Minggu, 21 Agustus 2011

281-2011. Lailatul Qodar

281-2011. Lailatul Qodar

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Malam, tatkala cakrawala membisu dalam ketundukan pada Ilahi.
Semesta bertasbih dalam dinamika hukum sejak zaman bahari.
Segala makhluk  ciptaan pun pasrah pada-Nya tanpa kecuali.
Di malam kala Lailatul Qadar yang agung tiba dan diberkati.

Adalah sebagian hamba  menunggunya dengan kerinduan.
Harapkan kehadirannya sebagai pemberian ruhani dari Tuhan.
Didalamnya berisi  keberkatan ibadah yang  setara seribu bulan.
Untuk bekal kelak  menghadap-Nya dengan membawa kebaikan.

II
Ribuan tahun berlalu dan peradaban manusia  bumi pun berubah.
Namun para pencinta sabar hadapi aneka cobaan dengan tabah.
Walau  segenap derita harus  dijalani pada-Nya ia menyembah.
Sampai  kelak datang  pengadilan Ilahi yang  pasti  akan tiba.

Kurun demi kurun semesta menunggu  datang Lailatul qodar.
Malam yang kala bintang-bintang di angkasa  redup berpendar.
Malam  tatkala waktu seakan  berjalan lambat  dalam garis edar.
Menunggu habisnya masa  pertaubatan para  hamba yang sadar.

III
Malam Lailatul qodar adalah malam khusus untuk para pencinta-Nya.
Yang berkendak untuk  mendapatkan ridho  beriring ampunan-Nya.
Rindukan  karunia  Ilahi  sebagaimana yang  telah dijanjikan-Nya.
Sebagai bekal  manakala sang  hamba harus  menghadap-Nya.

Bersujud para hamba yang rindu dalam genangan airmata.
Bibir mereka berbisik  lantunkan doa  dan harapan cinta.
Sampaikan segenap kehambaan dalam indahnya kata.
Agar di akherat kelak terhindar dari perihnya derita.

IV
Malam diam dan hening dalam ketundukan.
Hati para hamba  pasrah  dalam harapan.
Harapkan karunia dan ampunan Tuhan.
Sepanjang  usia yang Allah  berikan.

Dalam sekaratnya  peradaban bumi.
Ada  wajah-wajah yang  rindukan Ilahi.
Mengharapkan ridho Allah yang Maha Suci.
Agar mendapatkan indahnya kebaikan surgawi.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kamis, 18 Agustus 2011

282-2011. Wahai anak, Dengarlah Pesanku ini

282-2011. Wahai anak, Dengarlah Pesanku ini

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Kukisahkan padamu tentang perjalanan panjang yang telah kulalui.
Tentang segala kebahagiaan dan  kepedihan yang  telah kutemui.
Tentang hakekat dibalik  sesuatu yang  dahulunya  tersembunyi.
Dan kini  telah terbuka  bagaikan benderangnya sinar mentari.

Wasiat pertama tentang hidup di dunia yang berakhir fana.
Kebahagiaan  duniawi yang dikejar hanyalah fatamorgana.
Karena masa depan  setiap insan telah  pasti bagiannya.
Tinggallah  bagaimana  cara ia akan  mendapatkannya.

II
Ada manusia yang mempertuhankan dunia materi.
Ia mengira akan  mendapatkan  kebahagiaan hakiki.
Padahal  tiada yang dibawa tatkala dirinya kelak mati.
Kecuali amalan baik  yang mendapat  balasan dari Ilahi.

Ada pula manusia yang memimpikan kesenangan jabatan.
Dengan segala cara apa yang dicitakan haruslah didapatkan.
Tak peduli jalan yang halal dan haram telah dicampuradukkan.
Yang penting diperoleh keinginan hawa nafsu yang diharapkan.

III
Belum lagi segolongan yang halalkan segala cara dapatkan harta.
Tak peduli membuat orang lain terzalimi dan cucurkan airmata.
Tak peduli karenanya orang terusir dan hidup terlunta-lunta.
Segala cara dipakai walau  harus  gunakan  sumpah dusta.

