Jumat, 10 Februari 2012

003-2012. T E R I M A K A S I H (3)

003-2012. T E R I M A   K A S I H (3)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan
























Terima kasih untuk semua teman-teman

I
Inilah madah seorang hamba,
hati terharu sampai menghiba,
ucapan datang bagai air bah,
berisi  doa  ataupun damba.

Kutulis jawab berbentuk syair,
terima kasih tulus kuukir,
doa dan harap datang mengalir,
tak pernah henti seperti air.

Kini tiada rasa sendiri,
sahabat baik telah Tuhan beri,
segala tempat datangnya dari,
ucapan tulus sepanjang hari.

II
Didalam dada tersimpan niat,
tuk kirim balas buat sahabat,
maafkan  bila datang terlambat,
karena badan sudah tak kuat.

Bermohon doa diri yang fakir,
agar tak henti menulis syair,
untuk membuat orang berfikir,
di dunia ini hanya musafir.

Syair religi terus  ditulis,
walaupun ada orang yang sinis,
atau tiada sambutan manis,
ataupun ada yang kan menepis.

III
Daku bukanlah ahli agama,
atau diberi gelar ulama,
hanya berbagi pada sesama,
semoga kelak mendapat rahmah.

Bermohon agar sahabat ikhlas,
kalau tiada sempat membalas,
atau terkirim status tak jelas,
bukan karena sifat yang malas.

Diakhir madah kumohon maaf,
terhadap salah ataupun khilaf,
berharap diri selalu insyaf,
sebelum datang hari yang tetap.

Inderalaya, 10 Februari 2012
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kamis, 09 Februari 2012

002-2012. Musafir Senja.

002-2012. Musafir Senja.

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Hari ini mentari telah tergelincir lewati masa puncak seorang insan.
Bak kuntum bunga, pelan mulai layu ditelan gempita zaman.
Bermula tiada, sebentar lagi kembali dalam kefanaan.
Tinggalkan dunia dan hiruk-pikuk kehidupan.

Usia empat puluh dua tahun ini akan berlalu.
Begitu cepat bagaikan kilat berlalunya sang waktu.
Sedang jasad rapuh telah terkotori oleh banyaknya debu.
Dan di depan kubur yang sempit dan sunyi dengan setia menunggu.

II
Wahai diri yang kerap terlena oleh kehidupan dunia yang mempesona.
Sesungguhnya hidup ini hanya berisi tangisan dan gelak tawa.
Simetri pasti antara hadirnya kesedihan dan bahagia.
Yang tidak lebih bagai panggung sandiwara.

Apalah arti kegagahan dan kecantikanyang sedikit.
Ukurannya hanya dipengaruhi keriput dan kencangnya kulit.
Apalah makna keindahan jasad bila diperolah dengan rasa sakit.
Sedang dosa dan kelalaian makin menggunung lebihi besarnya bukit.

III
Waktu makin dekat, seorang pencinta akan pergi jumpai Sang Kekasih.
Membawa wajah  tertunduk harap ampunan Sang Maha Pengasih.
Berharap kembali seperti kala datang dengan fitrah yang putih.
Serta terjauh dari azab Sang  Pemilik yang  begitu perih.

Hari telah senja lalui  separuh jalan  musafir  kehidupan.
Begitu lelah lalui banyaknya peristiwa dan segenap kejadian.
Walau terus melangkah, namun ia tahu telah dekat ujung jalan.
Kembali pada-Nya sebagaimana janji saat masih dalam kandungan.

IV
Sungguh segala fenomena yang ada secara hakekat  telah terbuka.
Karena hukum-hukum-Nya selalu berlaku sepanjang masa.
Membebaskan insan untuk memilih  sesat atau taqwa.
Yang  kelak akan membawa implikasi di alam baqa.

Kini, banyak yang hanya tersimpan dalam sanubari.
Mencoba melangkah ke depan untuk lebih berhati-hati.
Menyeimbangkan perjuangan hidup duniawi dan ukhrowi.
Dan diri bersiap menyambut kedatangan kematian yang pasti.

Al Faqiir
Jelang 43 tahun usia


Hamdi Akhsan

Rabu, 01 Februari 2012

001-2012. Fatamorgana Kehidupan

001-2012. Fatamorgana Kehidupan

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Seorang hamba yang letih menatap cermin buram dihadapannya.
Tampak kulitnya mulai keriput dan layu dalam perjalanan usia.
Hakekat  kehidupan  terbentang di depan begitu nyata.
Permainan taqdir yang berisikan duka dan bahagia.

Adalah bahagia bila hidup dalam rasa syukur.
Selalu ingat nikmat Ilahi yang tak terukur.
Atas segala peristiwa selalu bertafakkur.
Dan berharap kelak dilapangkan kubur.

II
Tiada kebahagiaan yang akan abadi.
Seperti derita  yang pasti akan pergi.
Seperti juga para penguasa  saat mati.
Hanya membawa tiga lapis kain diikat tali.

Apalah makna kegagahan bila jasad telah rebah.
Manalah lagi kecantikan kala dimakan cacing tanah?
Manalah lagi  harta yang  membela kala waris dibagi sudah.
Tinggal sesal yang tak bisa diperbaiki walau dengan airmata darah.

III
Masa depan?adalah angan-angan karena ia ditutup sebagai rahasia.
Agar insan tak putus asa dengan taqdir buruk kemudian masa.
Agar senantiasa ada harapan atas kerasnya sebuah usaha.
Walaupun jalan setiap hamba telah ditentukan Qadha.

Betapa kini akhir hidup kian dekat pada janji.
Kematian itu adalah sesuatu yang pasti.
Menghadap pada-Nya kelak sendiri.
Bertanggungjawab pada Ilahi.

IV
Batas waktu telah menjelang.
Bak musafir bersiap untuk pulang.
Noda-nodadiri mari dibasuh agar hilang.
Agar berkurang sesal yang kelak dibentang.

Betapa kelak hamba yang taqwa akan berbahagia.
Mendapat ganjaran yang demikian menyenangkan mata.
Bila dibanding  kebahagian duniawi  sungguh tidak seberapa.
Kehidupan yang kekal dalam kesenangan dan kenikmatan surga.

Ya Robb, ampunilah hamba!

Al Faqiir

Hamdi Akhsan