Senin, 05 Maret 2012

005-2012. Kepada Penghuni Kubur Yang Menangis Daku Bertanya


005-2012. Kepada  Penghuni Kubur Yang Menangis Daku Bertanya
                
                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kutatap kubur sunyi yang berderet di tengah kesunyian malam.
Entah siapa mereka itu yang pernah hadir hiasi masa-masa silam.
Ada yang hidupnya bergelimang harta  berhiaskan mutu manikam.
Ada diantaranya penguasa yang tangannya begitu bengis dan kejam.

Kemana mereka semua kini berada?di kedalaman tanah tak bertuan.
Bahkan kadang hanya sendirian saja menjadi hiasan  taman-taman.
Decak kekaguman dan ketundukan para punggawa tinggal impian.
Dan anak turunannya saling berseteru memperebutkan warisan.

II
Kejayaan duniawi? hanya impian  kosong yang tak bermakna.
Setelah didapat, bak untai  mutiara yang kehilangan pesona.
Dalam kubur yang sunyi hanya menangis dan sesal merana.
Karena sadar  telah ditipu oleh mainan & kepalsuan dunia.

Daku bertanya padamu?kemana sorot matamu yang dulu begitu licik?
Dimana otakmu  yang dahulu begitu pintar menebar fitnah dan intrik?
Mana kefasihan lidahmu sehingga  kebenaran yang ada di bolak-balik?
Mana tumpukan uangmu yang dahulu selalu kau hitung dengan asyik?

III
Jadi apa kini airmata  mereka yang  dahulu engkau zalimi.
Mendapat balasan apa  janji-janji yang tidak engkau tepati.
Memperoleh ganjaran apa amanah-amanah yang dikhianati.
Dan memberimuv kebaikan apa mereka yang telah kau sakiti?

Kini dikubur sunyi,  tak kulihat beda  pengemis  dan penguasa.
Sama pula kubur para penyeru  kebenaran dan para pendosa.
Bila telah berbuat kebaikan, akan dikenang orangsegala jasa.
Namun  keburukan dan kejahatan  selamanya selalu dinista.

IV
Kepada diri sendiri, seorang hamba yang lemah berpesan.
Bahwa  segala yang indah  di mata hanyalah  sekedar hiasan.
Yang berguna setelah terbaring di kubur sunyi  hanya kebaikan.
Sebagai  bekal kelak di alam kekal yang  sungguh tiada kefanaan.

Berhati-hati dengan kekuasaan yang didalamnya penuh amanah.
Apalah lagi berbuat zalim kepada mereka  yang tidak bersalah.
Membuat yang lemah jadi  menangis berurai airmata darah.
Karena kelak mereka akan menuntut keadilan disisi Allah.

Wahai diri, Sadarlah.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Sabtu, 03 Maret 2012

004-2012. Tentang Dunia


004-2012. Tentang Dunia

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Pandanglah bunga-bunga yang bertebaran indah hiasi taman-taman manusia.
Pagi  datang, harum  bangkitkan  semangat  kumbang  ‘tuk  mengembara.
Menjadi  sumber inspirasi  bagi para pujangga  ‘tuk  lukisan ribuan kata.
Dan menghibur sejenak para  jiwa manusia yang sedang dilanda duka.

Petang tiba, panas sang surya membakar dan bunga pun layu terkulai.
Tiada lagi kekaguman atau tangan-tangan halus yang datang membelai.
Tiada lagi puji dan sanjung,sunyi kemudian jatuh ke bumi hancur terurai.
Dan segala gambaran  tentang keindahan dan  keharumannya pun selesai.

II
Itulah inti  rahasia kehidupan  dengan  segala jenis  manusia.
Ada yang melihatnya begitu manis bagaikan semut melihat gula.
Kurbankan persaudaraan dan kebaikan hati demi jabatan dan harta.
Dan jiwa yang bersih pun tega untuk dikotori karena prasangka semata.

Ada yang hadir di bumi sebagai pengembara yang dalam persinggahan.
Mereka  takut saat kembali  kelak terlalu banyak membawa beban.
Takut terjebak dalam beratnya godaan dan perangkap syaitan.
Dan jadikan dirinya selalu berusaha hidup dalam tuntunan.

III
Ada pula mereka yang lihat dunia bagai bangkai yang lezat.
Seperti terasi yang berbau busuk namun di lidah begitu nikmat.
Menyadari, didalam  harta dan jabatan  tersembunyi hal-hal jahat.
Sehingga selalu menjaga diri demi kesenangan abadi kelak di akherat.

Kesenangan,  kesedihan, kaya  dan  miskin hanyalah  permainan rasa.
Pesona penciptaan hanyalah tipuan indah dalam pandangan mata.
Sebentar. Bak bunga yang  mekar  sejenak  dan  layu tanpa daya.
Sebagai  wujud permainan rasa ‘tuk hilangkan kepenatan jiwa.

IV
Pagi datang, mentari cerah, semangat lahir dalam kekuatan.
Siang hadir, mentari terik, aktivitas diri datangkan kepenatan.
Petang pun menghadang, bersiap diri kembali dalam keletihan.
Demikianlah  dalam kefanaan  semesta terjadi  siklus kehidupan.

Tiada keabadian dalam kefanaan, tiada malam bercampur siang.
Waktu berlalu, siapapun di dunia harus pergi seperti ia datang.
Tiap makhluk hidup akan terpisah kembali daging dan tulang.
Kembali  ke asalnya  bagai musafir  yang pasti  akan pulang.

Ke tempat jauh, lampaui cakrawala dan bintang-bintang.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan