Senin, 30 Juli 2012

39-2012. Syair-Syair Kebangkitan (4)

39-2012. Syair-Syair Kebangkitan (4)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Dihadapanku kini gempuran demi gempuran tentara syaitan tak pernah berhenti.
Membawa berjuta mangkuk racun mematikan yang  beraroma madu surgawi.
Dengan segala rayuan suguhkan bius  yang  berwujud kenikmatan duniawi.
Membuat hancur dan terkapar tiada daya sebuah generasi pencinta Ilahi.

Dimana cahaya surga?yang getarkan semangat syuhada masa silam.
Adakah semua  telah redup ditelan oleh ganasnya pukauan zaman.
Atau ia  tertutup debu gurun yang pancarkan minyak berkilauan.
Dan hanya tertinggal di buku-buku bacaan  sebagai kenangan.

II
Wahai engkau generasi yang bak buih terserak di samudera.
Wahai pemegang pedang damascus yang kuat membelah baja.
Masihkah hidayah dalam jiwamu menjadi sesuatu yang berharga.
Atau telah berganti jadi racun dunia yang disangka keindahan surga.

Kini milyaran penggantimu  tak lebih jadi buruh pabrik demi sesuap nasi.
Nun diujung dunia sana berkacak pinggang para pemilik modal kaum yahudi.
Hembuskan iklan-iklan penuh dusta untuk boroskan pengeluaran sepanjang hari.
Dan tinggallah ruh  perjuangan agama  suci sebagai catatan kecil yang sudah mati.

III
Di hadapan bala tentara kejahatan yang berdasi engkau  tak lebih hanyalah domba.
Yang sangat  takut diputuskan status  sebagai pegawai  yang berprestasi kerja.
Yang didalam kepalamu ditanamkan bahwa hidup hanya sebatas dunia saja.
Dan habiskan umur di padang gembalaan bagaikan hidup seekor domba.

Manakala mereka bosan memelihara dan memerasmu di kandang.
Atas nama PHK dan  resesi  ekonomi  engkau pun akan dibuang.
Tak akan keringat dan airmatamu selama ini akan dipandang.
Karena dimata mereka  engkau hanya seorang pecundang.

IV
Tiada lagi para pejuang penakluk gemparkan penjuru bumi.
Sedikit airmata pengembara surga yang tersedu di malam hari.
Yang dadanya tersedan rindukan pemenuhan janji Ilahi yang pasti.
Terhadap kejayaan yang selama ratusan tahun silam menjadi tradisi.

Kini racun-racun ajaib berwujud angka-angka telah menjadi cita-cita.
Seolah dalam kehidupan yang dikejar hanya prestasi duniawi saja.
Sedangkan kekuatan  ruhani yang begitu mulia menjadi hampa.
Dan kejayaan di bumi sebagai khalifah tinggal mimpi belaka.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Minggu, 29 Juli 2012

38-2012. Syair Untuk Angga di Limbang Jaya

38-2012. Syair Untuk Angga di Limbang Jaya

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Tersebut dengan sebuah negeri,
yang gemah ripah loh jinawi,
ditopang oleh demokrasi,
terjadi peristiwa yang ngeri.

Di bulan ramadhan penuh berkah,
Limbang jaya pun mengalir darah,
terkena tembakan kepala pecah,
gugurlah anak yang tak bersalah.

Mengapa marah seperti itu,
padahal syaitan telah di belenggu.
mengapa nurani jadi membatu,
dan memperturutkan hawa nafsu.

II
Sedih, tiada kata yang kan terucap,
tatkala semua menjadi kalap,
tak lagi tersentuh tangis dan ratap,
pengaruh syaitan telah menancap.

Apakah terfikir oleh mereka,
sungguh Allah tak pernah buta,
dibalas adil kecuali tanpa,
segala laku segala kata.

Kalau tak sekarang pastilah nanti,
semasa hidup ataupun mati,
di dunia resah selalu hati,
disempitkan pula pintu rezeki.

III
Angga, kelak tagihlah keadilanmu,
di padang mahsyar pasti bertemu,
segala alasan takkan berlaku,
di mahkamah-Nya fakta menang dirimu.

Walaupun engkau anak yang miskin,
puasa selalu pastilah yakin,
meninggal dirimu bak mujahidin,
surga bagimu pastilah yakin.

Ibu dan ayahmu pastilah sedih,
tangis dan sedan beriring rintih,
kehilangan dirimu yang masih putih,
menghadap Allah Maha Pengasih.

IV
Angga, semoga darahmu tak sia-sia,
akan di kenang di Indonesia,
menjadi korban nafsu manusia,
yang menjadi kuat karena kuasa.

Biarlah sejarah menjadi saksi,
tatkala keadilan bertangan besi,
catatan Ilahi tak pernah basi,
terpelihara disisinya begitu rapi.

Untukmu, untuk rakyat yang lemah,
tadahkan tangan kepada Allah,
supaya selalu tegar dan gagah,
serta tak kenal kata menyerah.

V
Kepada Ilahi hamba meminta,
berilah semua hati terbuka,
agar selesai semua sengketa,
menjadi baik  semua kita.

Amarah dan kuasa tiada berguna,
semua jabatan kelak kan sirna,
di akherat kelak akan merana,
dibalas derita laku durjana.

Ya Allah, ampuni kami yang banyak dosa,
berilah kesempatan selagi bisa,
supaya negeri aman sentosa,
sejahtera sampai akhir masa.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Kamis, 26 Juli 2012

37-2012. Renungan Ramadhan (1)

37-2012. Renungan Ramadhan (1)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Mengapa di keindahan Ramadhan tiba-tiba ada kesedihan melanda jiwa .
Ia datang bak singa gurun yang muncul dari gelapnya debu sahara.
Menghujam dalam  membelah kembali  rapinya tautan luka.
Jadikan diri bagai seekor domba dalam intaian singa.

Kesendirian batin dalam gempita kehidupan.
Berpacu dengan dalamnya kesedihan.
Bak musafir yang tersesat di jalan.
Pada kesucian yang dirindukan.

II
Cakrawala nan bisu adalah saksi.
Bagi  perjalanan  insan tiap generasi.
Segala peradaban yang datang dan pergi.
Dan hanyalah Sang  Pemilik Jagat yang abadi.

Mengapa kebenaran Ilahi  kini tertutup awan hitam.
Para pemegang kebenaran dipandang dalam keganjilan.
Seolah berpegang pada jalan-Nya adalah  suatu kesalahan.
Sedang pelanggaran atas perintahnya kian menjadi kebiasaan.

III
Ramadhan  tiba, menjadi masa   merebut  keuntungan dunia.
Kesempatan  menumpuk pundi harta  sebanyak-banyaknya.
Harga-harga  kebutuhan perut  dinaikkan  sesuka-suka.
Dan kaum duafa yang ada menjadi kian menderita.

Ramadhan hanya jadi tradisi menahan lapar.
Tidak habis keserakahan yang mengakar.
Atau  kembalikan jiwa  yang kesasar.
Tiada perubahan yang mendasar.

IV
Adalah suatu renungan kesedihan.
Saat melihat kemewahan hari lebaran.
Seakan ramadhan hanya tinggal kenangan.
Yang telah berlalu sebagai sebuah keterpaksaan.

Mengapa?Substansi yang demikian indah lantas ternoda.
Kembali terulang di segala tempat prilaku yang berlumur dosa.
Tinggallah kenangan bulan ramadhan penuh rahmat di relung jiwa.
Dan kembali manusia kepada  prilaku akhir zaman yang gegap gempita.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Selasa, 24 Juli 2012

36-2012. Syair-Syair Kebangkitan (3)

36-2012. Syair-Syair Kebangkitan (3)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Engkaukah itu? Sosok rajawali yang terbang tinggi di angkasa sunyi nan luas.
Engkaukah itu?Sang singa gurun dengan tatapan mata dingin nan buas.
Engkaukah itu?Sang Pengembara kehidupan yang tak mudah puas.
Engkaukah itu?Sosok Elang perkasa yang hancurkan padas.

Ataukah engkau hanya sesosok burung pipit hidup dari padi di sawah petani?
Yang tak mampu tegakkan muka dihadapan musuh-musuh yang berani.
Yang hanya bersenandung habiskan masa emasmu sepanjang hari.
Atau engkau  yang dilenakan  permainan-permainan duniawi.

II
Engkaukah itu?Keturunan para pengembara surga yang taklukkan dunia?
Yang mampu hancurkan kekuatan superpower Romawi dan Persia.
Yang taklukkan dataran luas dari Arabiya sampai Ferghana.
Dan mengukir  sejarah tujuh ratus tahun lamanya.

Kini engkau telah menjadi elang yang terbiasa hidup bak anak ayam.
Yang mengais tanah dan takut menerjang tebing-tebing curam.
Yang berlari  terbirit-birit manakala  musuh menggeram.
Yang hanya menangis ditangan musuh yang kejam.

III
Kini, kebanggaan supremasi masa silam hanya sejarah tak bermakna.
Bumi para nabi pun telah bergelimang sumber minyak yang kaya.
Gedung-gedung megah dan kesombongan ilmu merajalela.
Tinggallah kejayaan yang pernah ada jadi nostalgia.

Tiada lagi Singa gurun yang ditakuti musuh di segala penjuru bumi.
Yang pedang kebenarannya menyergap musuh bak kilatan api.
Habis sudah para pemimpin orang beriman yang berani.
Tinggallah pemimpin yang menjual kekayaan negeri.

IV
Engkaukah itu?Putra masa depan yang menjadikan sebuah harapan.
Yang tak mampu digertak dan dibujuk dengan berbagai rayuan.
Yang jadikan kitab suci sebagai satu-satunya landasan iman.
Serta jadikan hidup dan mati mencari keridhoan Tuhan.

Wahai para putra yang muncul dari tengah gurun berdebu nan tandus.
Wahai putra para yang pernah menguasai Eropa dan tanah Hindus.
Wahai para pencinta pernah kuasai dunia bak badai berhembus.
Penuhilah janji-Nya yang berbalas kenikmatan surga Firdaus.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Senin, 23 Juli 2012

35-2012. Senandung Malam (4)

35-2012. Senandung Malam (4)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Mentari siang nan terik telah tenggelam di ufuk barat.
Sungguh kehidupan di bumi datang dan pergi begitu cepat.
Ada manusia yang berpacu mengejar kebahagiaan kelak diakherat.
Namun sebahagian besar baru  menyesali  hidupnya  setelah terlambat.

Adalah  kehidupan duniawi  yang fana membuat  jiwa manusia  terlena.
Tak sadar  kelak hidup yang  sementara  berjalan  entah kemana.
Lupa kalau aktivitasnya dipertanggunjawabkan di alam sana.
Tinggallah kelak jadi insan yang bahagia atau merana.

II
Tahun lalu, bersama teman ada gelak tawa ramadhan.
Tapi ramadhan ini ia telah tiada sesuai janji kepada tuhan.
Tahun kemarin ia masih begitu merdu kumandangkan takbiran.
Sekarang hanya senandung doa keluarganya yang terdengar pelan.

Semua berakhir fana dalam ketak abadian makhluk sebagai hamba.
Sebagai musafir, terkadang bekal tak mencukupi untuk dirinya.
Di perjalanan hanya pahit getir dalam kepedihan jiwanya.
Yang tiada guna lagi disesali untuk selama-lamanya.

III
Wahai kehidupan dunia yang berlangsung tak abadi.
Mengapa perjalanan singkat tak diisi dengan bekal ruhani.
Sepanjang usia disibukkan dengan pemenuhan hasrat jasmani.
Yang semuanya akan ditinggalkan manakala tiba sebuah janji suci.

Sering dalam  perjalanan  mengantar sesama saat sakaratul maut.
Tampak matanya hampa menahan sakit sampai dahi mengkerut.
Dadanya bergelombang  menahan rasa sakit beriring takut.
Menunggu saat-saat genting manakala nyawa dicabut.

IV
Wahai insan, hanya kebaikanlah yang abadi disisi-Nya.
Infaq shodaqoh akan berguna  lapangkan kubur nantinya.
Bacaan Alquran mempetajam lidah jawab tanya malaikat-Nya.
Dan amalan baik membantu kelak dalam beratnya pengadilan-Nya.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Minggu, 22 Juli 2012

34-2012. Kepada Rakyat Negeri Syiria

34-2012. Kepada Rakyat Negeri Syiria

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kusampaikan padamu nestapa dan jeritan kepedihan rakyat  negeri  Syam*
Tatkala tangan mengepal sambil lantunkan  takbir gugur ke bumi dalam diam.
Peluru-peluru ditembakkan  pada jasad-jasad tanpa  dosa datang menghantam.
Sebagai pembelaan kalap sebuah rezim jelang masa akhir kekuasaan yang kelam.

Duka negeri? bagai mengoyak  pengkhianatan  seribu empat ratus  tahun yang lalu.
Kala Khilafah yang begitu cemerlang dalam persatuan berhadapan sebagai seteru.
Seolah telah  terlupakan  perintah  Pembawa Risalah  agar umat  selalu bersatu.
'Tuk sebarkan  panji-panji keagungan dan  kebenaran  Ilahi Yang Maha Tahu.

II
Mengapa darah saudara  harus tertumpah dan kurbanan ribuan nyawa?
Demi  kekuasaan  yang kehidupan  duniawi yang  bergelimang  harta.
Demi mempertahankan sebuah rezim berhala agar terus bertakhta.
Butakan mata dan menulikan  telinga atas  rakyat yang teraniaya.

Bersabarlah  wahai saudaraku! tiada sia-sia  darah tertumpah.
Bagaikan gugur biji-bijian yang tumbuhkan ribuan kecambah.
Menjadi  pupuk suburkan  semangat  jihad  lawan penjajah.
Atau lawan boneka musuh yang rapuh tapi berpura gagah.

III
Wahai kaum Alawiyyah Nusairiyah yang kini berkuasa.
Ratusan ribu nyawa muslim engkau  tumpas  disana.
Ratusan ribu umat jiwa manusia hilang tanpa nama.
Demi kekuasaan otoriter agar  bertahan lebih lama.

Mengapa  tiada rasa kasihmu pada yang beriman.
Kalian tumpas mereka bagaikan  rumput di taman.
Kekejamanmu pasti akan diingat sepanjang zaman.
Sebagaimana  kejinya firaun, bal'am  dan  hamman.

IV
Betapa, banyaknya darah para syuhada yang tertumpah.
Penindasan  yang kalian  lakukan akan  bangkitkan ghirah.
Para pencinta surga dan kebenaran Ilahi tak kan menyerah.
Sampai tegaknya  kebenaran tauhud Kalimat La Ilaha Ilallah.

Saudaraku rakyat negeri Syam, hari ini tabahlah hadapi derita.
Tadahkanlah  tanganmu  pada  Ilahi dalam  khusuknya puasa.
Pertolongan-Nya akan datang padamu dengan berbagai cara.
Dan kelak kalian akan bangkit lagi sebagai bangsa yang jaya.

Wahai Allah, tolonglah saudara kami di syiria.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sabtu, 21 Juli 2012

33-2012. Kepada Generasi Para Penakluk!

33-2012. Kepada Generasi Para Penakluk!

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Hari ini, sebahagian saudaramu yang sedikit dibantai lebih biadab dari hewan.
Bak seekor domba yang dicabik-cabik kawanan singan dalam hutan.
Airmata dan jeritan permohonan mereka hanya jadi tertawan.
Seakan mereka semua hanyalah umat  yang sendirian.

Tiada Muhammad Al Fatih Muda Sang Penakluk.
Tiada sang  pemikul Gandum Umar Al Faruq.
Tiada pula Quttuz Sang Pemimpin Mamluk.
Hanya ada para  pemimpin yang kemaruk.

II
Nasionalisme sang bius kini dianggap obat.
Tiada lagi khilafah  sebagai  pengikat umat.
Rasa persaudaraan iman tak lagi terjalin erat.
Dan  kehormatan umat  pilihan Ilahi pun sekarat.

Dimana pencinta surga yang rindukan Jannatul Ma'wa?
Di bumi khurasan, di Syria, di segala penjuru dianggap hina.
Bahkan ditengah para saudaranya sendiri diberantas bagai hama.
Sebagai  keberhasilan  propaganda media oleh  musuh-musuh agama.

III
Sejarah  ajarkan betapa  agungnya sebuah persekutuan didasari iman.
Kemenangan pertama tentara Quttuz di Filistin menjadi pelajaran.
Kekalahan pertama pasukan Mongol jadi  sebuah kenyataan.
Sehingga bumi mesir yang begitu kaya bisa diselamatkan.

Lantas mengapa di hari ini umat pilihan tidak siaga?
Musuhmu telah membius dengan berbagai cara.
Menjadikan  lemah dan lalai generasi muda.
Yang menjajah cara hidup melalui budaya.

IV
Kejayaan dan supremasi peradaban?
Yang terjadi di masa lalu bukan impian.
Tetapi yang diperoleh dengan perjuangan.
Serta dilandasi niat untuk mencari ridho Tuhan.

Kapan akan lahir kembali Timur Lenk Penakluk terbesar.
Yang dengar  namanya  mengkirik hati para penguasa kuffar.
Yang taklukkan dataran luas dengan iringan takbir menggelegar.
Yang pasukan nya sanggup membuat jiwa prajurit musuh gemetar.

V
Dalam doa kepedihan mendalam melihat kehinaan umat zaman ini.
Hanya menadahkan tangan yang  dapat dilakukan kepada Ilahi.
Semoga segera didatangkan seorang pempimpin Al Mahdi.
Yang akan membuat ajaran Ilahi bersinar lagi di bumi.

Hari-hari kini makin dekat pada akhir zaman.
Kejahatan pun telah  dianggap kebaikan.
Pencinta kebenaran telah  dihinakan.
Dan ajaran Ilahipun dipinggirkan.

Datanglah, wahai pemimpin kebenaran!

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kamis, 19 Juli 2012

32-2011. Ratapan Seorang Musafir Tua

32-2011. Ratapan Seorang Musafir Tua

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih,
Kini diakhir perjalanan mata jiwaku nan gelap telah terbuka.
Cahaya-Mu datang bak kerinduan Musa pada-Mu di lembah Tuwa.
Kerinduan yang hancurkan angkara nafsu keangkuhan seorang hamba.
Yang telah jelang akhir pengembaraan menuju perbatasan duka dan bahagia.

Airmataku! pertanda diri telah  menyerah dalam  pertarungan  sejati duniawi.
Nestapa jiwa dalam kehampaan tutupi keangkuhan diri yang tak disadari.
Kaki tak lagi mampu  melangkah  untuk  bangkitkan  kesejatian diri.
Hanya pasrah ikuti aliran ombak ke samudera luas tak bertepi.

II
Kekasih,
Betapa agung cahaya yang Engkau tampakkan dalam rahasia.
Cahaya-Mu yang mampu mengobati kerinduan nan abadi dalam jiwa.
Cahaya-Mu yang agung telah getarkan bisik kerinduan milyaran manusia.
Cahaya-Mu yang mampu hancurkan beratnya godaan Iblis sang raja angkara.

Kini, hanya kepasrahan  dalam nafas menderu  jelang kematian kuhadapkan.
Bait demi bait nyanyian rindu yang tak bertepi bisa hamba haturkan.
Betapa perjalanan yang meletihkan ini telah di batas tujuan.
Penuhi panggilan-Mu sebagaimana dahulu perjanjian.

III
Kekasih,
Mengapa langit menjadi gelap dan tiada lagi matahari?
Perlahan cahaya mata ini makin redup dari pesona duniawi.
Hanya tertinggal detik demi detik perlahan nyawa ini akan pergi.
Tinggallah kelak diri hamba bersama para penghuni kubur yang sunyi.

Mengapa amat kurang syukurku atas pemberian yang kini menghilang.
Dahulu dunia begitu indah bagai hijaunya gunung yang menjulang.
Tapi kini hanya beratnya nafas memburu penghantarku pulang.
Sungguh terlambat  sesal ini kala mentari  jiwa telah petang.

IV
Ingin kuteriakkan pada para penyair pemuja keindahan nafsu.
Tak guna pemujaan  yang lahirkan setumpuk kebanggaan palsu.
Pekikan demi  pekikan yang memukai, kelak akan  dianggap angin lalu.
Sedangkan jiwa manusia yang terbawa dalam gelap kelak menjadi sekutu.

Kekasih,dalam asa yang begitu lemah bak pasrahnya domba di mulut singa.
Dalam genggaman malaikat maut-Mu yang menunggu di depan mata.
Dalam penyesalan yang membuat tak berhenti alirkan airmata.
Berilah hamba ampunan walau bagai debu di jagad raya.

Kekasih, hanya padamu kusandarkan asa.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 18 Juli 2012

31-2012. Lailatul Qodar

31-2012. Lailatul Qodar

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih,
Betapa kerlap kerlip bintang di cakrawala begitu indah malam ini.
Kebisuan alam  semesta seakan  berikan isyarat kepada hati.
Bahwa malam ini layak bagi seorang hamba tuk meratapi.
Karena ada berjuta rahmat ditebar para malaikat Ilahi.

Dedauan diam dalam zikir semesta ketundukan.
Hewan malam pun tafakkur dalam kesunyian.
Pertanda kepatuhan diri pada kehambaan.
Serta pasrahkan hidup mati pasa Tuhan.

II
Ada malam  dipenuhi rahmat-Nya.
Malam seribu  bulan ganjarannya.
Tiada pinta yang ditolak oleh-Nya.
Sebagai  bukti kasih  sayang-Nya.

Malam yang dirindukan milyaran Insan.
Ditunggu para pencinta sepanjang zaman.
Yang tadahkan pinta beriring sedu dan sedan.
Agar di dunia akherat mendapatkan keselamatan.

III
Adalah  malam  tatkala jutaan  malaikat turun ke bumi.
Intai hamba yang bermunajad dan tangis di malam sunyi.
Harapkan  kemuliaan  beriring  ridho-Nya Yang Maha Abadi.
Serta dapat husnul khotimah kala kematian menjemput nanti.

Malam tatkala angin pasrah dalam penyatuan energi jagat raya.
Malam tatkala  Manusia dan Jin beriman  hadapkan segala pinta.
Malam, ketika tiada satu pun tak berharap makhluk yang melata.
Malam yang jadi titik harapan  keadilan mereka yang menderita.

IV
Mereka yang hatinya telah  bersatu dalam kerinduan ukhrowi.
Jadikan  kedatangan Lailatul Qodar bak kekasih yang dinanti.
Dada berdegup  kencang menunggu datangnya cinta sejati.
Yang dengannya bagai akan diikat teguhnya sebuah janji.

Malam kerinduan, malam yang mulia seribu bulan.
Padanya  tertumpuk segala macam  harapan.
Diampuni  segala  dosa  dan kesalahan.
Serta dapatkan Ridho dari Tuhan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

30-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (7)

30-2011. Syair Cinta Seorang Pengembara (7)

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan



I
Hari-hari  panjang yang letih kini  telah dekati akhir perjalanan.
Bak  rajawali  perkasa tak mampu lagi  terbang tinggi di awan.
Mata yang tua dan letih telah rabun dimakan ganasnya zaman.
Sungguh  pengembaraan  telah ukir sejarah masa  keemasan.

Masa berganti, tuhan-tuhan baru kini telah berwujud teknologi.
Keterasingan dan penghinaan dunia dialami para pencinta Ilahi.
Hanya kepasrahan pada-Nya agar mulia jelang datangnya mati.
Demikianlah takdir Sang Khalik yang harus dijalani setiap insani.

II
Guru, masa kita yang diwarnai senandung zikir malam telah berubah.
Malam sunyi berhias embun diganti gemuruh mesin yang tak kenal lelah.
Senandung doamu, senandung doaku kini telah menjadi kidung yang kalah.
Digilas musik-musik pembangkit syahwat yang didendangkan begitu meriah.

Bibir-bibir  bergetar dalam  sesenggukan rindu  pada  ridho-Nya kian terkucil.
Pusat-pusat kajian iman yang dijaga para guru yang ikhlas kini kian terpencil.
Suara para penyeru  dan  pengembara surga semakin tak membawa hasil.
Tinggallah mereka dalam sendiri  sebagai sebuah kelompok yang kecil.

III
Guru, kini para pendurhaka sejak zaman adam berdiri dengan pongah.
Para penyeru ke  jalan kesesatan  berdiri dengan  kemenangan gagah.
Seakan bak singa yang berdiri  di atas hewan  buruan yang menyerah.
Dan terhina dalam kezaliman terhadap pengikut jalan Ilahi yang Kalah.

Menetes  airmataku  melihat  keterhinaan  terbesar dalam  sejarah ini.
Seakan-akan  pembantaian 800.000 jiwa di baghdad  kini terulang lagi.
Sedang penganut agama Ilahi sekarang menjadi yang terbesar di bumi.
Namun hanya menjadi remah tak berharga bagai terserak sepiring nasi.

IV
Guru, sinar-sinar kebenaran yang terpancar dari Jilan dan Bukhara kini redup.
Suara para penyeru cahaya kebenaran terdengar samar antara mati dan hidup.
Rasa rendah diri dan kalah terus ditanamkan oleh para pembenci yang menyusup.
Dan racun-racun  aqiedah pun bagaikan madu  dan susu tanpa sadar telah dihirup.

Dalam kepedihan jelang  senja kehidupan  muridmu hanya bisa  tadahkan  tangan.
Kelak  datang seorang  pengganti yang sanggup memimpin pembela kebenaran.
Sanggup hadapi kepedihan dan ancaman untuk tegakkan panji-panji keadilan.
Serta bawa  umat manusia untuk  tunduk pada Jalan  yang diridhoi Tuhan.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Selasa, 17 Juli 2012

017-2012. Ibu, Dengarlah Kerinduanku (5)

31-2012. Ibu, Dengarlah Kerinduanku (5)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Ibu,tetesan embun di dedaunan membawa ingatanku kembali ke masa silam.
Betapa sering rengekan manjaku membangunkanmu di tengah  malam.
Dalam letih langkahmu terseok ditemani cahaya lampu yang suram.
Dan barulah ibu tertidur lagi mana kala anakmu  telah terdiam.

Ibu, Jelang tujuh puluh tahun waktu telah berlalu.
Bagaikan kilat tanpa terasa masa yang telah tersapu.
Kini, ketuaan telah membayang di wajahmu  yang sendu.
Dan kelak di perjalanan anakmu pun akan menjadi seperti itu.

II
Aku ingin  seperti ibu. Yang  tenang bagai  permukaan telaga.
Jalani kehidupan yang sederhana, sabar,  dan bersahaja.
Tak pernah  terdengar keluh dan  saat  dalam tiada.
Dan pandai menahan  keperihan di dalam dada.

Ibu, malam ini anakmu teteskan air mata.
Teringat masa  yang hilang saat kita  bersama.
Bersamamu  dibakar terik  matahari pergi berhuma.
Mencari  tambahan  untuk  menyambung  hari-hari kita.

III
Kini, tak lagi anakmu  harus berbagi telur dengan saudara.
Tak lagi terdengar bujukanmu untuk makan apa adanya.
Namun keteladanmu  terhujam untuk hidup bersahaja.
Dan tak membanggakan diri dengan pemberian-Nya.

Ibu, kelembutan jiwa yang kau ajarkan begitu membekas.
Terhadap orang lain engkau tanamkan sifat yang ikhlas.
Tidak membangkil pemberian atau mengharap balas.
Serta mengikhlaskan kebaikan bak air didaun talas.

IV
Ibu, kini ketuaan kian tampak dalam kerut matamu.
Jalanmu pun mulai  tertatih tak lagi kuat seperti dahulu.
Namun cinta kasihmu tetap abadi seperti di masa yang lalu.
Bagai hantaman ombak sejak zaman purba di pantai nan bisu.

Ibu, kalau  kelak anakmu  pergi lebih  dahulu menghadap-Nya.
Mohon ikhlaskan segenap pengorbananmu sepanjang usia.
Maafkan anakmu  tak mampu  sampai akhir memelihara.
Semoga kelak kita bertemu dalam ridho dan surgaNya.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

25-2012. Musyawarah Akbar Kerajaan Syaitan (5)

25-2012. Musyawarah Akbar Kerajaan Syaitan (5)

               Oleh
               Hamdi Akhsan



I
Sang Iblis Penguasa kegelapan jiwa manusia lanjutkan pekikan!

Ribuan tahun luka dendam yang menganga itu tak pernah tersembuhkan.
Bara api amarah dan  kedengkian dalam jiwa sesatnya tak terpadamkan.
Walau ratusan generasi telah dilewati kekalahan tak pernah terlupakan.
Sampai kelak datangnya kepastian janji Ilahi datangnya akhir zaman.

Wahai dengarlah sumpah sang pemilik kemuliaan di masa lalu.
Tiada akan  berhenti sejenak juapun pergerakan tentaraku.
Kemaksiatan dan murka akan kudatangkan ke tiap pintu.
Agar di akherat kelak termasuk kedalam golonganku.

II
Musik para pendendang syahwat akan terus mengalun.
Kekuatan  pengumbar  nafsu di segala  penjuru kuhimpun.
Para pengikut setiaku berbagai golongan akan berduyun-duyun.
Dan bala tentara intiku yang telah  berpengalaman pun akan terjun.

Banyak diantara manusia yang menjual dirinya kepadaku Sang Iblis.
Mereka akan dapatkan kesenangan duniawi yang tak habis-habis.
Kututupi hati nurani  mereka agar keyakinan  akherat menipis.
Tinggallah saat jelang kematiannya kelak sesal dan tangis.

III
Dajjal-dajjal kecil dalam wujud teknologi pun kudatangkan.
Permainan-permainan dunia maya pun makin banyak diciptakan.
Agar waktu yang begitu berharga dalam hidup mereka terbuangkan.
Dan ingatan tentang pertanggungjawaban akherat makin terpinggirkan.

Begitu pula paradigma keberkahan  hidup akan semakin kami jauhkan.
Memelihara orangtua yang sudah tak berdaya akan dianggap beban.
Terhadap kaum duafa dan para yatim rasa jijik akan ditumbuhkan.
Hingga kehidupan umat manusia di bumi makin jauh dari Tuhan.

IV
Begitu pula instrumen lama sejak zaman adam tetap dijaga.
Pakaian para wanita dan laki-laki semakin lama makin terbuka.
Semakin kabur perbedaan antara harta yang halal dan yang riba.
Sungguh tanda-tanda akhir zaman telah memasuki masa Ghuroba*.

Itulah penyesatan yang terus kami lakukan pada manusia akhir zaman.
Agar kelak sebahagian besar penghuni bumi jadi pendurhaka Tuhan.
Seperti  janjiku tatkala diusir dari  surga yang penuh kenikmatan.
Yang  antaraku dan pengikut  Ilahi terbelah  oleh perjanjian.

V
Berbagai ajaran yang menyesatkan terus dikembangkan.
Kaballah, sebagai sihir susupan pendeta Firaun dimunculkan.
Racun-racun yang dimasukkan dalam ajaran agama suci dialirkan.
Agar antara pemikiran dilandasi hawa nafsu dan kebenaran terbaurkan.

Benarlahlah sumpahku dihadapan-Nya tatkala dahulu aku diusir terbukti.
Makin sedikit  diantara manusia yang sanggup ikuti ajaran kitab suci.
Keyakinan dan ibadah pada-Nya makin lama hanya tinggal tradisi.
Dan manusia  tak takut lagi  pada balasan  kelak  setelah mati.

*Ghuroba = asing
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 11 Juli 2012

29-2012. Senandung Malam Seorang Hamba

29-2012. Senandung Malam Seorang Hamba

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Kekasih,
Masih layakkah bibir hamba-Mu lantunkan panggilan mesra itu?
Sedang jejak cinta jiwa ini tak lagi bak seruling rindukan rumpun bambu.
Malam-malam pun tak lagi terisi dengan tangisan Qais pada Laila yang penuh rindu.
Dan jiwa ini?telah terkotori bak seorang musafir lelah yang menempuh perjalanan penuh debu.

Bagaimana hamba akan pertangung jawabkan semua pemberian-Mu yang begitu berharga ini.
Bagaimana hamba membayar oksigen yang dengan cuma-cuma telah Engkau beri.
Bagaimana hamba harus bayar sifat lupa yang hapuskan kepedihan hati?
Dan bagaimana  hamba hitung semua pemberian-Mu sejak bayi.

II
Kekasih,
Ke hadirat-Mu seorang budak  tundukkan kepala dengan pasrah.
Ke hadapan-Mu datang dengan takut seorang petarung lemah yang kalah.
Ia terjatuh bangun berhadapan dengan musuh-musuh-Mu yang tak pernah menyerah.
Berharap kala dihadapan pengadilan-Mu kelak mendapat ampunan wahai Sang Maha Pemurah.

Kekasih, betapa lidah pemberian-Mu ini sering  berkata yang tidak sesuai dengan kehendak-Mu.
Telinga hamba  masih terus digunakan mendengar hal-hal yang tidak berkenan disisi-Mu.
Tangan ini masih digunakan untuk pekerjaan yang membawa amarah-Mu.
Sungguh hamba takut bagaimana nanti berhadapan dengan-Mu.

III
Kekasih,
Lidah ini masih berputar dalam kemubaziran yang hampa makna.
Jerit dan ratap permohonan beriring airmata hanya muncul dalam derita.
Hari-hari pengembaraan yang pendek di dunia ini masih banyak diisi gelak tawa.
Sedang tangisi betapa berat kelak himpitan tanah kubur makin hari semakin terlupa.

Betapa kulit hamba pelan-pelan mulai mengeriput bak bunga mekar menjelang layu.
Cahaya mata?yang dulu berbinar-binar indah mulai suram, letih dan, kuyu.
Sendi-sendi hamba kala pekatnya malam telah datang terasa ngilu.
Pertanda malaikat maut pun semakin dekat di depan pintu.

IV
Bekal apa yang akan hamba bawa pulang sebagai musafir?
Tak ingin hamba menghadap-Mu  sebagai pedagang yang faqir.
Izinkan hamba untuk kumpulkan bekal amal-amal yang terus mengalir.
Untuk modal hamba kelak ketika harus hadapi mahkamah-Mu di Yaumil akhir.

Kekasih, izinkan hamba  untuk miliki lidah yang senantiasa syukuri nikmat-Mu.
Rahmatilah hamba jiwa yang cepat kembali manakala lalai dari jalan-Mu.
Tanamkan rasa takut terhadap beratnya siksa karena murka-Mu.
Dalam  kelemahan ini, Ridhoilah untuk menjadi hamba-Mu.

Wahai Allah, tiada tempat hamba bersandar.Kecuali hanya pada-Mu.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

28-2012. Dengarlah Wahai Kaum Muda!

28-2012.  Dengarlah Wahai Kaum Muda!

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Hari ini umat begitu terhina bak menggigilnya anak ayam dalam incaran sang raja angkasa.
Tiada Quttuz muda Pemegang Panji penghacur duapuluh ribu Tentara Hulagu yang perkasa.
Hanya perasaan rendah diri bak anak kambing yang terkapar lemah karena pagutan ular berbisa.
Menunggu burung nasar akan meluluhlantakkan onggokan dagingnya dalam kesenangan pesta pora.


Mana para singa  muda penerus tradisi  penaklukkan yang datang dari ganasnya gurun pasir Arabiya?
Mana para  pemegang panji  kebenaran yang pekikan  takbirnya hancurkan  penguasa angkara.
Tak lagi terdengar pekikan tunggal yang menggetarkan simbol-simbol syaitan di alam raya.
Tinggallah sejarah dan kenangan masa lalu bahwa mereka  umat yang pernah berjaya.


II
Supremasi dunia masa depan?hanya utopia bak burung pipit yang ingin jadi rajawali.
Takkan muncul taring singa dari seekor kambing yang hidup di ladang-ladang sayur petani.
Masa-masa emas melatih prinsip dan ketegaran dihabiskan dengan permainan semu sampai pagi.
Tanpa sadar bahwa semua telah diatur balatentara syaitan yang menjebak hamba-Nya melalui teknologi.


Ada yang mencibir ketika datang peringatan bahwa ladang sayur bukan tempat latihan singa perkasa.
Karena ia lupa kalau sesungguhnya ia putra singa yang terbiasa memakan makanan domba.
Yang sampai usianya tidak pernah mensyukuri pemberian taring tajam yang berbisa.
Kecuali hanya habiskan waktu untuk makan, tidur, dan bersenda gurau saja.


III
Lihatlah, balatentara  syaitan telah  kerahkan segala  upaya melemahkanmu.
Segala permainan yang menyenangkan telah dibuat untuk habiskan masa waktumu.
Membuat tersia-sia kecemerlangan otak dan ketahanan fisik yang menjadi modal emasmu.
Sehingga hanya mencari sesuap nasi imbalan yang engkau peroleh dari perjuangan masa mudamu.


Sedang mereka, setiap saat fikirkan bagaimana  jadikan engkau kambing gemuk yang lamban dan lemah.
Yang setiap saat bisa dijadikan rombongan srigala sebagai hewan pembantaian untuk pesta pora.
Mereka para musuh berkomplot kuras habis kekayaan bumi di negerimu yang begitu kaya.
Sampai kelak semuanya habis dan engkaupun jadi kelompok pengemis  tak berdaya.


IV
Berhentilah merengek bagaikan bayi yang tak sanggup lepas dari pelukan ibunda.
Hanya dengan sedikit luka, seekor anak rajawali akan mampu terbang jadi raja angkasa.
Hanya dengan sehari lapar, seekor singa akan tegakkan kepala menjadi calon raja rimba raya.
Bukan menjadi burung pemakan padi di sawah yang puas hanya dengan banyaknya jumlah saja.


Pengukir sejarah masa silam adalah mereka yang mampu latih diri tahan penderitaan dan kehinaan.
Yang memiliki cita-cita besar dan semangat yang membaja menghadapi berbagai rintangan.
Yang jiwanya tak pernah menjadi lemah terhadap berbagai  ejekan dan penghinaan.
Dan yang meyakini bahwa jalan yang ditempuhnya senantiasa diridhoi Tuhan.


Bangkitlah, wahai pemegang panji masa depan.




Al Faqiir


Hamdi Akhsan

26-2012. Selamat Datang Wahai Bulan Penuh Rahmat!

26-2012. Selamat Datang Wahai Bulan Penuh Rahmat!

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Detik-detik datangnya bulan ramadhan yang dirindukan para hamba jelang tiba.
Berdebar, bagaikan seorang Qais yang tak sabar menunggu  berjumpa laila.
Bak kerinduan burung pengembara antar benua kembali ke sarangnya.
Yang letih terbang sepanjang musim arungi dinginnya angkasa raya.

Kini, engkau akan hadir lagi melatih milyaran pengikut jalan Ilahi.
Langsingkan tubuh-tubuh yang sebelas  bulan jadi hamba nasi.
Redakan keangkuhan jasad-jasad yang merasa berbalung besi.
Dan sadarkan  para  pemilik harta  kekayaan akan  hakekat diri.

II
Betapa, seringnya kelucuan muncul tak sengaja di depan mata.
Tatkala di bulan suci orang besar tinggi  ternyata tak kuat berpuasa.
Terkulai bagai seekor gajah yang tumbang karena tiada dedaunan muda.
Atau mereka terkapai lunglai bagaikan harimau perkasa yang kehilangan tenaga.

Sungguh menggelikan, manakala para pemilik suara menggelegar terkulai lemah.
Begitu hebatnya puasa  menjadi psikiater yang mampu redakan amarah.
Betapa murahnya biaya yang diperlukan untuk obati penyakit magh.
Dan tidak perlu seorang dokter yang hebat obati usus yang lelah.

III
Ramadhan datang, dan terbelenggulah iblis dan balatentaranya.
Diberi kesempatan para hamba untuk  kembali melatih imannya.
Apakah akan naik derajat  menjadi  hamba  yang dirindhoi-Nya.
Ataukah tetap  jadi mereka tak  malu menumpang di bumi-Nya.

Adalah  perut yang jadi salah  satu sumber  kesenangan duniawi.
Ia jugalah yang menjadi salah satu sumber pelanggar larangan Ilahi.
Dan kesenangan demi kesenangan makan  memperhebat nafsu birahi.
Sehingga menjadi  terlupakan prinsip dan  aturan makan  yang diberkati.

IV
Terima kasih ya Allah. Engkau  beri waktu mulut ini istirahat mengunyah.
Engkau telah  malaskan nafsu ini untuk  mengumpat dan berghibah.
Engkau telah karuniakan ramadhan  sebagai bulan penuh berkah.
Engkau telah beri waktu untuk istirahatkan jasad musafir lelah.

Begitu banyak kebaikan bulan penuh berkah ini dari sisi-Mu.
Tubuh yang  terkapar kenyang harus bangun di malam dalu.
Renungkan sebentar begitu banyaknya nikmat Allah dimasa lalu.
Dan bayangkan kelak kala jasad ringkih ini telah terbujur membeku.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Minggu, 08 Juli 2012

24-2012. Kepada Para Pendusta

24-2012.  Kepada Para Pendusta

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan



I
Engkau katakan pada kami semua ribuan janji.
Yang dari mulutmu sampai  bersumpah demi Ilahi.
Namun seiring waktu perkataan itu tidak engkau tepati.
Sungguh engkau tak takut pada pengadilan di akherat nanti.

Lidahmu  berputar-putar  begitu  fasih  ucapkan  janji dusta.
Seolah  malaikat suci yang  mencatat janjimu itu tiada.
Begitu fasih lidahmu mengatur indahnya bahasa.
Membuat terbuai fikiran  sesama manusia.

II
Apalah lagi jelang engkau butuhkan suara.
Ke semua tempat kau tebarkan senyum dan tawa.
Sosokmu seolah tampil bak calon pemimpin  berwibawa.
Padahal akhirnya rakyat kecil akan tertipu dan kembali kecewa.

Betapa daku tak habis fikir! alangkah  mudah janji engkau ukir.
Mulutmu sesumbar manis bagaikan madu yang mengalir.
Pidatomu  membuat  rakyat  terpukau dan tersihir.
Engkau tak peduli kelak tuntutan Yaumil  Akhir.

III
Manakala engkau  telah  dapatkan  kekuasaan.
Di matamu rakyat  kecil tak lebih hanyalah beban.
Yang tidaklah jadi amanah berat untuk disejahterakan.
Karena  programmu adalah  kumpulkan  harta  kekayaan.

Dosa! hanya sayup-sayup muncul saat sendiri jelang tidur.
Lama-kelamaan hati nurani dan  iman makin  mengendur.
Keserakahan menguat dan  menghilangkan  rasa syukur.
Serta makin kuat hawa nafsu yang diiringi sifat takabur.

IV
Mengapa engkau tak sadar atas akhir kehidupan insani.
Betapa banyak  penguasa di masa  silam terkubur di bumi.
Hartanya yang begitu banyak diperebutkan orang disana sini.
Sedang dikubur ia sibuk  bertanggungjawab pada malaikat Ilahi.

Sungguh sejarah telah mengajarkan buah akhir dari keserakahan.
Tiada yang  dibawa  ke dalam  kubur  lebih dari tiga  lapis kafan.
Begitu beratnya beban  yang dibawa kala  menghadap Tuhan.
Yang bahkan belum masuk liang kubur telah ditampakkan.

V
Wahai  penabur dusta, berhentilah bermain dengan dosa.
Waktu hidup kita di dunia ini hanya sebentar dan sedikit saja.
Ingatlah selalu beratnya pengadilan Ilahi yang  tiada pengacara.
Kecuali  amalan-amalan baik  sebagai perisai dan  pembebas siksa.

Mata, tangan,kaki, telinga, semua akan menjadi saksi setiap insan.
Semua menjadi pemberat atau peringan sesuai amal perbuatan.
Untuk  penentang-Nya  semua akan berakhir dengan siksaan.
Bagi yang takut pada-Nya akan dibalas dengan kebahagian.

Wahai Ilahi ampuni kami yang telah tersimpang jalan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 06 Juli 2012

022-2012. Ya Robbana, Izinkan Kami Untuk Berpuasa


022-2012. Ya Robbana, Izinkan Kami Untuk Berpuasa

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Kekasih, kehadirat-Mu hamba ucapkan syukur yang tak terhingga.
Atas kasih sayang-Mu kesehatan dan kesempatan ini masih ada.
Masih Engkau beri kesempatan bertaubat atas salah dan dosa.
Dan belum Engkau  panggil kami untuk  kembali ke alam baqa.

Kekasih, terima kasih atas  segala nikmat yang Kau beri.
Bersyukur  kami atas masih adanya iman di dalam hati.
Diberi kesempatan hamba-Mu nikmati sejuknya pagi.
Berharap diri  kasih-Mu untuk taubat sebelum mati.

II
Wahai Allah, berilah  kami  hati yang takuti  dosa.
Jadikan kami bermunajad dengan cucuran air mata.
Berilah kami iman yang  berharap dan  rindukan surga.
Dan jadikan kami mengigil dalam takut pada siksa neraka.

Ya Allah, berilah kami kesempatan untuk berpuasa karena-Mu.
Bersihkan perut kami yang begitu kotor karena perturutkan nafsu.
Sehatkan kembali organ tubuh kami yang banyak dipaksa hingga lesu.
Dan tambahkan kesadaran betapa beratnya hidup seperti diawal dahulu.

III
Wahai Allah,  banyak makhluk-Mu  yang rela berpuas a untuk kemuliaan.
Bak ulat yang dijijiki banyak orang jadi kupu-kupu penuh keindahan.
Atau baki ular yang lemah dikuliti jadi perkasa dan ditakuti lawan.
Sungguh dari mereka manusia belajar hikmah dalam kehidupan.

Kekasih, izinkanlah kami berpuasa dalam kesadaran insani.
Sadari  bahwa semua  berakhir  dalam  hidup tak abadi.
Tak mampu menolong disisi-Mu harta,anak dan istri.
Kecuali  menghadap-Mu  membawa  amal sendiri.

IV
Wahai Allah, betapa kami malu dengan perut ini.
Gendut berlemak tanda  nafsu yang tak terkendali.
Sedang banyak yang tak mampu  mencari sesuap nasi.
Sedang dirumah kami banyak makanan yang terbuang basi.

Ampuni kami yang banyak lalai mengingat banyaknya nikmat.
Hari-hari pendek kehidupan diisi banyak dosa dan maksiat.
Melihat kelebihan orang timbul iri dan prasangka jahat.
Dan amalan-amalan  baik begitu  sedikit diperbuat.

Kekasih, tuntunlah kami agar selamat di akherat.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

021-2012. Syair Cinta Seorang Pengembara (6)



021-2012. Syair Cinta Seorang Pengembara (6)

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Guru, senja usia jelang mentari tenggelam kini telah hadir di depan mataku.
Kala dinginnya fajar telah mendekat tulang-tulangku mulai terasa ngilu.
Lintasan peristiwa demi peristiwa datang dari  jauhnya masa lalu.
Dan hari-hari kehidupan makin dekat ke kubur sunyi nan bisu.

Sedang kini, peradaban akhir zaman kian menggila.
Mereka  yang lemah  menjerit  tidak  berdaya.
Maksiat  dan dosa kini  makin merajalela.
Dan Kekuatan iblis makin berkuasa.

II
Dominasi ruhani kian terpinggirkan.
Agama dianggap masa lalu peradaban.
Kalaupun ada ia telah banyak dikomersialkan.
Yang dihargai dan dikaitkan dengan larisnya iklan.

Kesederhanaan dan kerendahan hati? jadi cemoohan manusia.
Harta dan kekuasaan menjadi indikator kesuksesan yang memperdaya.
Tak peduli bagaimana diperoleh dan bagaimana mempertanggungjawabkannya.
Sungguh jelang kiamat ini  peradaban dajjal yang  menyesatkan sudah begitu dipuja.

III
Kini,pejuang suci yang tinggalkan kesenangan duniawi menjadi pihak yang disalahkan.
Suara pemegang panji kebenaran dianggap pekik yang mengganggu pendengaran.
Kehidupan manusia, hanya habiskan umur  dengann  permainan  mengasyikkan.
Dan masa emas waktu muda pun berlalu tanpa ada karya yang dibanggakan.

Guru, tak sanggup lagi  muridmu angkat  kepala atas ketakberdaan diri.
Tangis dan  sedanku tertahan  melihat  kerusakan  hebatnya bumi.
Tinggal  sedikit  pembawa  obor kebenaran  dan pencinta Ilahi.
Dan para murid yang tekun pun satu per satu telah pergi.

IV
Guru, dalam masa yang tersisa murid akan berupaya.
Untuk  dapatkan seorang  pengganti yang gagah perkasa.
Yang matanya tajam bak elang pemburu di tingginya angkasa.
Yang tak mengenal takut pada sesama makhluk dimanapun berada.

Murid berdoa dan berharap akan ada seekor rajawali ditengah ribuan ayam.
Dengan pekiknya  membelah angkasa membuat jiwa penghuni bumi tercekam.
Yang dengan ketajaman sinar matanya sanggup tembus pekat dan gelapnya malam.
Dan sanggup menjadi  pemimpin agung seperti  Salahuddin Al Ayubi bak di masa silam.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 04 Juli 2012

020-2012. Syair Untuk Kekasih (15)

020-2012. Syair Untuk Kekasih (15)

                   Oleh
                   Hamdi Akhsan


I
Kekasih,
Serasa ingin hamba menangis atas ketaksyukuran diri ini.
Kesempatan hidup di dunia telah engkau tambah setahun lagi.
Dalam kurangnya  ibadah betapa  banyak nikmat  yang Engkau beri.
Moga waktu yang Engkau berikan dapat  menambah kuatnya iman di hati.

Mata ini, tangan ini, lidah ini, dan telinga ini telah berlumur dosa dan maksiat.
Betapa jalan-jalan yang ditempuh dekati kegelapan sunyi dan pekat.
Hati semakin membatu 'tuk dengarkan hikmah dan nasehat.
Serta sedikitnya bekal 'tuk hadapi siksa kubur nan berat.

II
Ramadhan kini hampir tiba dalam ketakabadian masa.
Betapa ingin jiwa ini tunduk pada-Mu sebagai hamba.
Tadahkan tangan gemetaran dalam takut dan pinta.
Berbisik lirih panjatkan doa beriring cucuran airmata.

Kekasih, dalam  redupnya cahaya bak pelita malam.
Rindunya hamba jalani Ramadhan bak dimasa silam.
Habiskan  hari- asah iman  agar bersinar  bak pualam.
Bercahaya  terang di tengah  kebenaran  yang suram.

III
Banyak hamba-Mu yang sambut datangnya ramadhan.
Munajad di bibir mereka  penuh khusuk  beriring harapan.
Agar Engkau ampuni dosa mereka sebanyak buih di lautan.
Dan di akhir ramadhan mendapat  kasih sayang & ampunan.

Ramadhan tahun ini, sebahagian saudara kami tiada lagi di dunia.
Di sebahagian  keluarga telah hilang  kegembiraan dan gelak  tawa.
Karena  orang yang mereka kasihi  telah  pergi dahulu ke alam baqa.
Sebagai bagian dari janji  tatkala  mereka akan dilahirkan ke alam fana.

IV
Kekasih, kini jasad hamba perlahan mulai menua dalam perjalanan waktu.
Ingatan dan panca indra pun kian menurun bila dibandingkan dahulu.
Bak musafir, yang dulu begitu bersih kini  penuh kotoran dan debu.
Dan kelak kamiakan kembali pada-Mu penguasa abadi yang Satu.

Dalam kekurangsyukuran dan kelalaian pada-Mu kami meminta.
Berilah kami kesempatan untuk jalani ramadhan sebagai pencinta.
Agar setelah tiada kelak kami selamat dari neraka yang penuh derita.
Dan mendapat kasih sayang dan rahmat-Mu kala kelak menutup mata.

Kekasih, hanya Ridho dan ampunan-Mu yang menghapus segala nestapa.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan