Senin, 16 Mei 2011

128-2011. Dialog Ayah dan Anak yang tak lulus UN

128-2011. Dialog Ayah dan Anak yang tak lulus UN
                 (Refleksi Pengumuman Hasil UN SM)

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Ayah, tamatlah sudah kini riwayatku.
Tak cukup memenuhi nilai ujianku.
Hancurlah sudah masa depanku.
Kemana kuhadap kini wajahku.

Semua orang tahu nasibku.
Betapa  malu kini  hidupku.
Semua orang sinis padaku.
Kini hancur masa depanku.

II
Semuanya ini amanah ayah.
Suruh diriku bersusah payah.
Hidup  jujur  sepenuh bangga.
Walaupun  letih  jiwa dan raga.

Kuceritakan semua kepada teman.
Petuah dan pesan yang  ayah berikan.
Meniti  jalan yang benar dan dimuliakan.
Walau semuanya  jadi bahan  tertawaan.

III
Anakku, ayah  sangat tahu  kepedihanmu.
Kurasakan juga betapa sakit derita batinmu.
kutanggung  juga  rasa  malu dan   terhinamu.
Namun dalam jiwa ayah amat bangga padamu.

Di hari ini engkau menangis karena berbuat jujur.
Engkau punya kebanggaan walau sejenak hancur.
Sifat kesatriamu akan tertanam dan terpupuk subur.
Yang  akan jadi modalmu kelak hadapi gelapnya kubur.

IV
Anakku, apalah arti sebuah kebanggaan apabila hampa.
Apabila didapat  dengan cara-cara   bercampur dusta.
Merusak jiwa-jiwa muda yang miliki semangat baja.
Yang bukan  berjuang tapi hanya bersantai saja.

Kasihan dengan jiwa-jiwa muda nan bersih.
Digoreskan tinta hitam hingga jadi tak putih.
Membuat  cita dan  kebanggaan mulia beralih.
Dari idealis menjadi jiwa yang curang tanpa risih.

V
Anakku...
Kelak di padang Mahsyar ayah akan menuntut mereka.
Yang tega kotori jiwa-jiwa muda dengan prilaku dusta.
Yang  terhadap segala   kecurangan  ia menutup  mata.
Bahkan tanpa  rasa bersalah  mereka juga  turut serta.

Kalaulah yang terlibat kekotoran itu adalah gurumu.
Maka berlipat lebih berat  hutang akheratnya  padamu.
Karena mereka digaji untuk mendidik akhlak dan jiwamu.
Bukan menorehkan cara berbuat curang pada jiwa sucimu.

VI
Anakku...
Walaupun tertulis  engkau  tidak lulus,  jangan berputus asa.
Tegakkan kepala hadapi hidup  dengan prinsip dalam dada.
Jadilah anakku sejati yang jalani hidup dengan rasa bangga.
Memegang kejujuran & kebenaran  sampai  menutup mata.

Ayah berdoa dengan sungguh kepada Ilahi yang Maha Pengasih.
Jadilah anakku putra elang yang tegakkan harga diri walau perih.
Jadilah pejuang  kehidupan  yang tak  pernah mengeluh dan letih.
Dan kelak dalam kehidupan akherat anakku akan menuai pamrih.

Al Faqiir

Hamdi Akhsa

0 komentar:

Posting Komentar