Lihatlah, betapa sejarah telah  memberikan pelajaran.
Tentang  para  penguasa  yang   menantang  Tuhan.
Di akhir  hidupnya keadaan mereka Dia hinakan.
Dan di  akherat rasakan pedihnya pembalasan.

IV
Wahai anak, betapa  banyak pendusta agama.
Yang  membiarkan anak yatim  hidupnya terhina.
Yang  menggusur  mereka  yang  tak  punya rumah.
Bersikap sewenang-wenang pada mereka yang lemah.

Adalah masa lebih dari cukup  untuk dijadikan pelajaran.
Mereka yang dulu begitu gagah kemudian dilemahkan.
Yang semula berharta banyak kemudian dimiskinkan.
dan yang dahulu berkuasa  kemudian dipenjarakan.

V
Itulah garis besar permainan kehidupan disetiap kurun.
Hukum-hukum yang tak berubah selama ribuan tahun.
Untuk itulah adanya  agama agar  kehidupan tersusun.
Dan semua  dibawah kendali Ilahi  Maha Pengampun.

Anakku, semua kemuliaan duniawi hanyalah kepalsuan.
Yang kelak berharga disisi-Nya hanya  amal kebaikan.
Hiduplah  selalu  dalam  tuntunan  dan  naungan Tuhan.
Agar kelak  setelah  mati tiada tangis  dan  penyesalan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 17 Agustus 2011

280-2011. Enam Puluh Enam Tahun Kemerdekaan!

280-2011. Enam Puluh Enam Tahun Kemerdekaan!

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Hari ini sebuah bangsa peringati enam puluh enam tahun kemerdekaan.
Sebuah rutinitas yang syarat dengan pesan dan peringatan.
Atas perjalanan sejarah masa lalu dan masa depan.
Dalam pilihan kehancuran atau kemenangan.

Merdeka?Bagai Rajawali  Sang Raja  Angkasa.
Yang mampu busungkan dada dan angkat kepala.
Yang menjadi teladan sebuah kebebasan sejak zaman purba.
Dan menjadi perlambang perjuangan tak kenal letih dari Sang Pencipta.

II
Merdeka, bukan hanya bermakna rakyat negeri bebas dari perbudakan fisik.
Sementara ekonomi, budaya, dan jati diri bangsa diobrak-abrik.
Rakyat menjadi budak pekerja para pemilik pabrik.
Dan terhadap kekuatan asing tak berkutik.

Di negeri merdeka rakyatnya hidup bahagia.
Dilayani oleh para pemimpin yang memegang amanah.
Yang tidak disibukkan menumpuk harta dan menebar janji dusta.
Dan terhadap penderitaan dan kesengsaraan rakyat mereka menutup mata.

III
Merdeka bukan bermakna dijajah oleh para pemimpin negerinya sendiri.
Namun rakyatnya hidup dalam kesejahteraan dengan harga diri.
Ada uang dan harta untuk hidup layak secara mandiri.
Dan mereka diberi kesempatan mencari rezeki.

Merdeka bukan hanya simbol untuk hiburan.
Namun semua bekerja keras secara berkesinambungan.
Memanfaatkan kekayaan alam dengan baik sebagai nikmat Tuhan.
Dan para pemimpin bersama rakyatnya bahu membahu mencapai kejayaan.

IV
Enampuluh enam tahun telah berlalu adalah usia yang begitu panjang.
Dalam periode kehidupan ibarat telah  memetik hasil dari juang.
Namun dihari ini kesulitan demi kesulitan kian menghadang.
Dan di negeri sendiri rakyat bagaikan telah terbuang.

Episode yang lalu hendaknya menjadi pelajaran bangsa.
Untuk hidup dalam  perjuangan harga diri bagaikan garuda.
Pelopor kebangkitan bagaikan tegaknya kepala sang raja angkasa.
Dan menjadi pusat peradaban yang dikenang manusia sepanjang masa.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Selasa, 16 Agustus 2011

279-2011. Senandung 17 Ramadhan

279-2011. Senandung 17 Ramadhan

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Malam ini, Seribu Empat Ratus tiga Puluh dua tahun yang silam.
Jagat semesta tertunduk saksikan peristiwa besar dalam diam.
Kalau wahyu pada Sang Rasul terakhir dibawa tatkala malam.
Untuk sinari bumi agar bersinar terang bak mutiara manikam.

Nubuwat akhir zaman dalam kitab langit terdahulu telah tiba.
Membawa kitab suci  terakhir untuk bmakhluk alam semesta.
Janjikan hidup  duniawi  yang  beriman dan  akherat  bahagia.
Sungguh sebuah manifestasi Kasih Sayang Sang Maha Pencipta.

II
Peristiwa  bersejarah  yang  membalikkan  peradaban telah datang.
Di bumi yang fana kitab suci penutup kenabian pun berkumandang.
Memotivasi jutaan mujahid sepanjang zaman untuk jadi berjuang.
Dan tanpa ragu hadapi  kesyahidan  membasmi para  penentang.

Tiada keraguan indahnya balasan surgawi untuk para pencinta.
Yang merenungi indahnya  kitab suci  sampai  alirkan air mata.
Bekerja keras di siang hari tunaikan  perintah mencari mafkah.
Dan malam hari tersdu tadahkan tangan harapkan ridho Allah.

III
Tujuh belas ramadhan ribuan tahun yang silam tetap abadi.
Tertulis kalimat-kalimat yang sempurna  didalam kitab suci.
Penuntun manusia  untuk menjadi seorang  pencinta sejati.
Untuk  senantiasa  tunduk  dan patuh  pada  perintah  Ilahi.

Tiada yang diharapkan  dalam hidup kecuali manisnya iman.
Lantunkan kata demi kata sebagaimana sempurnanya firman.
Mengharapkan kelak kubur  lapang sebagai btempat kediaman.
Sebagaimana ayat  tertulis yang  sejak  dahulu  telah dijanjikan.

IV
Jutaan tangan menadah ke langit dimalam ini pada-Mu wahai kekasih.
Mengharapkan pemberian cinta dan  rahmat-Mu yang bertabur kasih.
Butir demi butir kalimat yang suci  tertuang dalam ratapan dan rintih.
Berharap kelak kembali pada-Mu tanpa dosa bak sehelai kertas putih.

Adalah semua yang ada kelak akan berakhir dalam fananya kematian.
Kecuali amal yang telah  dikerjakan  berdasarkan petunjuk Alquran.
Itulah pertanda tunduknya manusia sebagai budak ciptaan Tuhan.
Yag telah menciptakan segalanya  sesuai  kehendak dan tujuan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Senin, 15 Agustus 2011

278-2011. Senandung Nuzulul Quran

278-2011. Senandung Nuzulul Quran

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Hari ini  tujuh belas  Ramadhan  menjelang tiba.
Teringat hamba pada tangisan Rasul-Mu yang tercinta.
Yang mengharap cinta-Mu di puncak gunung batu gua Hira.
Tadahkan tangan bisikkan kasih diiringi isak dan cucuran air mata.

Tubuh yang suci gemetar tatkala  diperdengarkan firman Agung.
Dalam keterbatasan akal manusiawi  kekasih-Mu  pun bingung.
Terbata-bata dalam ketaktahuan huruf ia telah beruntung.
Jadi pembawa firman Ilahi Yang beratnya lebihi gunung.

II
Firman yang suci telah disampaikan ke pundak sang Nabi.
Sungguh  berat amanah  yang harus  diemban sebagai misi.
Untuk mengajak manusia yang telah lalai ke jalan Robbul Izzati.
Agar kehidupan manusia sebagai makhluk pilihan kembali diberkati.

Firman agung pertama disampaikan  tentang kewajiban membaca.
Agar manusia dapat memahami tentang penciptaan semesta.
Supaya manusia sadar akan hakekat hidupnya yang fana.
Serta jauhi jalan Iblis dan  pengikutnya  yang durjana.

III
Ribuan tahun sejarah peradaban berisi dengan pilihan.
Ada dua golongan  terbentuk dalam sikapi firman Tuhan.
Sebahagian  mengingkari dan  menempuh jalan  keingkaran.
Dan sebahagian besar larut dalam prilaku yang penuh keinkaran.

Sungguh dalam firman pertama telah dinyatakan hakekat insan.
Mereka dicipta di bumi  mengemban  amanah kekhalifahan.
Untuk taat atau ingkar mereka telah diberi kebebasan.
Dan konsekwensi  yang  pasti dari  sebuah pilihan.

IV
Ribuan  tahun firman suci  terjaga  dalam keaslian.
Ada Milyaran manusia yang tetap bahagia dalam iman.
Mereka rindukan ampunan dan balasan surga dari Tuhan.
Yang kelak diberi dalam kehidupan akherat penuh keabadian.

Namun bagi yang ingkar  disediakan neraka  yang membakar.
Didunia diberi banyak kemudahan dan terjauh dari sukar.
Mereka  terlena  dalam hidup yang  penuh makar.
Yang kelak dengan jahanam semua ditukar.

V
Firman Agung-Mu penuntun Milyaran hamba.
Yang merindukan ampunan dan pemberian cinta.
Yang lalui malam-malamnya dengan cucuran airmata.
Yang selalu takut  terjauh dari kasih sayang  dan Ridha.

Tuntunan  Suci itu tetap  terjaga sampai  akhir  zaman.
Menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang beriman.
Yang kelak akan dapatkan surga didalam taman.
Dan abadi  dalam nikmat  dan rasa nyaman.


al Faqiir


Hamdi Akhsan

Minggu, 14 Agustus 2011

277-2011. Syair Untuk Kekasih (12)

277-2011. Syair Untuk Kekasih (12)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kekasih,
Malam ke lima belas ramadhan kini telah menjelang.
Separuh masa ujian menahan harus dan lapar takkan lagi terulang.
Ada hamba yang beruntung mendapat rahmat dan ada pula yang malang.
Sungguh  besar cinta kasih-Mu untuk para hamba di muka bumi yang luas terbentang.

Dalam alunan zikir para hamba yang pasrah, hamba pun larut dalam kehampaan makna.
Tak tahu kemana usia kehidupan diri yang menjelang  tua ini akan dibawa.
Bagai musafir yang jalani hidup seperti sepotong ranting yang patah.
Yang letih mencari makna dalam berbagai peristiwa

II
Kekasih, betapa daku kotoran debu dalam kemuliaan-Mu.
Tanpa malu  meminta  dalam  ketaktaatan  pada  firman-Mu.
Yang  masih sering lalai dan  melanggar  banyak  perintah-Mu.
Yang jarang tangisi hari kala tiada harapan kecuali ampunan-Mu.

Ada masa tatkala hati ini bicara dalam  tangis yang membuncah.
Tersedu  bagai anak kecil  dalam tatapan  bunda yang marah.
Ingin kembali keharibaanmu ungkapkan  segenap duka lara.
Sebagaimana para pencinta-Mu yang tak kenal menyerah.

III
Kekasih, inilah daku yang tertipu dalam sekaratnya dunia.
Yang terhadap abadinya nikmat-Mu masih sering terlena.
Seolah hidup ini hanya jasad yang layu hancur jadi tanah.
Tanpa  pertanggung jawaban dalam pastinya Mahkamah.

Betapa sering datang peringatan saat saksikan kematian.
Jasad yang  begitu gagah  jadi busuk  dan berhamburan.
Wajah-wajah cantik mendelik  seakan melihat kengerian.
Tetapi hanya  sejenak, setelah itu  kembali ia terlupakan.

IV
Kekasih, hamba ingin datang pada-Mu dengan kepala tegak.
Jadi pengamal peringatan demi peringatan-Mu yang begitu bijak.
Pasrahkan hidup ini kepada-Mu wahai  Sang Maha Pemilik Kehendak.
Bagai pasrahnya seorang bayi yang dalam pelukan ibu tertidur nyenyak.

