan Aqidah dibius dengan nasionalisme sempit yang mempesona.
Saudara seiman di negeri lain menderita, namun ia tetap tertawa.
Dan putri Muslim yang  dinista tidak dirasa hinanya muruah.
Sungguh kini, musuh terbahak menginjak kepala.

Tiada lagi laksamana muslim yang menggentarkan nyali musuh bak Barbarosa.
Atau Qutaybah ibnu Muslim penakluk  Khurasan demi agama nan mulia.
Ataupun seperti Mahmud Sabaktekin sang penakluk negeri India.
Sungguh pemimpin negeri muslim dahulu amat berwibawa.

III
Namun, tatkala Racun nasionalisme telah ditertanamkan.
Bius  materialisme  dibungkus dengan  industri dijejalkan.
Peradaban yang  bertumpu ajaran Ilahi pun ditinggalkan.
Maka  tinggallah  umat yang  dulu mulia  dalam kehinaan.

Mengapa kaum muda  tidak belajar dari  perjalanan sejarah.
Tatkala Rasul, sahabat, dan penerusnya  mampu kuasai  dunia.
Dengan keyakinan terhadap ajaran Ilahi mereka hebat dan berwibawa.
Bukan seperti umat pada yang dalam kehinaan pasrah dan menyerah kalah.

IV
Dalam  rekaman kejayaan  masa lalu yang  bentangkan  hebatnya kejayaan.
Harusnya harga diri dan kemuliaan sekuat tenaga harus ditegakkan.
Bendera Tauhid dimuka bumi dengan semangat baja dikibarkan.
Larangan dan perintah Ilahi dengantanpa ragu dijalankan.

Percayalah, tiada  kerugian  dan sesal  hidup dalam taqwa.
Dihadapan para pembenci Ilahi kita akan tegak berwibawa.
Karena demi kemuliaan-Nya siap  kurbankan selembar jiwa.
Gentarkan hati mereka yang saat ini  pongah dan jumawa.

V
Kini satu-satunya jalan kemuliaan adalah percaya kepada Tuhan.
Melalui kitab suci segala perintah  dan larangan telah  ia sampaikan.
Tinggallah yang mana  akan dipilih, dipegang teguh dan diperjuangkan.
Walaupun segenap harta, darah,  dan cucuran  airmata akan dikurbankan.

Tak guna  airmata  sedih ratapi  kejayaan yang  pernah ada di masa silam.
Kalau generasi muda pembawa panji hanya termangu dalam diam.
Atau mereka asyik dalam indahnya godaan dunia malam.
sampai lumuran dosa didalam dada pun menghitam.

VI
Percayalah, bahwa musuh rapuh bagaikan sarang laba-laba.
Asalkan pencinta Ilahi tanamkan tak takut mati dan jauhi cinta dunia.
Dan segenap pengorbanan kelak  diganti dengan jannatul ma'wa.
Yang lebih mulia dibanding dunia beserta seluruh isinya.

Diujung  madah ini, padamu  kaum muda  kami berpesan.
Hiduplah  dalam harga diri  dan kemuliaan  Agama Tuhan.
Usah terlena rayuan syaitan yang dibungkus kebudayaan.
Sampai kelak kejayaan sebagai khilafah akan Allah berikan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

99-2011. Hari Itu Hampir Tiba (1)

99-2011. Hari Itu Hampir Tiba (1)

              Oleh
              Hamdi Akhsan

I
Satu persatu tanpa bisa dicegah tanda datangnya kiamat kini hadir di depan mata.
Kemakmuran yang diberikan kepada para pencinta membuat hidup terlena.
Mereka yang dulu punya izzah di gurun tandus kini bergelimang harta.
Serta maksiat di jazirah para nabi dan seluruh bumi kini merata.

Sungguh  datangnya  hari kiamat kini  telah menjelang.
Segalanya diukur dengan jumlah kepemilikan uang.
Harta yang banyak dipakai bersenang-senang.
Timbunan materi sebagaiv perlambang.

II
Pencinta, sulit menjaga kehalalan harta.
Dan  begitu mahalnya harga  sebuah amanah.
Dalam segala bidang pun telah dihalalkan segala cara.
Serta kehidupan ekonomi pun telah berlandaskan azas riba.

Sendi-sendi ajaran Ilahi pun dipakai sebagai ajang dalam berbisnis.
Banyak kepentingan busuk  ditutupi dengan rapi memakai baju gamis.
Atau kebohongan  politik yang dibalut dengan  indahnya kata-kata manis.
Dan bumi yang sekarat pun menjadi saksi  pengkhiatan hanya bisa menangis.

III
Betapa, kepedihan  orangtua karena  diperbudak anak kini telah menggejala.
Dibalik rumah-rumah mewah banyak tangis yang ditutupi dengan tawa.
Miskinnya keteladan membuat ayah dan bunda kehilangan wibawa.
Dan zat-zat pencipta khayalpun menjadi pengisi kosongnya jiwa.

Assalamualaikum, ucapan penghuni surga kehilangan ruh.
Diajang maksiat ia di sebut dengan menggemuruh.
Melihat kematian banyak yang tak tersentuh.
Sungguh langit telah menjelang runtuh.

IV
Orang berharta begitu sulit untuk berbagi.
Perbedaan kaya dan miskin bagai petang dan pagi.
Shodaqoh tidak dianggap sebagai kebaikan utama lagi.
Itulah kiamat kini begitu dekat yang ditandai banyaknya ciri.

Para  ulama yang  takut kepada Allah perlahan  menghilang.
Mereka yang teguh pada jalan-Nya hidup terbuang.
Yang laku mereka prinsipnya belang-belang.
Sungguh strategi Iblis yang cemerlang.

V
Kemaksiatan dan kemungkaran pun merajalela dimana-mana.
Diseluruh aspek kehidupan telah  berhamburan fitnah.
Para Pedagang yang taqwa tidak laku dan merana.
Dan mereka yang istiqamah dalam harta terhina.

Ghibah yang sangat dibenci kian menjadi.
Bahkan menjadi acara utama di televisi.
Orang tak risih  umbar nafsu  birahi.
Sebagai tanda kiamat yang pasti.

Ilahi, pada-Mu kami serahkan diri.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

98-2011. Syair Elegi Malam

98-2011. Syair Elegi Malam

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Dalam senyapnya kelap-kelip bintang nun jauh diujung cakrawala.
Dan bulan yang menjadi saksi ribuan tahun sejarah manusia.
Serta sejarah datang  dan perginya para penguasa.
Yang tak mampu halangi malaikat pembinasa.

Ada   kepedihan  yang  begitu dalam.
Menyeruak tatkala kian  malam.
Ditengah sunyi nan kelam.
Dalam gemuruh diam.

II
Kekasihku.
Dalam takutku.
Sempitmya waktuku.
Dan  kepastian  kuburku.
Izinkan hamba untuk mengadu.

Betapa  ingin  hamba  dapatkan ridho-Mu.
Betapa hamba menggigil atas ancaman siksa-Mu.
Betapa ingin dalam kasih sayang kelak hamba bertemu.
Dalam perlindungan, ampunan, beserta  curahan rahmat-Mu.

III
Dalam ratap di kegelapan malam isak tangis membuat tubuh menggigil.
Berharap kelak siap tatkala janji datang dan malaikat memanggil.
Semua amalan  kelak hamba  hadapkan  tanpa berwakil.
Dan lindungi hamba yang merasa  begitu  kerdil.

Wahai Engkau Sang Maha Pengampun.
Tempat kelak semua berduyun.
Pada-Mu doa hamba lantun.
Dihari saat berhimpun.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 08 April 2011

85-2010. C I N T A K U

85-2010. C I N T A K U

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Api cintaku meredup bagaikan redupnya api yang membakar Ibrahim kekasih-Mu.
Tak sekokoh cinta  Salahuddin Al Ayyubi  yang mampu  merebut  Kubah Batu.
Tak seindah cinta Rabiatul Adawiyah yang teteskan aiemata dimalam dalu.
Sungguh cintaku sangat tak  berharga walau dibanding  sebutir debu.

Cintaku masih cinta yang meminta dikala datang duka nestapa.
Baru Cinta yang mengharu biru dalam  kedirian  yang duafa.
Bukanlah cinta yang takut ditinggal kala dikaruniai harta.
Atau cinta yang lama telah teruji oleh perihnya derita.

II
Cintaku belumlah cinta karena pengurbanan.
Atau cinta yang tak goyah karena cobaan.
Seperti cinta yang rindukan kesyahidan.
Atau kepedihan yang dibalas sepadan.

Cintaku barulah  cinta manusia  biasa.
Yang lalui cobaan hidup sering tak kuasa.
Yang atasi  godaan  syaitan sering tak bisa.
Sungguh pada-Mu jua hamba sandarkan asa.

III
Kekasih,
Betapa sering airmata berlinang di sunyinya malam.
Mengingat  banyak nikmat-Mu sejak masa yang silam.
Yang Engkau berikan saat siang maupun dimalam kelam.
Langsung padaku atau lalui hukum penciptaan-Mu di alam.

Dalam sedikitnya  pengurbanan untuk capai keindahan surgawi.
Dengarlah permohonan hamba pada-Mu Wahai Allah Maha Pemberi.
Berikanlah  perlindungan dan kasih sayang-Mu dikala  petang dan pagi.
Beserta  keselamatan  selama  hidup di dunia maupun kelak setelah mati.

IV
Kekasih,
Dalam rasa malu dan takut pada-Mu yang membuncah karena kekerdilan diri.
Bermohon hamba pada-Mu agar Engkau beri sifat istiqamah dalam hati.
Agar hamba senantiasa teringat akan asal  bermula dan tujuan diri.
Dan selalu sekuat tenaga mempersiapkan bekal datangnya mati.

Kekasih, pada-Mu kami akan kembali,
dan itu pasti.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

96-2011. Ayah, Anakmu Rindu (2)

96-2011. Ayah, Anakmu Rindu (1)

                Oleh
                Hamdi Akhsan


Ayah, anakmu rindu.

Ada sisi yang muncul di saat malam.
Tersembunyi jauh direlung jiwa dalam.
Tentang rindu dendam yang terpendam.
Tngin bersama di dunia seperti masa silam.

Rindukan sosok tegar dan sangat bersahaja.
Seorang guru yang mendidik hati dan kepala.
Tersenyum hadapi rasa sakit di dalam dada.
Tampai maut datang pisahkan jasad dan jiwa.

Tatkala kerinduan begitu kuat menggelegak.
Kepala tak mampu berdiri tegar dan tegak.
Dada seakan ingin menjerit, meledak.
Semua itu rahasia Pemilik Kehendak.


Andaikan waktu bisa bergulung dialam materi.
Tentu takkan ada airmata rindu saat dinihari.
Tapi, semua itu kehendak Sang Maha Pemberi.
Walau menangis di dalam dadapun manusiawi.

Duapuluh dua tahun telah berlalu,Ayah, anakmu rindu.

Al Faqir


Hamdi Akhsan

62-2010. Andaikan Cintaku Seperti Qais dan Laila

62-2010. Andaikan Cintaku Seperti Qais dan Laila



Kekasih...
Malampun mulai datang dan kerinduan ini semakin membuncah,
bagaikan rindunya Qais pada Laila,
dendangkan lagu cinta ditengah heningnya gurun pasir arabia,
sedang hamba-Mu sepi, karena tiada Laila,Lailaku semakin redup ditelan ganasnya badai masa,
 
Kekasih,...
daku menjauh dari laila, sedang semua yang ada akan berakhir fana.
Ketika kulalui kubur sunyi yang rata,
disana sejenak ada desiran angin menyebut nama laila,
Tapi kembali hilang ditelan hiruk-pikuk si nenek pikun yang bernama dunia,

Hamba tak setegar seorang Qais dalam mencinta,
Tiada sungai darah yang mengalir dipelupuk mata,
atau dendang cinta yang mampu tundukkan singa di rimba belantara.
hamba hanya sebutir debu ditengah samudra-Mu Yang Maha Mulya.
Kekasih...hamba malu!

Di lembutnya tetesan embun kudengar lirih nama-Mu disebut,
dalam desiran angin malam tak henti bertasbih malakut,
dan, para pencinta-Mu menggigil takut,
bersatu dalam harap tuk dapatkan surga yang bertakhta Jamrud.
Sedang dizamanku, semua telah tercerabut.

Kekasih...
Bilik-bilik pencinta-Mu kini telah menghilang,
Berganti dengan gedung-gedung mewah yang disetiap tempat terpandang,
Tiada lagi pekikan takbir burung elang yang terbang melayang,
atau sekedar nyanyian tasbih daun dan sendayang.
Semua lenyap,bagaikan lenyapnya nyawa tatkala maut menghadang.
Kekasih,kini akhir menjelang.

Laila telah pergi dibawa Ibnu salam bersama cinta Qais,
sedang Laila-ku redup bagaikan lilin menjelang habis,
tiada lagi pekikan takbir hadapi ganasnya iblis,
lemah bagaikan patahnya sayap belibis,
jatuh dan...hamba pun menangis.

Kekasih...
Teringat hamba ketika jutaan pencinta-Mu bersimbah air mata lantunkan kidung di Bait-Mu yang suci,
hanya ada rembesan air mata dengan sedan dalam bibir terkunci,
cinta tak mampu lagi terucapkan, tiada benci,
hanya kerinduan hidup setelah mati.

Al Faqir

Hamdi Akhsan