Jumat, 29 Juni 2012

019-2012. Senandung Taubat (2)

019-2012. Senandung Taubat (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kekasih, masihkah bermakna air mata yang mengalir dalam ketakutan ini?
Masihkah bermakna disisi-Mu tangan  gemetar memohon pertaubatan diri?
Masihkah ada tempat disisi-Mu untuk hamba yang berbuat dosa setiap hari?
Masihkah akan Engkau bukakan pintu rahmat kelak di kehidupan yang abadi?

Sedang tanda-tanda yang Engkau tunjukkan masih membutakan mata insani.
Onggokan mayat membusuk  bertebaran tiada menggetarkan kerasnya hati.
Begitu asyik  dengan buaian  syahwat yang membuat  syaitan  menari-nari.
Sedang waktu cepat berlalu berpacu menuju sempitnya kubur yang sunyi.

II
Mata ini, tangan ini, telinga ini, hati ini! semua kelak akan berbicara.
Menjadi penolong atau pemberat hamba dihadapan mahkamah-Nya.
Karena tiada satu pun rekaman peristiwa yang terhapus dari sisi-Nya.
Yang akan memutuskan nasib dalam kehidupan abadi setelah di dunia.

Kekasih, hamba takut! tapi perbuatan dosa masih senantiasa  terulang.
Padahal petikan dawai kematian dipelupuk mata  seakan telah datang.
Ganasnya cambukan malaikat kubur seakan telah meretakkan tulang.
Dan bengisnya sang  penjaga neraka seakan telah menatap garang.

III
Sedang hamba, masih begitu asyik di panggung duniawi yang semu.
Sibuk  mengejar angin dan cahaya  mentari esok  yang  pasti  berlalu.
Dari hari ke hari kehidupan semakin redup dengan siraman cahaya-Mu.
Menuju sebuah kepastian  sumpah yang telah diikrar pada masa dahulu.

Kekasih, masih adakah maaf untuk para  hamba yang membangkang ini.
Masihkan tersedia  kasih sayang dan  kesempatan  untuk kami kembali.
Tolonglah kami untuk mempertajam telinga agar tidak bebal dan tuli.
Dan beri kami kesempatan untuk  bersihkan kerasnya kotoran hati.

IV
Kekasih, janji-Mu terhadap kehidupan abadi adalah pasti.
Bahagianya surga dan perihnya neraka-Mu adalah pasti.
Keadilan mahkamah-Mu untuk setiap hamba juga pasti.
Siksa kubur dan pertanyaan malaikat-Mu pun itu pasti.

Ampuni Kami Ya Robbi.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Selasa, 26 Juni 2012

018-2012. Insan Yang Fakir.

018-2012. Insan Yang Fakir.

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Syair ditulis insan yang faqir,
yang sering lalai dalam berzikir,
terhadap dunia selalu berfikir,
padahal hidup akan berakhir.

Hidup bagaikan air mengalir,
dari hulu hingga ke hilir,
rasakan senang dan pahit getir,
bagaikan roda terus bergulir.

Datang ke dunia di saat lahir,
sebagai makhluk berjasad zahir,
baik dan buruk akan diukir,
kelak ditanya di yaumil akhir.

II
Wahai insan, semua kelak berakhir fana,
berbuat baik mari karena,
jauhi segala sifat durjana,
supaya kelak tidak merana.

Dicatat malaikat dengan pena,
di padang mahsyar kelak terpana,
bagi pendosa akan terhina,
jagalah amal jangan terlena.

Jadikan hidup musafir kana,
sebelum kembali ke alam sana,
ingatkan diri akan kemana,
dalam tuntunan Allah Robbana.

III
Kepada diri hamba berpesan,
jadikan dunia "tuk perhiasan,
pada akherat janganlah bosan,
supaya bahagia diri sang insan.

Ibadah amal jalani serasan,
berbuat baik jangan ditahan,
sakiti sesama mari jauhkan,
bantu manusia dibiasakan.

Janganlah iri yang dimunculkan,
rezeki manusia tak disamakan,
rasa yang syukur terus tumbuhkan,
rasa tak puas mari pinggirkan.

IV
Sebagai insan haruslah ingat,
pada pencipta haruslah taat,
berupaya diri jauhi maksiat,
supaya kelak dapat selamat.

Mari belajar pada pelaknat,
disaat nyawa sudah tercekat,
tubuh mengejang menggeliat-geliat,
disaat usia menjelang tamat.

Jauhkan hamba siksa yang berat,
jauhkan hamba dari melarat,
jangan jadikan hati berkarat,
lindungi dari buruknya kodrat.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 20 Juni 2012

017-2011. Syair-Syair Malam (3)

017-2011. Syair-Syair Malam (3)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Seorang anak kecil merengek di tengah malam dalam pelukan ibunya.
Ia mengigau curahkan  kepedihan yang terpendam  dihati kecilnya.
Rindukan sosok ayah tempat bermanja seperti teman-temannya.
Impikan harapan sederhana tentang utuhnya sebuah keluarga.

Tapi adalah taqdir dalam rapatnya keghaiban belum ia fahami.
Tanpa kasih seorang ayah ia akan songsong masa depan mandiri.
Dengan  kekuatan jiwa ia yang terlatih ia akan perkasa bak rajawali.
Tegakkan jati diri mencari  kemuliaan hidup di atas  bumi ciptaan Ilahi.

II
Adalah manusia, dilahirkan dalam kerangka metamorfosis kehidupan.
Sebahagian kecil bergelimang kemewahan bak seorang pangeran.
Hidupnya bak  burung pipit yang dibawakan induknya  makanan.
Tiada tetes airmata menahan perihnya perut karena kelaparan.

Namun sebahagian besar harus bergulat dengan ketiadaan.
Lapar, haus, dan  pengusiran  akrab  dengan  keseharian.
Tiada  tempat  curahkan  pinta  kecuali  kepada Tuhan.
Karena terhadap penguasa telah hilang  kepercayaan.

III
Terlihat  mata yang sinis  terhadap  kaum duafa.
Seakan terhadap nikmat Ilahi merekapun lupa.
Sehingga  kekayaan yang diberi jadi berhala.
Yang dengan semua itu pasti kan bahagia.

Padahal harta bak musim yang berganti.
Setiap saat bisa hilang  yang telah dimiliki.
Sebagai titipan dari-Nya Sang Pemilik Abadi.
Yang akan  diberikan pada yang dikehendaki.

IV
Hamba-Nya yang fana bukanlah pemilik keabadian.
Semua kesenangan terputus kala datang kematian.
Yang dibawa ke kuburnya hanya  tiga lapis kain kafan.
Yang itupun dalam  waktu tak lama hancur berceceran.

Dunia!begitu indah bagi para pencinta kesenangan mata.
Harta!menjadi  ukuran seseorang agar dipandang mulia.
Kekuasaan!akan membuat pemegangnya dipuja-puja.
Tinggallah yang  abadi  mengejar yang  sementara.

V
Rajawali yang  perkasa kelak akan  tumbang.
Harimau yang gagah hanya tinggal belang.
Manusia  mulia dan hina akan  dikenang.
Setelah tiada bak gugurnya kembang.

Mengapa mengejar yang akan sirna?
Sekuat  tenaga  cari yang akan  fana?
Lalai dengan kehidupan di akherat sana.
Yang  abadi dalam  bahagia atau merana.

Dengan kasih-Mu, ampuni kami Ya Robbana!


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Kamis, 14 Juni 2012

018-2012. Untuk Saudaraku di Rohingya

018-2012. Untuk Saudaraku di Rohingya

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Saudaraku, hari ini kembali terdengar kebiadaban yang hampir tak bisa dipercaya.
Ribuan muslimin telah dihina, dibantai dan diusir dari rumahnya di Rohingya.
Jerit tangis dan ratapan kaum ibu serta kumandang takbir menggema.
Hadapi kezaliman penguasa bersenjata yang amat semena-mena.

Ribuan mereka terkatung dalam perahu menahan haus dan lapar.
Diberbagai tempat bergeletakan mayat saudara muslim yang terkapar.
sedang di negeri kami, duaratus juta saudaramu asyik dengan pesta akbar.
Tanpa peduli kepadamu yang hidup terhina dalam ketakutan,tangis dan lapar.


II
Inikah persaudaraan sejati, segolongan asyik menonton bola dan lainnya mati?
Inikah iman, kala dengan kekejian terhadap  saudara tak tersentuh hati.
Atau memang penghinaan yang sama harus terlebih dulu dialami.
Barulah  merasuk rasa persaudaan iman di dalam  sanubari.

Wahai anak cucu singa gurun pasir arabia!engkau dimana?
Dimana kini para pengembara surga yang dulu begitu perkasa?
Yang rindukan kebahagiaan Ilahi dalam indahnya Jannatul Ma'wa.
Dan hanya memilih jalan kemenangan atau kesyahidan di medan lagi.

III
Manalah para Rajawali yang bila mengaum akan menggetarnya musuh.
Atau kini mereka telah terbiasa dengan kehidupan burung puyuh.
Yang tak lagi berani gertakkan gigi berjuang memeras peluh.
Serta terhadap penghinaan harga diri tak lagi tersentuh.

Rohingya?sebuah bukti baru mengapa banyak bencana.
Karena umat selamat telah memilih jalan yang begitu terhina.
Menyerahka kehormatan muslimah dan anak-anak tanpa pembela.
Untuk dijadikan bahan tertawaan musuh tanpa keberanian sedikit saja.

IV
Mengapa,kehilangan kepercayaan diri seperti kehancuran Bagdad dahulu.
Bak Khawazin yang gemetar hadapi  kecongkakan  pasukan Hulagu.
Biarkan pembantaian dan bersekutu dengan musuh tanpa malu.
Sungguh, tiada rahmat dan  pertolongan Ilahi  apabila begitu.

Saudaraku di Rohingya, berjuanglah dengan iman kuat di dada.
Walau di negeri Ratusan juta saudaramu tak peduli engkau dianiaya.
Yakinlah dengan iman dan kesabaran kekuatanmu akan berlipat ganda.
Dan kehormatan kalian akan diperoleh dengan kebanggaan para syuhada.


al Faqiir


Hamdi Akhsan

017-2012. Syair Nasehat Anak (5)

017-2012. Syair Nasehat Anak (5)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Syairku ini sebagai nasehat,
pada anakku penuh semangat,
jasadmu kokoh dan masih sehat,
tulang ototmu kencang dan kuat.

Engkau adalah harapan umat,
pelopor kelak agar selamat,
ingatlah selalu sebelum terlambat,
di saat tua telah mendekat.

Jadikan ini sebagai alat,
tempuh jalanmu yang cukup berat,
agar karyamu besar dan hebat,
sepanjang masa orang kan ingat.

II
Wahai anak,
Masa mudamu bagaikan kumbang,
harum mewangi seperti kembang,
elok wajahmu sedap dipandang,
takjubkan hati semua orang.

Tapi semua ada kadarnya,
menjadi layu lewat masanya,
kumbangpun mati tinggal jasadnya,
bunga pun layu tinggal putiknya.

Karena itu janganlah lupa,
bekerja sungguh sekuat tenaga,
modalkan selalu semangat baja,
agar dirimu bisa dibangga.

III
Di masa muda ingatan tajam,
hasil belajar kuat menghujam,
memancar bagai mutu manikam,
tumbuh dan subur bila disiram.

Tapi bila dirimu lalai,
masa mudamu jalani santai,
gerakmu lamban lemah gemulai,
tugas mudamu tidak selesai.

Pastilah kelak engkau menyesal,
mengapa tidak diasah akal,
ditambah dengan sifat yang nakal,
sulit jalanmu pastilah bakal.

IV
Belumlah lagi waktu terbuang,
karena suka bersenang-senang,
lakukan salah serta dilarang,
engkaulah pastilah dibenci orang.

Nasehat baik jangan ditentang,
yang diberikan karena sayang,
resapkan dalam sampai ke tulang,
niscaya sukses akan membayang.

Aturlah nafsu supaya tenang,
jangan dilanggar apa dipantang,
tegakkan selalu wajib sembahyang,
agar terhindar nasib yang malang.

V
Hematlah hidup dan hati-hati,
apa yang ada silah syukuri,
kalau tak ada jangan memaki,
bersikap kasar apalah lagi.

Terhadap saudara haruslah rukun,
keluarga jauh mesti dihimpun,
pada yang tua berlaku santun,
kata yang baik harus disusun.

Syairku sampai disini dulu,
yang baik-baik silah ditiru,
yang salah anggap angin berlalu,
semoga berguna untuk jalanmu.


Al Faqiir


Hamdi akhsan

Rabu, 13 Juni 2012

016-2012. Surat Seorang Anak TKW pada Ibunya

016-2012. Surat Seorang Anak TKW pada Ibunya

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Ibu!Sayup-sayup  teringat olehku kata-kata itu pernah  terucap belasan tahun yang silam.
Kata-kata yang kurengekkan dengan dengan manja dalam pelukanmu ditengah malam.
Tanganmu yang lembut merengkuh membuatku tidur begitu nyenyak dan nyaman.
Itulah  keindahan  yang terekam  kabur  dalam benakku yang  timbul  tenggelam.

Ibu, di hari itu terakhir engkau memelukku begitu erat dan dadamu tersedan.
Engkau tahan airmata mengalir deras membuat sampai terguncang badan.
setelah itu tidak lagi  kurasakan pelukan  hangatmu yang diiringi belaian.
Hanya ada kidung doa nenek menimangku sampai terlelap kecapaian.

II
Hari  berganti  minggu, bertahun sudah berlalu tanpa  terasa.
Terasa aneh diri saat mulai  bermain dengan teman seusia.
Mengapa ayah dan ibunya masih begitu kuat dan muda.
Sedang nenek yang  kupanggil ibu sudah begitu tua.

Sering, nenek berikan telepon genggam ditelingaku.
Aku tidak  mengerti  mengapa ada suara isak  tersedu.
Barulah berbilang tahun aku mengerti bahwa itu suara ibu.
Yang pergi sangat jauh mencari nafkah untuk masa depanku.

III
Sebenarnya anakmu tidak tahu mengapa ibu harus pergi begitu jauh.
Di kanan kiri rumah  anak dan orangtua berkumpul dalam keluarga utuh.
Walau hidup mereka  sederhana dan harus  bekerja keras memeras peluh.
Tapi di malam hari terdengar canda yang diiringi gelak tawa yang begitu riuh.

Sedang aku! sering  merasa ada yang hilang & kosong dari jiwa yang terdalam.
Termenung sendiri hadapi setumpuk mainan yang tiap tahun engkau kirimkan.
Aku ingin  dininibobokkan dan bermain  dengan ibunya  seperti teman-teman.
Tertidur pulas dalam pelukan dan tatatan hangat matamu yang menyejukkan.

IV
Ibu, entah apa yang terjadi  dengan masa kecilku yang  sering  menyendiri.
Menahan  airmata dan menghayalkan bertemu denganmu dalam mimpi.
Rindukan ibundaku yang telah bertahun-tahun bekerja diluar negeri.
Yang kata  nenek padaku  sebentar dan  sebentar lagi  kembali.

Ibu, pulanglah. Cukup  tempe dan tahu asal kita bersama.
Biarlah kita bersama  tinggal di rumah yang sederhana.
Asalkan kita saling berbagi dalam duka dan bahagia.
Ibu kembalilah, Tuhan akan mencukupkan kita.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Selasa, 12 Juni 2012

015-2012. Syair SNM-PTN

015-2012. Syair SNM-PTN

                   Oleh
                   Hamdi Akhsan


I
Pagi ini, enam ratus ribu kaum muda serentak gantungkan harapan.
Untuk menembus perguruan tinggi negeri demi masa depan.
Wajah-wajah optimis  pancarkan  teguhnya  kepercayaan.
Seleksi  yang  mereka  lalui  tidak  bercampur  kepalsuan.

Apapun hasilnya!sebuah gerbang penting kehidupannya.
Saat hampir seluruh sistem  dimanipulasi dengan serakah.
Masih ada segelintir manusia yang berfikir untuk bangsanya.
Walaupun ia tenggelam bagaikan batu yang dilempar ke samudera.

II
Betapa, ujian nasional  telah jadi sebuah  dagelan yang amat mahal.
Karena  kehilangan  relevansi  untuk  mengukur capaian akal.
Segala cara  dipakai tanpa  rasa bersalah atau menyesal.
Sungguh telah mati ketakutan pada Yang Maha Kekal.

Betapa, kemunduran bangsa ini akan terus terjadi.
Manakala yang dipakai menjadi ukuran adalah materi.
Jadi cemoohan yang nyatakan kebenaran  dengan berani.
Dan para pendusta yang pandai memutar lidah begitu dihargai.

III
SNMPTN, adalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Sebuah proses membentuk calon pemimpin masa depan nanti.
Walau segala upaya meruntuhkannya datang dari kanan kiri.
Tapi tetap tegar dan kuat dipertahankan para akademisi.

Terima kasih padamu wahai para dosen yang bertahan.
Walaupun dikritik dengan berbagai kalimat sebagai alasan.
Doktor dan Guru Besarpun bangga dan bersedia menjaga ujian.
Pemandangan aneh para politisi dan birokrat yang bermental tuan.

IV
Percayalah, wahai putra masa depan yang gagah berani bertarung.
Sebuah proses yang adil dan sehat kini sedang berlangsung.
Banyak diantaramu kelak akan bangga dan beruntung.
Walau yang belum berhasil banyak kalau dihitung.

Dengan kerja keras dan doa majulah ke depan.
Gapailah cita-citamu dengan segenap harapan.
Dengan upaya dan doa, niscaya akan dikasihi Tuhan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Senin, 11 Juni 2012

014-2012. Syair Tentang Fesbuker (3)

014-2012. Syair Tentang Fesbuker (3)
                  
                   Oleh
                   Hamdi Akhsan


I
Syair fesbuker terus berlanjut,
Pembaca jangan jadi terkejut,
Atau lantas malah  menuntut,
Membuat saya menjadi takut.

Semua Cuma untuk guyonan,
Jangan dibuat jadi sungguhan,
Apatah lagi dipermasalahkan,
Membuat retak pertemanan.

Janganlah pula jadi merajuk,
Atau umpat ungkapan busuk,
Menyebut kaki empat si makhluk,
Hingga hubungan menjadi buruk.

II
H aha, semakin lama semakin jadi,
Bikin status baru siang dan pagi,
Komen ditunggu jempol dinanti,
Sampai  hangus di kompor nasi.

Belumlah lagi bunyi statusnya,
Segala urusan pun ditulisnya,
Sampai urusan anjing kucingnya,
Begitu pula cabe garamnya.

Kadang ditulis ungkapan kesal,
Atau ungkapan yang agak nakal,
Tak tahu ia ternyata dangkal,
Yang baca!terpingkal-pingkal.

III
Belumlah lagi foto-fotonya,
Menjulur-julur itu lidahnya,
Melotot pula biji matanya,
Hawhaw, itu baguuss katanya.

Tak tahu ia tanggapan orang,
Mencibir teman saat memandang,
Rapi saja pun jelek terkadang,
Apatah lagi foto sembarang.

Wadoww, ada pula foto terbalik,
Sakit leher saat menilik,
Tega banget tuh si pemilik,
Membuat mata teman mendelik.

IV
Ada status selalu agamis,
Fotonya rapi rambut kelimis,
Di atur-atur ia punya kumis,
Berharap dapat itu si manis.

Haha, kasian juga waktu tepergok,
Saat melihat video seronok,
Rencana semula menjaga sosok,
Ternyata terbaca orang besok.

Sibuklah dia memberitahu,
Fesbuknya di hack oleh seteru,
Atau seperti munculnya hantu.
Ya iya,biasalah bela diri begitu.

V
Ada yang pasang foto yang palsu,
Beragam tujuan sudahlah tentu,
Ada yang dipakai untuk menipu,
Ada yang ingin suasana baru.

Kadang fotonya begitu cantik,
Licin seperti keramik antik,
Waktu bertemu jadi mendelik,
Rupanya...penuh jerawat dan bintik-bintik.

Ada pula foto yang seksi,
Cantik rupawan seperti peri,
Ternyata lain ia punya visi,
Memang dipakai untuk transaksi.

VI
Wadoww, belum lagi yang jualan,
Penuhlah gambar si punya laman,
Segala diskon jadi andalan,
Tapi awas!ada yang nggak beneran.

Tatkala barang sudah dibayar,
 Dikira murah barang yang mahal,
Ternyata penjual jenis yang nakal,
Ditunggu seabad tak datang bakal.

Haha, kacian deh lu,
Mau cerita membuat malu,
Tak enak kalau orang tahu,
Dirinya sudah kena ditipu.

VII
Ada yang pakai cari pasangan,
 Status dibuat bak kesepian,
Cari simpati di pertemanan,
Agar tercapai itu tujuan.
Ada mereka yang beruntung,
Merasa cocok bertemu langsung,
Janji dibuat akad di usung,
Sampai tua jodoh bersambung.

Tapi cilaka yang kena tipu,
Pemain lama seperti baru,
Jomblo tentunya ia mengaku,
Ternyata...haha ternyata memang tak laku.

VIII
Ada yang selalu bikin komentar,
Penuh semangat maju tak gentar,
Dibaca teliti pening berputar,
nggak jelas maunya kalimat digelar.

Status dibuat asal-asalan,
Dikira tak lekat dalam ingatan,
Tak tahu kelak jadi sesalan,
Rencana iseng  jadi beneran.

Ada pula yang marah-marah,
Tak jelas maunya kayak penjarah,
Muka yang baca menjadi merah,
Wadoww, yang gini memang parah.

IX
Melihat teman kadang prihatin,
Terkuras ia lahir dan batin,
Main pokernya dari kemarin,
kesehatannya gak difikirin.

Kasihan sungguh lihat dirinya,
Merasa kaya ia tentunya,
Karena bermilyar jumlah chipnya,
Ternyata semu itu maknanya.

Begitu pula game yang banyak,
Jangan terlena awasi anak,
Nanti menyesal nafaspun sesak,
Nilai ujian hancurnya telak.

X
Wahai teman wahai sahabat,
Tunjukkan yang baik untuk dilihat,
Jangan membuat tipu muslihat,
Pasti berbalas laku yang jahat.

Jadikan fesbuk ‘tuk persahabatan,
Bertambah relasi ‘tuk kebaikan,
Silaturahmi kita tingkatkan,
Yang jauh mari kita dekatkan.

Kalau yang baik kita kembangkan,
Pasti manfaat ‘kan didapatkan,
Terjauh dari kemaksiatan,
dapat pahala disisi Tuhan.


Al  Faqiir


Hamdi Akhsan 

Minggu, 10 Juni 2012

013-2012. Syair Sepakbola (2)

013-2012. Syair Sepakbola (2)

                     Oleh
                     Hamdi Akhsan


I
Inilah  syair  tentang  bola,
yang bikin orang tergila-gila,
bahkan sering menjadi bala,
hampir mati  orang pun rela.

Menjadi sihir dalam kepala,
tatkala bola terobos jala,
bersorak senang para pembela,
sampai teriak depan jendela.

Para supporter begitu megah,
pemain berjuang begitu gagah,
sepanjang waktu tak pernah lelah,
supaya jangan menjadi kalah.

II
Weleh..wele, ini ada apa gerangan,
menjadi sihir itu lapangan,
begadang rela 'tuk kesiangan,
kerja besoknya pun berantakan.

Belumlah lagi habis makanan,
teman begadang 'tuk kesenangan,
apatah lagi yang bertaruhan,
bisa terkuras itu simpanan.

Terkadang selisih sesama teman,
besoknya jadi tak berteguran,
tak lagi berangkat seperjalanan,
karena berbeda grup dukungan.

III
Hemm, ada pula yang aneh-aneh,
agama bola sungguh nyeleneh,
mendengar itu kita terkekeh.
di argentina bukanlah remeh.

Apa pula maksudnya ini,
jadi tersihir manusia bumi,
tak lagi jadi mainan seni,
tapi habiskan malam dan pagi.

Biaya keluar begitu mahal,
para pemain laku dijual,
yang bagus- bagus diincar bakal,
jadi dagangan yang komersial.

IV
Boleh saja senangi bola,
tapi tidaklah ada pahala,
tahajjud jangan tinggalkan pula,
usahakanlah di sela-sela.

Demi bola rela begadang,
badan sakit kadang tak sayang,
tetapi bila untuk sembahyang,
pasti menunggu iklan ditayang.

Haha, mungkin banyak yang tidak suka,
syair membuat egonya luka,
tapi terserah pada mereka,
moga tak lalai api neraka.

Setelah mati kelak ditanya,
waktu dipakai oleh hamba-Nya,
apakah untuk iman pada-Nya,
atau dilalai semasa hidupnya.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

012-2012. Syair Sakaratul Maut

012-2012. Syair Sakaratul Maut

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan


I
Dengan Bismillah diri bersyair,
berharap hati di dalam zikir,
dipelihara-Nya saat berfikir,
sampai kelak hidup berakhir.

Madahku ini tentang maut,
yang buat diri merasa takut,
hati yang sombong jadi mengkerut,
nafsu duniawi pun menjadi kalut.

Matinya hamba adalah pasti,
Sebagai janji alam azali,
hukum yang tetap dari Ilahi,
supaya ingat selalu diri.

II
Ingatlah sakaratul maut 'kan tiba,
menetes air deras si airmata,
tak sanggup lagi berkata-kata,
ingin meratap tapi tak bisa.

Tubuh bergetar menahan sakit,
tak sanggup lidah untuk menjerit
rasa ditarik daging dan kulit,
wahai sungguh berat dan juga sulit.

Belumlah lagi didepan mata,
siksa yang nampak berlipat ganda,
tak guna semua apa dibangga,
tergambar semua salah dan dosa.

II
Anak dan istri hanya bersedih,
Teman setia akan menyisih,
pengganti jabatan siap dipilih,
yang ada hanya sakit dan perih.

Otak tak lagi mampu berfikir,
segala diucap hanya mengalir,
mata pun hampa senyumpun getir,
itulah sesal di saat akhir.

Kepada diri hamba berpesan,
ingatlah selalu sebagai insan,
sakaratul maut selalu ingatkan,
agar tak rugi di penghabisan.

III
Adalah indah si hamba Allah,
pabila dapat husnul khotimah,
disaat akhir tidaklah kalah,
terhadap syaitan tidak menyerah.

Tatkala mati ia dijemput,
nyawa dibawa bukan dicabut,
ia bahagia bukannya takut,
manusia terpuji ia disebut.

Orang menangis karena sayang,
terasa berat ia menghilang,
amalan baiknya tiada terbilang,
sampai mati pun tetap terpandang.

IV
Berbeda mereka yang banyak dosa,
di saat mati berputus asa,
diancam dengan beratnya siksa,
sakit bak diiris pisau selaksa.

Kubur yang panas telah menanti,
dihimpit kubur hanya sendiri,
cacing dan ulat menari-nari,
dihantam malaikat sampai berdiri.

Begitu pula yang dtinggalkannya,
berebut harta ahli warisnya,
tak ada kiriman doa anaknya,
hanya sendiri tanggung siksanya.

V
Marilah kawan mari sahabat,
kita semua selalu bertaubat,
sebelum semua jadi terlambat,
tatkala mata putih terjulat.

sakaratul maut pastilah datang,
tak perlu pinta tak perlu undang,
siapkan diri menjelang pulang,
hadap Ilahi Maha Penyayang.

Madahku ini sampai disini,
moga manfaat lembutkan hati,
mendapat ridho Robbul Izzati,
menjadi pahala setelah mati.

Ampuni kami wahai Ilahi.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 08 Juni 2012

011-2012. Syair Nasehat Anak (4)

011-2012. Syair Nasehat Anak (4)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Dengan Bismillah daku bermadah,
padamu anakku titipan Allah,
sebagai bahagian dari amanah,
sebelum jasadku berkalang tanah.

Jadikan ini sebagai pegangan,
jalani hidupmu penuh godaan,
apabila baik buatlah pedoman,
jikalau tidak silah campakkan.

Madahku ini beragam tujuan,
tentang bekalmu 'tuk kehidupan,
yang kelak pasti temui kematian,
hadap Ilahi Pemilik Keabadian.

II
Duhai anak,
engkau terlahir bersih dan suci,
sebagai amanah Robbul Izzati,
kepada kami telah diamati,
beban yang berat sampai ke nanti.

Kelak ayah akan ditanya,
sejauh apa didik agama,
tuntun dirimu pada jalan-Nya,
arahkan dirimu jadi hamba-Nya.

Pabila amanah kami tunaikan,
balasan baik 'kan didapatkan,
pabila agamamu kami lalaikan,
siksa yang berat 'kan dihadapkan.

III
Wahai anak,
Amanah pertama tentang ibadah,
sudahkan kami jadi pengarah,
sehingga tetap hidupmu arah,
menjadi hamba yang cinta Allah.

Pabila ibadah engkau lakukan,
hidupmu pasti kan diarahkan,
baik dan senang engkau dapatkan,
diberi bahagia sebagai balasan.

Bila ibadah engkau lalaikan,
hidupmu temui banyak kesulitan,
jalan rezekimu 'kan disempitkan,
nafsu jahatmu 'kan dikedepankan.

IV
Duhai anak,
lihatlah mereka yang terdahulu,
hartanya terserak bagaikan batu,
tetapi yang terjadi setelah itu,
anak turunan saling seteru.

Begitu pula yang berkuasa,
hanyut seperti air berbusa,
dikalhkan oleh jalannya masa,
tinggal kenangan sebagai sisa.

'Pabila ilmu kau utamakan,
di masyarakat dimuliakan,
orantua pun dapat bagian,
doa dan ampun sebagai kiriman.

V
Jadikan ibadah kesenanganmu,
ucapan yang baik lekat padamu,
wajah yang ramah pembawaanmu,
menuntut ilmu kebiasaanmu.

Pabila semua engkau jalankan,
niscaya engkau kan dikenangkan,
selama hidup kan diperlukan
setelah mati kan ditangiskan,

Nasehat ayah sampai disini,
masukkan semua ke dalam hati,
sebagai warisan di hari nanti,
kala jasadku terbaring mati.

Duhai anak, jadilah hamba Robbul Izzati


Al Faqir


Hamdi Akhsan

Rabu, 06 Juni 2012

010-2012. Senandung Senja

010-2012. Senandung Senja

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Mentari terik telah memerah tenggelam di ufuk barat.
Sungguh kehidupan di bumi datang dan pergi begitu cepat.
Ada manusia yang berpacu mengejar kebahagiaan kelak diakherat.
Namun sebahagian besar baru  menyesali  hidupnya  setelah terlambat.

Dunia, sungguh dipenuhi fatamorgana yang memabukkan penghuninya.
Tanpa sadar usia kehidupan sang hamba berkurang begitu cepatnya.
Serasa baru kemarin masa kecil dan masa muda yang dijalaninya.
Kini telah begitu  ringkih dan bergetar sendi-sendi tulangnya.

II
Ufuk merah di barat isyaratkan pergantian sebuah generasi.
Datanglah generasi baru dan mereka yang terdahulu pun mati.
Demikianlah kehidupan makhluk dan pergantian yang harus dijalani.
Sebagai bahagian dari kehendak dan hukum dari Ilahi Yang Maha Suci .

Adalah  kehidupan duniawi  yang fana membuat  jiwa manusia  terlena.
Tak sadar  kelak hidup yang  sementara  berjalan  entah kemana.
Lupa kalau aktivitasnya dipertanggunjawabkan di alam sana.
Tinggallah kelak jadi insan yang bahagia atau merana.

III
Adalah kehidupan ini merupakan sebuah permisalan.
Bak sebutir biji yang tumbuh kemudian muncul dedaunan.
Tumbuh, berkembang, dan berbuah menghasilkan kesenangan.
Kemudian rebah menjadi pupuk bagi bumi sebagai sebuah kenangan.

Tak sebentar lagi mentari akan redup dan kegelapanpun akan datang.
Bak kegelapan kubur gelap tanpa cahaya saat maut menghadang.
Tiada teman dan sahabat atau penolong yang dapat diundang.
Hanya kebaikan selama hidup yang akan membuat senang.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

009-2012. Negeri Yang Aneh

009-2012.  Negeri Yang Aneh

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Syairku tentang negeri tercinta,
yang kini sedang dilanda murka,
dimana rakyat merasa terluka,
karena tulinya sang penguasa.

Kasihan mereka kaum duafa,
yang hidupnya penuh derita,
hari-harinya harus puasa,
menahan lapar serta dahaga.

Namun terbalik apa dilihat,
pejabat naik mobil mengkilat,
protes dianggap laku yang jahat,
bukan sebagai curah pendapat.

II
Sekarang  BBM sulit dicari,
di SPBU banyak yang antri,
jual eceran orang tak ngeri,
sungguh lucu ini negeri.

Berbuat jahat sudah biasa,
berterus terang berbuat dosa,
bahkan banyak yang mati rasa,
tak peduli orang binasa.

Sekarang zaman serba maksiat,
sudah tak beda baik dan jahat,
yang penting tampil keren mengkilat,
segala jalan pasti dibuat.

III
Ada orang yang teriak-teriak,
suarakan yang benar sampai serak,
tapi dituduh dah sinting otak,
pasti yang dengar sudahlah pekak.

Ada pula yang dulu miskin,
pada yang benar selalu yakin,
setelah berkuasa jadi nyebelin,
emangnya rakyat dia pikirin.

Rakyat biasa menjadi marah,
ekonominya semakin parah,
awas nanti jadi penjarah,
setelah barang tak lagi murah.

IV
Ho ho, hati-hati para pejabat,
balasan pasti akan didapat,
terutama mereka yang bejat,
akan mendapat balasan jahat.

Jangan sedih yang terzalimi,
susah dan senang akan berganti,
penguasa zalim kan diakhiri,
pastilah kelak kan diadili.

Doa si kecil pasti didengar,
karena kitab menjadi dasar,
mereka yang salah akan disasar,
mereka yang benar tetap kan tegar.

V
Sadarlah mereka yang sedang lupa,
karena makhluk pasti binasa,
akan diadili segala dosa.
abadi di neraka sepanjang masa.

Ingatlah di kubur kelak sendiri,
Ganjaran berat kan Tuhan beri,
dipukul dipalu menjerit ngeri,
sungguh berat siksa abadi.

Mari bertaubat sebelum mati,
agar diampun Ilahi Robbi,
menjadi hamba yang diberkati,
bahagia hidup bahagia mati.

Al Faqiir


Hamdi akhsan

Selasa, 05 Juni 2012

008-2012. Syair Tawakkal

008-2012. Syair Tawakkal

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Awali syair dengan Bismillah,
bermohon ridho kepada Allah,
memohon ampun bila tersalah,
dinaungi saat langit terbelah.

Syairku ini sebagai pengingat,
di zaman penuh dengan maksiat,
semoga diri sempat bertaubat,
sebelum diputus segala nikmat.

Hamba yang fakir akan bermadah,
tentang perkara disebut mudah,
namun diamal begitu susah,
karena dipakai disaat kalah.

II
Madahku ini tentang tawakkal,
yang sering tiada masuk diakal,
untuk dibuat sebagai bekal,
menghadap Allah yang Maha kekal.

Di dalam kitab telah disuruh,
Untuk bekerja memeras peluh,
selalu semangat tanpa mengeluh,
walau dapatnya hanya separuh.

Usaha itu bentuk syariat,
supaya tidak jadi melarat,
menjaga badan selalu sehat,
larang dan suruh selalu diingat.

Bila semua telah dikerja,
pada Ilahi serahkan saja,
jadilah hamba bernyali baja,
terjauh dari malas dan manja.

III
Didalam kitab Tuhan sebutkan,
taqdir manusia Dia tentukan,
manusia hanya mengusahakan,
sebagai bagian dari kewajiban.

Hidup haruslah banyak bersyukur,
supaya jauh sifat yang kufur,
pabila sukses tidak takabbur,
pabila gagal tidaklah hancur.

Terkadang upaya haruslah gagal,
jangan menjadi sedih dan kesal,
Bila berhasil jadikan bekal,
tingkatkan iman dan ilmu akal.

IV
Betapa banyak orang yang sesat,
tak takut rezeki campur maksiat,
bila berhasil merasa hebat,
pabila gagal mengumpat-umpat.

Apabila akal telah di tuhankan,
Segala jalan kan diupayakan,
cara yang salah ia benarkan,
maksiat pasti dia kerjakan.

Beruntung bila si hamba sadar,
disisi Allah semua qodar,
walau difikir sampai kelengar,
tak akan kalah sang Maha Pintar.

V
Sebab itu hamba sampaikan,
tawakkal Allah untuk pegangan,
jalani hidup yang disuruhkan,
jauhi larangan yang disebutkan.

Kalau semua telah dijalankan,
niscaya bahagia kan diberikan,
rasa syukur kan ditambahkan,
akherat kelak kan diselamatkan.

Madahkan ini akan berakhir,
waktu berlalu kian mengalir,
semoga jadi renung dan fikir,
sebelum fana jasad yang zahir.

Inderalaya 6 Juni 2012
Al Fafir

Hamdi Akhsan

007-2012. Syair Ulang Tahun (2)

007-2012. Syair Ulang Tahun (2)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan



I
Sahabat...
Pertama Bismillah daku ucapkan,
hanya pada-Nya diri sandarkan,
nasehat yang baik daku berikan,
atas kurang usia duabelas bulan.

waktu berlalu tidak terasa,
telah berkurang jatah usia,
tahunpun sudah berganti masa,
jasadpun makin dekat binasa.

Taqdir yang lalu silih berganti,
susah dan senang telah dilewati,
nikmat yang datang mari syukuri,
musibah didapat kita renungi.

II

Sahabat...
Renungan pertama fardhu ibadah,
ia berkurang atau bertambah,
kalau berkurang sungguh rugilah,
bila bertambah Alhamdulillah.

Ibadah itu adalah modal,
kala menghadap Sang Maha Kekal,
kala tak guna hebatnya akal,
kala diganjar segala nakal.

Kalau ibadah makin berkurang,
dilanggar terus apa dilarang,
itu pertanda lalainya orang,
terhadap Tuhan Maha Penyayang.

III
Renungan kedua terhadap harta,
apakah ia lalaikan kita,
membuat silau si biji mata,
membuat diri sampai berdusta.

Kalaulah harta membuat lalai,
menyesal kelak setelah terkulai,
airmata pun jatuh berurai,
setelah nyawa jasad bercerai.

Harta yang baik membahagiakan,
asal dapatnya diperhatikan,
zakat dan infak dikeluarkan,
fakir dan miskin kan dijatahkan.

IV
Renungan ketiga terhadap turunan,
apakah amanah telah ditunaikan,
ajaran yang baik telah ditanamkan,
ibadah dan amal telah dibimbingkan.

Dunia akherat sama pentingnya,
agar turunan tak jadi bebannya,
setelah mati kan membantunya,
disaat hidup membanggakannya.

Kalaulah turunan tidak dididik,
masihlah hidup sudah menghardik,
setelah mati semakin pelik,
dituntut diri sampai mengkirik.

V
Wahai...
Sungguh hidup bagaikan kilat,
usia yang lalu bagai sesaat,
sadarlah diri terhadap maksiat,
jauhkan dari laku yang jahat.

Mari gunakan sisa yang ada,
menambah iman di dalam dada,
tadahkan tangan kita kepada,
Ilahi rabbi sebelum tiada.

Pada sahabat daku ucapkan,
renungi segala yang Tuhan berikan,
bertaubat diri mari kerjakan,
sebelum jadad berbalut kafan.


Indralaya, 5 Juni 2012
Al Faqir


Hamdi Akhsan