Dalam munajad yang sering tergesa karena banyaknya godaan duniawi.
Bermohon  hamba yang nista pada-Mu  wahai Zat Yang  Maha Suci.
Berilah hamba kekuatan jiwa  untuk persiapan  menjelang mati.
Dan merindukan kehidupan akherat kelak yang kekal abadi.

al Faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 10 Agustus 2011

276-2011. Syair Untuk Kekasih (11)

276-2011. Syair Untuk Kekasih (11)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kekasihku.
Sepuluh pertama ini telah hamba lalui dengan kehampaan.
Malam-malam penuh berkah itu tak  lebih hanya  kebiasaan.
Kulalui ratib-ratib tarawih tanpa disertai khusuknya perasaan.
Dan diriku lelap dalam indahnya dunia yang penuh kepalsuan.

Kini, paruh waktu sepuluh kedua telah  datang menghampiri.
Sedang daku tetap asyik  dengan aneka kesibukan  duniawi.
Bekerja keras siang dan malam  untuk mengais secuil rezeki.
Dan tanpa menyadari semakin dekat pada datangnya mati.

II
Kekasih.
Dalam iman yang masih berselimut dusta dan kepura-puraan.
Pada-Mu jua  hamba cucurkan air mata  harapkan ampunan.
Agar dalam hidup ini Engkau  beri manisnya  cucuran iman.
Dan bila lengah di jalan-Mu Engkau beri hamba tuntunan.

Saat ini sepuluh kedua Engkau curahkan ampunan-Mu.
Bermohon  hamba agar diberi  ampunan  dari  sisi-Mu.
Walau masih amat lemah iman  dalam diri hamba-Mu.
Tapi ia akan kuat dengan curahan kasih sayang-Mu.

III
Kekasih,
Diri ini telah banyak berlumur dosa dan kemaksiatan.
Pada-Mu jua tangan  yang nista ini  hamba tadahkan.
Rahmat dan tuntunan dari-Mu  selalu hamba pintakan.
Karena Engkau yang Maha memberi segenap ampunan.

Ampuni hamba yang kadang masih takut pada makhluk-Mu.
Yang lupa bila hidup dan mati setiap makhluk kuasa mutlak-Mu.
Yag kadang bersandar pada mereka yang juga bersandar pada-Mu.
Yang gentar berhadapan dengan mereka yang gentar dihadapan-Mu.

IV
Kekasih, sungguh  segala  yang dititipkan  saat ini akan  berakhir fana.
Lenyap pula segala tipuan  keindahan duniawi yang penuh pesona.
Kami lengah walaupun tahu pasti kelak diri ini akan pergi kemana.
Dengan hanya  pilihan  kebahagiaan  abadi atau  hidup merana.

Kekasih, ampuni hamba yang masih berbolak-balik dalam iman.
Beril hamba kekuatan untuk hidup dijalan-Mu dengan nyaman.
Berilah dalam hidup sahabat yang selalu mengajak ke jalan iman.
Dan rahmati  kehidupan di akherat kelak dengan surga bertaman.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 03 Agustus 2011

275-2011. Kepada Bintang di Cakrawala Daku Bertanya (2)

275-2011. Kepada Bintang di Cakrawala Daku Bertanya (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Milyaran tahun engkau jadi saksi hebatnya perjalanan sejarah sang waktu.
Ada golongan umat dicipta dan ada pula yang  dimusnahkan jadi debu.
Ada yang menentang dan ada pula yang  taat pada Ilahi Yang Satu.
Sungguh  pelajaran untuk  mereka  yang belajar  pada masa lalu.

Engkau jadi saksi jerit  mereka yang diazab  karena durhaka.
Engkau pun  tahu ruh-ruh  yang dimuliakan dengan surga.
Engkau  telah melihat  banyaknya  tangis dan airmata.
Sungguh semua  pelajaran untuk  manusia di dunia.

II
Kepada  bintang di cakrawala daku bertanya.
Para pendurhaka dibawa malaikat kemana.
Apakah  mereka  bahagia  di alam sana.
Ataukah jerit tangis penyelesalannya.

Dimana mereka dalam keabadiannya?
Apa yang  di dapatkan dari  durhakanya.
Apa  yang  mereka  peroleh  dari  hartanya.
Dan balasan apa yang didapat dari jabatannya.

III
Sejak dahulu banyak manusia yang percaya padamu.
Bahwa  nasibnya ditentukan  oleh  perputaran posisimu.
Mereka tak sadar bahwa  penciptaannya  sama denganmu.
Makhluk yang tak  abadi yang diciptakan sama oleh Khalikmu.

Kepadamu  bintang  nan jauh  di ujung  jagat  raya  daku bertanya.
Apakah satu diantaramu Ia tempatkan surga untuk para hamba-Nya.
Apakah juga  di salah satu letakmu  ia membuat pedihnya neraka-Nya.
Sungguh kami tidak tahu  dimana ia ciptakan  dan tempatkan  keduanya.

IV
Padamu  bintang yang telah lebih dahulu diciptakan selama milyaran tahun.
Engkau yang begitu indah akan dihancurkan kelak dihari saat berhimpun.
Menjadi saksi atas  segala perbuatan manusia dan jin sepanjang kurun.
Yang telah  dingatkan untuk taati  segala perintah  syarat  dan rukun.

Kepada  bintang di cakrawala daku  titipkan hasil tafakkur  jiwa.
Semoga dengan vmemandangmu vmakin sadar umat manusia.
Agar terhadap umur yang  diberikan  Allah tidaklah sia-sia.
Dan selalu  menjadikannya  kesempatan tuk beribadah.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

274- 2011. Kami berpuasa Karena-Mu

274- 2011. Kami berpuasa Karena-Mu

              Oleh
              Hamdi Akhsan


I
Milyaran wajah sayu ikhlas  menahan lapar dan haus di hari ini.
Lezatnya makanan dan manisnya minuman mereka tak peduli.
Berbekal iman  dan keyakinan akan  balasan berlipat disisi Ilahi.
Sungguh  itulah wujud dari panggilan iman yang tiada terperi.

Sebuah seruan kolektif bagi mereka yang didadanya ada iman.
Yang mampu  membentuk  jiwa yang jujur dalam kesendirian.
Yang sadar  menahan diri dari  aneka larangan  dalam sebulan.
Dan meyakini  bahwa ia  sedang  bergulat  dalam perjuangan.

II
Mata pun berkaca-kaca atas ketakberdayaan insani yang lemah.
Melatih jiwa kendalikan nafsu tunduk pada kehendak Ilahiah.
Meyakini bahwa  pahala berlipat telah  disiapkan disisi-Nya.
Dalam  keyakinan  yang kuat  indahnya  balasan Surga.

Betapa  butuh kekuatan  tuk bangun jelang fajar.
Melatih perut  ikhlas menahan  harus dan apar.
Menahan nafsu amarah  walaupun itu sukar.
Maka  balasan  baik  sesuatu  yang wajar.

III
Segala usia  tunduk pada-Nya  berpuasa.
Berlomba  sesedikit mungkin berbuat  dosa.
Lakukan  banyak  kebajikan yang  mereka bisa.
Sebagai bekal akherat kelak setelah dirinya binasa.

Sungguh haru kala segala golongan rasakan kesamaan.
Menahan lapar dahaga  saat bersama dan kala ia sendirian.
Walau tiada  yang melihat  tetap ia pelihara prinsip kejujuran.
Itulah sesungguhnya  wujud ikhlas dalam  mencari ridho Tuhan.

IV
Dalam  indahnya bulan  Ramadhan  begitu banyak  terjadi keajaiban.
Meraka yang kikir dengan harta berubah menjdi seorang dermawan.
Yang semula merasa kuat jadi malu dilihat orang kala siang ia makan.
Dan wajah yang  begitu garang  saat ini redup  menahan kehausan.

Ramadhan tiba, berdegup dada hamba-hamba yang merindukannya.
Bak seorang anak menunggu  kedatangan ayah dari perantauannya.
Bak seorang kekasih yang menunggu setahun untuk kembali jumpa.
Sungguh itulah  wujud nyata cinta seorang hamba  pada Khalik-Nya.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan