Selasa, 03 Mei 2011

132-2011. Cinta Yang Kehilangan Makna

132-2011. Cinta Yang Kehilangan Makna

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


IAku tak tahu kemana harus adukan kepedihan ini.
Semangat pergi bak senyapnya gurun pasir yang sunyi.
Biarlah hari berlalu bagaikan Qais tangisi Laila yang telah mati.
Dan biarlah semua tenggelam dalam kesedihan abadi bersama sepi.

Tak tahu kemana  kegundahan ini akan kubawa.
Akankah kelak ia pergi  bersama  lenyapnya jiwa.
Menyimpan tangisan  dan luka dibalik derai tawa.
Dan tersimpan rapi setelah  banyaknya peristiwa.

II
Kelak, setelah daku sendiri ditengah kegelapan dan sunyinya kubur.
Dan tangan kecil yang mendoakan dengan air mata mencucur.
Serta jasad  rapuhku pun perlahan-lahan  menjadi hancur.
Datanglah walaupun hanya sejenak  agar aku terhibur.

Sungguh nisbi cinta yang tegak diatas amarah.
Seribu kata dan janji hanya penghias bibir saja.
Airmata  yang suci hanya  cucuran yang dusta.
Karena untuk  menyakiti  dan ciptakan  derita.

III
Betapa mudah ungkapkan rengekan hanya sekedar untuk menipu.
Dan memutar-mutar lidah untuk lontarkan  segala cumbu rayu.
Dan segalanya  segera berubah dalam  masa sedikit waktu.
Sungguh begitu mudah membuat hati hancur dan pilu.

Dalam sakit yang dibawa kemana kaki melangkah.
Susuri  sunyi  jalani  sisa h idup membawa luka.
Biarlah  tersimpan  segenap perih  dan duka.
Sampai kelak  datang hari menutup  mata.

IV
Sebelum waktu yang pasti itu datang.
Sebelum semuanya tak bisa diulang.
Sebelum nyawa pergi menghilang.
Segeralah berfikir secara matang.

Biarlah semua berlalu bagai angin.
Lakukan semua yang engkau ingin.
Bagai  hujan tiba hapus musim kering.
Untukmu doaku  akan selalu mengiring.

V
Dahulu aku lahir sendiri.
Sekarang pun akan sendiri.
Kelak  mati pun dikubur sendiri.
Bermohon pada-Nya ampun diberi.

Ya Allah, pada-Mu hamba sandarkan diri.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

0 komentar:

Posting Komentar