Selasa, 29 Maret 2011

88-2011. Kepadamu Wahai Putra Zaman.

88-2011. Kepadamu Wahai Putra Zaman.

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Wahai putra zaman di masa kini.
Masihkan kau dengar jerit tangis mereka yang terzalimi.
Lihatlah! langit telah menghitam pertanda murka telah begitu dekat.
Dan Bumi yang telah rentapun menjelang datangnya sekarat.

Mutiara-mutiara peradaban yang berpijar cahaya kitab suci telah buram.
Para pencinta zikir malam merana bagai layunya bunga tulip ditaman surgawi.
Engkau yang dipundakmu tertumpu harapan masa depan kini kehilangan arah.
Terombang ambing bak kapal pecah diamuk badai samudera tak bertepi.

Lihatlah, tatkala tentara-Nya dari dalam bumi telah didatangkan.
Lautan menggelora menelan hasil teknologi yang sangat dibanggakan.
Kubur-kubur pun merekah,munculkan jasad membusuk.
Dan engkau tetap diam dalam jiwa yang pasrah dan lemah.

II
Mana generasi yang siap ambil estafeta sebuah peradaban jelang akhir zaman.
Sedang dirimu berpijak  diatas bunga bangkai indah penipu pandang.
Terperosok ke dalam pusaran gelap yang tanpa akhir.
Sampai datangnya awan hitam menyelubungi kefanaan diri.
Dan masa harumnya bunga akan berakhir layu dan gugur ke bumi.

Para pencinta yang datang dari tengah ganasnya gurun kini tinggal kenangan.
Pekikan yang menggentarkan berubah bak suara malu burung pipit.
Yang tak percaya diri munculkan kicau karena takut pada sang Elang.
Sungguh sebuah kebanggaan yang telah dirampas  dari hakiki seorang pencinta surga

III
Dari kesenjaan zamanku yang menjelang gelap kutulis harap.
Agar hijab keterlenaan diri bangkitkan kerinduanmu bagaikan rindunya Qais pada Laila.
Atau bagai cinta seorang Syah Jehan pada Mumtaz,
Yang bertahan ribuan tahun dalam sunyinya kesaksian angkasa raya.

Betapa banyak kambing muda yang tanpa sadar dininibobokkan srigala palsu.
Yang berpura baik namun menyimpang taring kebuasan.
Kelak, di masa tatkala rambut telah memutih engkau akan sadar.
Bahwa generasimu telah terperangkap dalam kelicikan yang berbungkus semangat liberal.

IV
Bagaimana Cahaya Timur akan bangkit bila semangat berfikir berbungkus barat.
Engkau, bagaikan mencuci baju bercampur air comberan.
Tak sadar bahwa bangunan yang engkau bentuk mengandung kontradiksi yang mendua.
Bagaikan ular yang kelak akan menerkam dirimu saat terlena

Sadarlah, selagi waktu masih ada.
Harga diri sang Elang takkan lahir dari cara hidup seekor ayam petelur.
Yang selalu menunggu limpahan dari sang majikan untuk digemukkan dan dipotong.
Tapi, harga diri hanya lahir dari perjuangan yang pantang menyerah.
Berjuanglah, sebelum datangnya sesal.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Senin, 28 Maret 2011

87-2011. Kapankah Kebangkitan Itu Akan Tiba

87-2011. Kapankah Kebangkitan Itu Akan Tiba

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Ribuan  tahun  peradaban  berkuasa  di bumi silih  berganti.
Ada bangsa yang mampu bertahan dan ada pula yang mati.
Pergantian kekuasaan pun selalu terjadi antara satu  dinasti.
Ada  yang datang  tiba-tiba dan  segera pula  mereka pergi.
Sebagai kefanaan yang telah digariskan-Nya dalam kitab suci.

Sejarah ajarkan kita Pemimpin yang hidup dalam  kesombongan.
Pasukan Nebukadnezar yang perkasa hancur dalam peperangan.
Bangsa Khaldea yang perkasa digempur persia dan  terkalahkan.
Maka jadilah  mereka dalam jejak  sejarah dunia sebagai catatan.

II
Peradaban lama dikuasai oleh superpower Persia dan Romawi.
Pasukan  Digjaya  yang menyembah  berhala dan sembah api.
Namun mereka runtuh karena tak berpegang pada kitab suci.
Serta  abaikan perintah  dan larangan  Ilahi melalui  para Nabi.

Adalah  sebuah kesulitan  yang  menghadang untuk  bangkit.
Manakala bangsa dengan jumlah ratusan juta menderita sakit.
Aji  mumpung dan kebiasaan  mengutil  banyak   atau sedikit.
Keserakahan dan hilangnya rasa malu bagai wabah berjangkit.

III
Andai, bangsa ini  banggakan budaya sendiri yang pernah jaya.
Tentu telah bangkit karena dukungan sumber alam yang kaya.
Bukan kebangkitan semu  nini bobokkan   rakyat agar percaya.
Bagai sirami bangkai dengan minyak wangi untuk memperdaya.

Namun sangatlah berat untuk bangkit menjadi kekuatan dunia.
Karena bukan menjadi bangsa yang utamakan kualitas manusia.
Namun sibuk menumpuk kekayaan diri dan pertahankan kuasa.
Sungguh sebuah kehancuran  yang telah dekati dengan masa.

IV
Sungguh, bangsa  yang  dulu  datang  belajar telah  lebih maju.
Yang mereka butuhkan dari kita bukan lagi guru tapi pembantu.
Sedangkan  pemimpin negeri diingatkan seolah  berkepala batu.
Tinggallah rakyat jelata hidup menderita bagai anak yatim piatu.

Apabila  dibayangkan Betapa  mahalnya  harga  sebuah amanah.
Pada masa  tertentu diperebutkan dengan cara  sangat meriah.
Segala janji  kosong dan bujukan  pada rakyatpun tumpah ruah.
Namun setelah  berkuasa lupa janjinya dan sibuk berpesta pora.

V
Kapan akan muncul pemimpin muda yang hidup dalam harga diri.
Berjiwa pengasih pada rakyat dan ikhlas membangun negeri.
Memimpin  dengan  berpegang  teguh  ajaran kitab suci.
Agar rakyat hidup sejahtera dibawah keberkatan Ilahi.

Tolonglah kami wahai Ilahi yang Maha Pemberi.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Minggu, 27 Maret 2011

86-2011. Pesan Untuk Saudaraku di Gurun Pasir Arabia.

86-2011. Pesan Untuk Saudaraku di Gurun Pasir Arabia.

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Betapa daku menangis saksikan darahmu berceceran diterjang peluru.
Para penguasa zalim begitu tega dan hatinya telah membatu.
Perintahkan tentara membunuh anak-anak dan ibu-ibu.
Sungguh kekejian yang membuat hati terharu.

Mengapa, para  penguasa  begitu haus  darah.
Berkuasa semena-mena mengandalkan kekuatan tentara.
Bergantung pada negara barat dan menjadi penguasa boneka.
Tak peduli rakyat negeri sendiri hidup kelaparan dan selalu menderita.

II
Kemana harga diri turunan para pahlawan penyeberang sepanyol di masa silam.
Ketika hanya sibuk tumpuk  harta dan larut dalam pesona kehidupan malam.
Yang tak mampu lagi rasakan peringatan tatkala tentara firaun tenggelam.
Sedangkan awan azab-Nya telah membayang dilangit yang menghitam.

Saudaraku, hari ini jasad sucimu terhempas dibumi diterjang peluru.
Tapi akan  menjadi  pupuk bagi lahirnya  generasi mujahid  baru.
Yang takbirnya  menggentarkan  zionis Israil  berkepala batu.
Dan kembalikan kejayaan masa silam gurun pasir berdebu.

III
Percayalah, dengan kembali pada kitab suci dan sunnah.
Masa silam nan jaya akan kembali datang ke bumi arabia.
Kembali menjadi pusat peradaban yang dipenuhi cahaya.
Dan akan disegani negeri-negeri di segala penjuru dunia.

Asalkan, para pemimpinmu orang-orang beriman dan bertaqwa.
Bagai Umar bin Abdul Aziz yang banyak menangis dan sedikit tertawa.
Atau Salahuddin Al-Ayubi yang menggentarkan pasukan penyerbu palestina.
Atau dengan senjata keteguhan Imam gentarkan musuh seperti Mujahid Ghaza.

IV
Saudaraku, jangan pernah takut korbankan nyawamu untuk sebuah keyakinan.
Bukankah mati  Syahid adalah sebuah transaksi  yang telah dijanjikan Tuhan.
Akan diberi Jannatul Ma'wa yang didalamnya dipenuhi segala kenikmatan.
Dan disambut 70  bidadari  yang  diwajahnya  memancar cahaya iman.

Walau sedih, kupanjatkan doa agar kemenangan engkau raih.
Para  penguasa zalim yang  kini ada  akan segera  beralih.
Kepada mereka  yang takut siksa  neraka yang perih.
dan ingat akan kubur membuat tulang memutih.

V
Saudarku, sabarlah engkau dalam perjuangan.
Sesungguhnya telah dekat kemenangan.
Negeri dan rakyatmu meraih kebaikan.
Dan hidupmu akan diridhoi Tuhan.

Hidup dalam Iman dan Taqwa.
Tebarkan pelita Agama.
Dunia pun bercahaya.
dalam rahmat-Nya.

Amien Ya Allah.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

85-2011. Dan Mereka pun Menghilang (Isyarat Alam)

85-2011. Dan Mereka pun Menghilang (Isyarat Alam)

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Anakku,
Di masa kecil kami sungai-sungai mengalir jernih dari hulu jauh ke muara.
Ikan-ikan pun bermigrasi ke hulu setiap tahun dengan suka ria.
Di pinggir anak-anak kami bisa nikmati manisnya buah ara
hujan dan kemaraupun silih berganti dengan setara.

Kicau burung hutan ikut membentuk indahnya jiwa.
Diranting-ranting pohon berlompatan burung cucakrawa.
Kotoran sapi dan kerbau menjadi penyubur utama disawah-sawah.
Dan hewan-hewan piaraan itu modal pensiun untuk bekal hidup dihari tua.

II
Anakku,
Dimasa itu orang bertanam  durian dimasa tua  untuk anak  cucunya kelak.
Pohon-pohon dihutan ditebang pilih agar alam tidak bergolak.
Generasi itu malu kalau disebut sebagai pembalak.
Dan orang serakah terkucil dan ditolak.

Berbeda dengan gaya hidup zamanmu.
Pohon durian tua peninggalan dijual oleh sang cucu.
Orang tak punya memaksa diri berhutang agar dianggap mampu.
Serta peringatan Ilahi melalui kitab dan peristiwa alam dianggap angin lalu.

III
Kini,
Kicauan burung iringi datangnya sinar mentari pagi telah menghilang.
Diangkasa biru tidak lagi terlihat burung-burun terbang.
Sungai-sungai kecil pun telah kering kerontang.
Dan bumi pun panas bukan kepalang.

Segala cara dipakai meraih keuntungan bisnis.
Sogokan uang ataupun rayuan dari si manis.
Belumlah lagi  prilaku hidup yang  hedonis.
Membuat bumi yang tua punmenangis.
Karena  peradaban dikendalikan iblis.

IV
Anakku,
Tahukah engkau bahwa alam dan manusia harus harmoni?
Keserasian diantara mereka membuat semuanya serasi.
Tatkala satu jenis ciptaan Allah menhilang  dan pergi.
Maka akan rusaklah hukum alam yang interdepensi.

Sapi dan kerbau yang memberi manfaat pupuk dan investasi kini menghilang.
Digantikan oleh mesin-mesin traktor yang dengan rakusnya menghisap minyak di kilang.
Di negerinya, para pemilik pabrik tersenyum sinis melihat kebodohan yang alang kepalang.
Atas ketergantungan pada teknologi suku cadang,pupuk, dan minyak yang menguras uang.

V
Mana pemimpin yang sadar seperti Mahatma Gandhi.
Bangkitkan revolusi hijau agar rakyat tak hilang harga diri.
Yang bawa kemakmuran merata bagi rakyat di seluruh negeri.
Dan berkata tidak pada perampas alam atas nama liberalisasi  industri.

Anakku, negerimu adalah kumpulan pulau yang dikelilingi oleh lautan.
Betapa melimpah kekayaan yang telah Tuhan berikan.
Dilemparkan kayu pun akan tumbuh jadi tanaman.
Tapi manusianya lupa kalau itu karunia Tuhan.

VI
Karunia Ilahi yang melimpah hendaknya kita pelihara.
Kelalaian dan kedurhakaan pada-Nya akan munculkan murka.
Bencana Tsunami dan gempa akan didatangkan dari dasar Samudera.
Gunung meletus pun akan dengan mudah habiskan rumah, ladang dan sawah.

Anakku, Bangkitkanlah  generasimu dalam kesadaran hidup yang disukai Tuhan.
Kami yang tak bersyukur pada-Nya harus segera engkau gantikan.
Agar selamat bangsa ini dalam perjuangan dimasa depan.
Dan terpandang didunia disegala aspek kehidupan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sabtu, 26 Maret 2011

84-2011. Kekasih, Izinkan hamba bertanya

84-2011. Kekasih, Izinkan hamba bertanya

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Kekasih,
Izinkan hamba bertanya pada-Mu tentang rahasia sang waktu.
Mengapa dimasa kini ia begitu cepat datang dan berlalu.
Rasanya baru berganti hari telah bertemu minggu.
Dan baru pagi pergi telah datang dalu.
Dan tinggalkan hati yang pilu.

Kekasih,
Izinkan hamba bertanya pada-Mu tentang malam.
Mengapa kepedihan dan airmata muncul disaat kelam.
Hati yang bening bisikkan segala yang terjadi di masa silam.
Membangkitkan semua kenangan yang telah disimpan begitu dalam.
Dan kala airmata menetes, ia pun begitu bening bagai beningnya pualam.

II
Kekasih,
Izinkan hamba bertanya  pada-Mu tentang cinta.
Yang membuat milyaran manusia rela menderita.
membuat  hamba-Mu bersama sampai usia renta.
Yang  jadi sumber pujangga lahirkan ribuan kata.

Izinkan hamba bertanya pada-Mu tentang nafsu.
Mengapa ia selalu membuat jiwaku terbelenggu.
Membuatku terjebak dalam rasa benci dan rindu.
Dan terkadang lalai terhadap perintah Yang Satu.

III
Kekasih,
Izinkan hamba bertanya pada-Mu tentang taubat dalam kehidupan.
Apakah kesalahan yang terulang tetap Engkau ampunkan.
Pintu maaf untuk pendosa tetap engkau bukakan.
Dan keredhoan-Mu akan selalu tercurahkan.

Kekasih,
Izinkan hamba bertanya pada-Mu tentang iman yang selalu berubah.
Lalai saat ada nikmat dan dekat pada-Mu saat tertimpa musibah.
Dikala malang menangis dan meratap pertanda tak tabah.
Memohon bantuan-Mu wahai Robb yang kami sembah.

IV
Kekasih.
Izinkan hamba menangis untuk sesali kealpaan diri.
Izinkan hamba munajad memohon ampun sepanjang hari.
Izinkan hamba istighfar atas dosa dan kesalahan yang kusesali.
Izinkan hamba meminta kubur yang terang setelah datangnya mati.

Kekasih...betapa hamba tak tahu diri
Al-Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 25 Maret 2011

80-2011. Maafkan Aku!

80-2011. Maafkan Aku!

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Ya Allah, Maafkan kami sebelum semua terlambat.

I
Maafkan aku,
Yang banyak lalai dalam mensyukuri nikmat-Mu,
Yang sering  tak patuh pada  perintah-perintah-Mu.
Yang sedikit memberi namun banyak meminta pada-Mu.
Yang tak sanggup tuk istiqamah dalam jalankan kitab suci-Mu

Maafkan aku yang banyak diberi rezeki namun kurang bersedekah.
Yang sering lupa dikala suka namun meratapi-Mu dikala duka.
Yang banyak lalai dalam mengingat pedihnya siksa neraka.
Dan kadang berbuat  hal yang  membuat-Mu  murka.

II
Maafkan aku yang terpenjara dalam pesona dunia.
Yang tak selalu mampu berada di jalan menuju jannah.
Yang kadang  merasa perih dan  dilanda perasaan merana.
Padahal  begitu banyak nikmat yang Engkau beri tiada dinyana.

Maafkan aku yang  banyak terjebak dalam  penjara hawa nafsu.
Terkadang lalai siksa kubur dalam beratnya  tindihan  batu.
Yang disana kelak sesali  dosa dan kelalaian masa lalu.
Tiada pembela bagai seorang anak yatim piatu.

III
Maafkan aku, yang kadang membungkus kata dalam dusta.
Yang sering terpesona oleh indahnya tipuan mata.
Yang kurang sadar dimanapun Engkau serta.
Yang selain Engkau masih terus dicinta.

Maafkan aku, yang sering lupa bahwa  semua hanya titipan.
Dan mengejar yang kelak saat tiada pasti akan ditinggalkan.
Yang kelak pasti akan sesali semua laku dengan sedu sedan.
Tertunduk malu tak punya harga diri kelak saat berhadapan.

IV
Maafkan aku, yang tak pandai dalam merangkai doa.
Yang tak semakin tekun menjelang masa tua.
Yang dalam prilaku masih sering mendua.
Dan sedikit menangis banyak tertawa.

Kekasih, Maafkan daku selama masih ada nyawa

Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

Rabu, 23 Maret 2011

72-2011. Pesan-Pesan Sejarah.

72-2011. Pesan-Pesan Sejarah.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Anakku...
Ingin kukisahkan padamu tentang akhir para pendurhaka.
Yang penentangannya terhadap kebenaran membuat-Nya murka.
Yang hidup ketidak percayaan terhadap  dahsyatnya siksa  api  neraka.
Dan disesatkan  kehidupannya karena  merasa  hebat  dengan ilmu mereka.

Bencana   pertama  karena  Qabil  turutkan  amarah  lakukan  pembunuhan.
Atas  nama  nafsu  syahwat  penumpahan darah habil telah ia  halalkan.
Walau sepanjang hidupnya  ia membawa segenap penyesalan.
Tetaplah kelak ia dituntut pertanggungjawaban.

II
Kedua  bencana  Nuh telah  berikan  gambaran.
Betapa tidak sukanya Allah  laku pemberhalaan.
Baik  yang  abstrak  ataupun yang  dinyatakan.
Banjir yang amat dahsyat lantas Ia tumpahkan.

Prilaku  seperti  kaum  Nuh  kemudian   berulang.
Kaum Hud lupa diri oleh subur kebun dan ladang.
Berhala shamud dan Al Attar pujaan terpandang.
Seruan ke jalan tauhid dan kebaikan ditentang.

Maka datanglah kekeringan yang menyengsarakan.
Namun tetaplah mereka hidup dalam pembangkangan.
Walau telah diulang kembali peringatan dengan kesabaran.
Akhirnya awan hitam menghanguskan mereka dalam kedurhakaan.

III
Anakku...
Ternyata pembangkangan nafsu tetap dilakukan umat Nabi Saleh.
Mereka tak pedulikan mana yang dilarang dan yang boleh.
Seruan sang Rasul tidak dipandang dan tidak ditoleh.
Bahkan ancaman azab Ilahi pun dianggap remeh.

Tatkala  larangan  membunuh unta mereka  langgar.
Gempa dan tanah longsor pun datang menggelegar.
Dan terlambat  mereka  untuk bertaubat  dan sadar.
Karena menentang  Perintah Ilahi Yang Maha Besar.

Sungguh didalam kitab suci dapat diambil pelajaran.
Tentang umat dahulu yang membangkang pada Tuhan.
Mereka diazab dengan siksa yang pedih dan menyakitkan.
Dan tiada satu pun kebanggaan yang dibela mampu menyelamatkan.

IV
Anakku...
Namun  kebanyakan  manusia  di bumi  tidak mau belajar dari sejarah.
Kerusakan moral yang menimpa umat Nabi Luth makin parah.
Hubungan sejenis  dan maksiat  dilakukan sesuai selera.
Maka dimusnahkan mereka dengan gempa tiada tara.

Penyebab  dibaliknya  Soddom  dan Gomorah terulang.
Hubungan bebas sejenis dan beda sudah tak terbilang.
Tak peduli  peringatan  bencana Tsunami telah datang.
Ataupun gempa besar  seperti  yang  melanda Padang.

V
Kesombongan diri  melanda  Namrud  begitu  luarbiasa.
Pengagungan terhadap berhala yang dianggap perkasa.
Peringatan Ibrahim  Khalilullah dianggap   perbuatan dosa.
Maka  Ia pun dibakar dalam lautan  api yang  panas  membara.

Demikian  juga  kesombongan  dan pembangkangan  Firaun.
Murka ia terhadap peringatan Musa dan Saudaranya Harun.
Penyihir yang hebat dan angkatan perang pun dihimpun.
Namun ia  dibinasakan  di laut merah tanpa  ampun.

VI
Sejarah dan kejadian masa silam telah ajarkan,
Betapa hebatnya seorang Jenghis khan,
Terjatuh dari kuda Allah matikan,
sebuah cara yang memalukan.

Demikian juga masa kini,
Ada Negara yang sangat keji.
Sewenang-wenang sesuka sendiri.
Menabur kematian dan kehancuran tiada terperi.

VII
Tunggulah saatnya mereka yang sewenang-wenang karena perkasa.
Akan datang suatu hari tatkala Allah menjadi Murka.
Akan didatangkannya ribuan malapetaka.
Yang membuat kehinaan merata.

Dimasa lalu ada Kekaisaran Romawi yang 700 tahun berkuasa di bumi.
Bersaing seimbang  dengan  kekuatan  Kisra di  Negara Parsi.
Dihancurkan oleh semangat juang para pencinta Ilahi.
Dan Kebenaran pun tegak menyinari.

VIII
Tatkala akhir zaman menjelang.
Negara Barat yang kuat senjata sewenang-wenang.
Atas nama kebohongan yang absurd negara lain diserang.
Dan segala kekayaan dirampas olehnya yang menjadi pemenang.

Sedangkan Negeri para pencinta Ilahi hanya jadi pecundang.
Karena penguasanya sibuk dengan maksiat dan berdendang.
Hari-hari mereka bergelimang  harta dan  bersenang-senang.
Tak peduli kelaparan dan kemiskinan  melanda banyak orang.

IX
Anakku...
Lihatlah negeri menjelang hancur karena kebusukan sendiri.
Karena hampir semua orang pertuhankan materi.
Tak sadar betapa iblis telah menipu diri.
dan menjauhkan kita dari Ilahi.

Anakku, hanya pada-Nya kita kembali.
Sebab itu selalulah  benahi  diri,
Pegang teguhlah kitab suci.
Agar engkau dicinta Ilahi.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

74-2011. Kemana Cahaya itu?

74-2011. Kemana Cahaya itu?

                 Oleh 
                 Hamdi Akhsan

I
Dibatas misteri kesadaran alam materi dan keghaiban yang penuh misteri.
Perlahan muncul aneka bayangan peristiwa yang telah dilalui.
Satu persatu datang sosok mereka yang telah pergi.
Dalam ragam bahagia dan perih yang dijalani.

Jauh diujung  lazuardi nan  biru  di ufuk sana.
Para pendahulu nyanyikan kidung suci tentang cinta.
Kerinduan, kasih, airmata bagaikan ratapan Rabiatul Adawiyah.
Yang membuat hening dan berhenti aktivitas makhluk semesta raya.

II
Kini, malam-malam yang berlalu penuh hiruk-pikuk dan canda manusia.
Cahaya itu  makin redup dan hilang dari dalam dada para hamba.
Lemah dan menghilang bagai hilangnya cahaya sebuah pelita.
Menyusup pergi  jauh tanpa  kabar dan berita.

Mana bibir-bibir  lirih yang bergetar  nyanyikan kidung cinta Ilahi.
Yang tak pernah putus lafazkan zikir cinta kala petang dan pagi.
Yang  jiwanya  takut akan  pertanggungjawaban  di suatu  hari.
Tatkala permohonan  ampun seorang hamba tidak diterima lagi.

III
Betapa kehidupan bumi telah menjelang sekarat.
Makin banyak manusia yang tak percaya kehidupan akherat.
Atau sibuk eksloitasi planet luar bumi untuk tempat mendarat.
Karena  keyakinan  hanya di bumi  tempat terjadinya hari kiamat.

Sudahkah kini? cinta kasih-Nya telah pergi dari dada para pencinta.
Lahirkan generasi  muslim  yang di segala penjuru  hidup  terhina.
Yang hanya diam kala saudaranya dihina dan kehilangan izzah.
Dan dari dalam dadanya telah tercerabut ukhuwah.

IV
Peradaban perkasa datang dan pergi di bumi.
Sebagai pelajaran untuk kitayang Tuhan beri.
Agar  manusia  sadar bahwa  hidup tak abadi.
Dan sehebat apapun manusia kelak akan mati.

Begitu banyak manusia terlena menjauhi cahaya-Nya.
Jauhi jalan yang pasti akan datang dan mengejar yang fana.
Kenikmatan duniawi telah membuat hidupnya lalai dan terlena.
Tak sadar telah  jalani laku ahli neraka walaupun ia inginkan jannah.

Ampuni kami ya Robbana!

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Senin, 21 Maret 2011

81-2011. Bumi Maghribi pun Bersimbah Darah

81-2011. Bumi Maghribi pun Bersimbah Darah

      Oleh
      Hamdi Akhsan


I
Kebusukan dan  keserakahan barat pun semakin terbuka.
Ambisi merampok minyak di bumi Libya nampak didepan mata.
Demi hak azazi  manusia  niat busuk dipoles dengan  seribu kata.
Bagai negeri afghanistan  dan Irak yang kehancurannya kini merata.

Betapa mayat bergelimpangan  diiringi  jeritan sakit  mereka yang  terluka.
Hantaman peluru kendali berhamburan ciptakan panas api yang membara.
Demi merampok harta kekayaan alam yang dilakukan melalui rezim boneka.
Sungguh sebuah cara merampas kekayaan bangsa lain dengan cara nista.

Di Negeri Sang Singa Gurun Pasir, kini para yatim  bersimbah air mata.
Rakyat kecil yang tak bersalah jalani hari-hari yang penuh derita.
Terjepit antara penentang dan  khadafi  yang membabi  buta.
Bagai pelanduk yang terjepit dalam pertarungan gajah.

II
Ada yang berkata bahwa ini pertarungan agama.
Tentulah Yaman akan menjadi medan  lebih lama.
Atau Somalia  menjadi tempat  keroyokan utama.
Tapi bukan!atas nama koalisi menjajah bersama.

Dalam  serangan  yang  terjadi  seperti  di Libya.
Dengan  Rudal  Tomhwak yang berharga 5 juta.
Kelak  tiap  rudal   dibayar  pemerintah  boneka.
Dengan minyak yang akan disedot sesuka-suka.

III
Itulah perampokan-perampokan di negeri kaya minyak.
Telah terjadi di bumi Afghanistan dan penyerbuan ke Irak.
Main keroyok dengan negara serakah minyak lainnya diajak.
Sungguh prilaku yang sangat keji seperti tingkah para pembajak.

Sementara, setiap hari orang awam pun dihidangi berita-berita palsu.
Yang menganggap betapa rezim berkuasa telah dikendalikan hawa nafsu.
Padahal niat yang  sesungguhnya dari para  penyerang ia sendiri tidak tahu.
Serta mengapa ketika wanita dan anak-anak Gazadihina kita hanya diam membisu.

IV
Memang inilah bukti kebenaran dari yang telah disampaikan oleh Rasulullah tercinta.
Tentang betapa tidak  dihargainya  umat muslim yang banyak  disuatu masa.
Yang diobrak-abrik seenaknya  seperti orang  memperlakukan sampah.
Sungguh-sungguh di akhir zaman ini umat telah menjelang binasa.

Ya Allah, selamatkan  mereka dalam harga diri  karena-Mu.
Bukannya  sibuk  berbunuhan  tanpa  peduli   larangan-Mu.
Atau bersekutu dengan musuh membunuh para hamba-Mu.
Sehingga lupakan kewajiban  tertulis didalam kitab suci-Mu.

Ya Allah, hancurkanlah musuh-musuh-Mu.
Kuatkanlah  keikhlasan  para  tentara-Mu.
Menangkanlah mereka para  pencinta-Mu.
Bagaikan  mereka  yang  dapat  ridho-Mu.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan.

Minggu, 20 Maret 2011

79-2011. SYAIR UNTUK KEKASIH (3)

79-2011. SYAIR UNTUK KEKASIH (3)

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Ini madahku sambil tersedan,
sakit mulai  hinggapi  badan,
usia empatpuluh lalu didepan,
wajah pun mulai berkeriputan.

Didepan mata mulai terbayang,
malaikat bertanya tentang sembahyang,
harta darimana caranya datang,
rezeki sumbernya pembeli sandang.

Sungguh diriku menjelang pulang,
kan tinggal semua yang daku sayang,
nyawa di badan akan melayang,
tinggallah tubuh kaku digoyang.

II
Kekasih...
Sedih hatiku bila teringat,
Rasulpun masih keluar keringat,
sakitnya mati amatlah sangat,
bagai dikupas si kulit jangat.

Kuatkan hamba untuk semangat,
ibadah pada-Mu juga tak telat,
terhadap harta selalu berzakat,
terjauh dari sifat kualat.

Jauhkan juga sifat yang jahat,
ataupun hati yang penuh karat,
supaya kelak tidak melarat,
dalam abadinya hidup akherat.

III
Kekasih...
Sungguh dunia begitu menggoda,
ingin ditambah apa yang ada,
nafsu menyesak didalam dada,
tak pernah puas tak sudah-sudah.

Padahal kini telah muncul tanda,
tapi selalu sibukkan benda,
malaikat maut-Mu sudah diberanda,
tapi terlena yang indah-indah.

Kadang teringat pada ayahanda,
begitu juga kelak ananda,
jadilah maut sebagai penyudah,
seperti mereka yang telah tiada.

IV
Kekasih...
Kala merenung hatiku pilu,
tampak di mata bunga yang layu,
begitulah hidup akan dilalu,
saat jasadpun terbujur kaku.

Sunnah berlaku sejak dahulu,
siang berganti ke malam dalu,
dahulu sendiri kelak juga satu,
memang yang fana akan begitu.

Menjelang maut sakit tak tentu,
nafas bagaikan tersumbat batu,
lidah memendek menjadi kelu,
pertanda maut telah dipintu.

V
Kekasih...
Sebelum mata hamba meredup,
berakhir sudah masanya hidup,
berilah hamba waktu yang cukup,
agar ibadah bisa dilingkup.

Sebelum tanganku kelak ditangkup,
kedua mataku akan ditutup,
menangis kelak mereka yang hidup,
jumpa dengan-Mu hamba tak sanggup.

Hariku yang menjelang akhir,
didalam diri hamba khawatir,
takut berjumpa bernasib getir,
ampuni hamba wahai pemilik Taqdir.

Al Faqiir

Hamdi akhsan

Sabtu, 12 Maret 2011

77-2011. Kala Hari Itu Tiba

77-2011. Kala Hari Itu Tiba

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Tatkala hari itu tiba.
Akan datang ibu segala musibah.
Daratan yang luas akan tertutup air bah.
Gedung-gedung bertumbangan bak pohon rebah.
Permukaan bumi yang indah dan melenakan jadi berubah.

Dihari itu  bayi-bayi masih dalam  kandungan akan berguguran.
Tentara-Nya yang ada dilangit dan dari dalam bumi semua diturunkan.
Gunung-gunung  yang  menjadi paku bumi  akan  diterbangkan.
Serta segala makhluk darat,laut dan udara sibuk berlarian.

II
Tiada satu pun kebanggaan akan berguna,
Semuanya pasti akan berakhir fana.
Tinggallah kelak  sesal  disana.
Atas hidup tiada bermakna.

Harta kekayaan emas dan perak tak guna lagi.
Tiada lagi harapan karena hilangnya petang dan pagi.
Anak dan  orang tua, suami dan istripun  saling  menyesali.
Namun tiada jalan dan cara bagi masa lalu untuk diulang kembali.

III
Ketika ingatlah ketika hari itu datang.
Sehebat apapun manusia tak bisa menentang.
Selain mereka yang beriman akan panik bagai binatang.
Dan malaikat maut pun akan bekerja akhiri hidup para penentang.

Dihari  tatkala  hati  dan  penglihatan  manusia  menjadi  goncang.
Terbelalak takut mata mereka yang dahulu begitu garang.
Mereka yang berkuasa kesakitan mengerang.
Sungguh itu  ajaran bagi semua orang.

IV
Di hari yang  menggoncangkan  itu.
Tatkala malang dan siang menyatu.
Taubat  pun  telah   tertutup  pintu.
Hanya  pertolongan-Nya Yang Satu.

Dihari  tatkala  para  pembangkang  terbungkam.
Segala  kebohongan  dan   kebobrokan  direkam.
Menjelang pengadilan Mahsyar yang mencekam.
Dan kelak para  pendosa   akan tertunduk dalam.


Inderalaya, Jelang Malam
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

76-2011. Bencana di Negeri Matahari Terbit.

76-2011. Bencana di Negeri Matahari Terbit.

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Allahu Akbar.
Kata terbaik yang mampu diucapkan dengan hati yang gentar.
Tatkala mata terbelalak memandang ombak tinggi datang menggelegar.
Menyapu dahsyat  seluruh apa  yang berada di pantai  dan pesisir yang datar.
Membuat diri terasa kerdil dan tak berdaya dihadapan tentara Allah Yang Maha Besar.

Tsunami hebat  telah  didatangkan Ilahi ke negeri  Jepang yang  sangat maju.
Dimana  manusia bangga  dengan  teknologi  dan  penemuan-penemuan baru.
Tempat dimana kebenaran  ajaran Ilahi  tidak lagi menjadi  aspek yang diseru.
Dan segala  kesenangan  berlandaskan  syahwat tidak lagi  dianggap hal saru.

II
Sungguh, manusia bagai daun ditengah badai kala berhadapan dengan tentara-Nya.
Yang dengan itu seharusnya tunduk dan rendah hati terhadap kekuasan-Nya.
Bertaubat atas pembangkangan terhadap perintah dan larangan-Nya.
Serta menyadari betapa manusia harus tunduk pada-Nya.

Sejarah peradaban telah ajarkan banyak kearifan.
Azab  terhadap  bangsa  yang  dihancurkan.
Yang tinggal di tepi laut ditenggelamkan.
Yang di gunungpun dihanguskan.

III
Sungguh didalam kitab dikatakan.*
Tentang golongan yang Tuhankan fikiran.
Menganggap Tsunami hanya sifat dari kejadian.
Yang bukan karena kemurkaan dan peringatan dari Tuhan.

Walau dalam keanggunan tentara-Nya bergulung dalam wajah ombak.
Sungguh-sungguh  ketakberdayaan  manusia jadi  tampak.
Tapi mereka kasih berfikir dengan memeras otak.
bukan bersujud pada-Nya taubat serentak.

IV
Betapa, orang  beriman  harus  berkaca.
Kiamat kecil yang nampak didepan mata.
Dihadapan-Nya kita sungguh tiada daya.
Apalah lagi kala  kehancuran jagat raya.

Ilahi...
Kuasa-Mu sungguh meliputi.
Selain  Engkau  ternyata  memang tiada arti.
Maka, ampuni kami sebelum datangnya mati.


al Faqiir


Hamdi akhsan
*QS 45 : 23

Jumat, 11 Maret 2011

75-2011. Balada Negeri Singa Gurun Pasir

75-2011. Balada Negeri Singa Gurun Pasir

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

Umar Mukhtar Singa Gurun Pasir yang syahid di tiang gantungan

I
Darah rakyat kecilpun kembali berceceran nemambah harumya taman sorgawi.
Atas kekejaman seorang tiran mempertahankan sebuah dinasti.
Sejarah berulang setelah lewat satu  generasi.
Atas pengkhianatan pada raja Idrisi.

Adalah Lebu* ; negeri orang barbar disebelah barat sungai Nil.
Disana tertulis tinta emas sejarah tatkala jihad melawan penjajah memanggil.
Umar Mukhtar Sang Mujahid Agung singa gurun pasir membuat penjajah Italia Menggigil.
Karena datang dan pergi secepat kilat menyerang dan hancurkan musuh bagaikan malaikat Izrail.

Walaupun  kelak  ia pun syahid  di tiang  gantungan.
Namun darahnya menjadi pupuk subur  perlawanan.
Satu syahid akan munculkan puluhan ribu pahlawan.
Memilih harga diri  atau kematian dalam ridho Tuhan.

II
Perlawanan yang hebat lahirkan Liya Merdeka.
Cucu sang Mujahid pun diangkat menjadi penguasa.
Membawa rakyat pada kejayaan serta kehidupan bahagia.
Untuk hidup dan sebarkan agama Ilahi agar kembali menjadi jaya.

Namun di tahun Seribu Sembilan Ratus Enam Sembilan lahirlah konspirasi.
Untuk dudukkan penguasa baru Muammar Abu Minyar Al qaddafi seorang Yahudi**.
Menjadikan Gamal Abdel Naser dan  sosialisme dan nasionalisme arab sebagai inspirasi.
Bukan berpijak pada kebenaran kitab suci ajaran Ilahi sebagaimana yang telah menjadi tradisi.

III
Segala jabatan penting dan kekayaan minyak pun dibagi dikalangan anak-anaknya.
Ia memerintah Libya dengan lima juta penduduk ini bagaikan miliknya.
Yang bisa ia perlakukan sekehendak  hatinya.
Sesuai kehendak hawa nafsunya.

Ratusan Rakyat ditembak mati bagaikan musuh.
Dengan pesawat tempur perlawanan ingin dibuat lumpuh.
Segala cara pertahankan kediktatoran telah dan akan ia tempuh.
Agar kekuasaan diri dan keluarganya disana tetap langgeng dan utuh.
Sungguh itulah watak seorang tiran pada detik-detik terakhir menjelang jatuh.

IV
Dihari ini.
Kupanjatkan doa dalam kepedihan hati.
Moga diberi kekuatan Rakyat Libya di seluruh Negeri.
Untuk tumbangkan  penguasa yang tidak punya hati.

Kepada-Mu Allah, Sang Penguasa Yang Maha Akbar.
Lindungilah  rakyat di negeri  Mujahid  Umar  Muhtar.
Berilah  mereka  semangat  juang  yang  tak  gentar.
hadapi dentuman senjata yang menggelegar.

Ya Allah, Engkau Maha Besar.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Selasa, 08 Maret 2011

73-2011. Andai Saatnya Tiba

73-2011. Andai Saatnya Tiba

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Hamba tak  tahu  kapan janjiku  dahulu dialam azali.
Hambapun tak tahu kapan datangnya penyempurna hari.
Hamba pasrah  kapan terhadap  ketentuan-Mu untuk kembali.
Karena nyawa di jasad rapuhku hanya titipan-Mu wahai Ilahi Robbi.

Dalam kesakitan yang diredam bak ganasnya arus samudera dalam.
Dan gemuruh seribu kepedihan  didalam  dada  yang diredam.
Dan direlung jiwa tersembunyi masa kecil yang  kelam.
Sungguh kesunyian bagai gurun dari masa silam.

II
Kekasih...
Andai saatnya tiba.
Harus berpisah jiwa dan raga.
Tinggal semua yang disayang dan dicinta.
Hamba ikhlaskan untuk-Mu wahai Sang Pemilik Jiwa.

Kuserahkan anak-anakku  pada-Mu.
Karena mereka  adalah milik-Mu.
Mereka  amanah  dari-Mu.
Mereka hamba-Mu.

III
Kekasih...
Walau sedih dan merana.
Kutahu semua kan berakhir fana.
Jasadku kelak jadi debu didalam tanah.
Hanya belas kasih-Mu kurindu di alam sana.

Hamba tak tahu, mengapa mata tak lagi setajam kilat.
Tatakala nafas memendek dan dada bagai sembilu tersayat.
Hari-hariku dilanda rasa yang mengharu biru dan rasa  kian dekat.
Kelak tiada berdaya dimandikan,dikafani, dan disholatkan sebagai mayat.

IV
Kekasih, terkadang  saat sakit demikian  menekan sempat  daku bersedih.
Teringat tunas-tunas mudaku berjiwa dan bersemangat bersih.
Yang tak tahu sosok idola mereka hidup dalam perih.
Dan akan dibawa sampai kelak tulang memutih.

Kekasih, Siap tak siap hamba pasrah.
Hanya satu mohon dan pinta.
Dengan cinta-Mu ya Allah.
Berilah hamba Ridha.

V
Kelak,bila malaikat suci-Mu bertanya.
Aku berkata bahwa telah kutulis dengan pena.
Peringatan tuk generasi penerusku agar tidak terlena.
Bahwa hidup yang  sesungguhnya  berada nun jauh disana.

Kekasih, hamba  tak  tahu  kapan  semua ini  akan  berakhir.
Karena daku hanya sebutir debu diantara para musafir.
Menangis takut menghadap-Mu sebagai faqir.
dan takut terlunta di Yaumil Akhir.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Minggu, 06 Maret 2011

60-2011. Bumi Yang Menangis

60-2011. Bumi Yang Menangis

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
di awal syair sebut asma-Nya,
bermohon ampun kehadirat-Nya,
atas kerusakan bumi milik-Nya,
karena perbuatan pendurhaka-Nya.

di ujung peradaban yang sekarat,
menjelang mentari terbit di barat,
kiamat  kan datang  telah tersirat,
laut menggelora bagaikan muncrat.

Tanda tertulis kini telah datang,
bumi yang luka telah terbentang,
laku manusia bagai binatang,
hukum Ilahi banyak ditentang.

II
Lihatlah disana bumi yang luka,
hutan  ditebang  sesuka-suka,
bumi dilubang semau mereka,
alam dihina  menjadi  murka.

Tanpa berfikir hutan ditebang,
hujan deras banjirpun bandang,
porak-poranda sawah dan ladang,
tinggallah rakyat bernasib malang.

Karena gundul bukitpun runtuh,
tanah dan batu jatuh gemuruh,
air mengalir kotor dan keruh,
rumah tertimbun hancur seluruh.

III
Polusi terjadi dimana-mana,
di atas bumi didalam tanah,
dalam kandungan bayi terkena,
terkena kanker hidup merana.

Belumlah lagi laku manusia,
begitu banyak anak durhaka,
pada orangtua sesuka-suka,
bagai tak takut api neraka.

Agama dianggap barang usang,
hanya berguna menjelang pulang,
atau dianggap jadi penghalang,
tuk hidup bebas bagai binatang.

IV
Akhir zamanpun semakin dekat,
banyaklah harta tiada dizakat,
kena musibah membuat cacat,
atau menjadi pencandu obat.

Harta tak berkah banyak beredar,
sudah diingatkan tetap tak sadar,
lupalah diri terhadap qadar,
kelak ditanya akan gemetar.

Hidup yang mewah jadi idola,
menjadi Tuhan harta seolah,
Menipu saja orangpun rela,
seolah-olah tiada bersalah.

V
Banyak kabar bayi dibuang,
Hati telah tiada kasih dan sayang,
Hati nurani sudah menghilang,
Besarnya dosa tiada terbayang.

apatah lagi para pesohor,
tak sadar sudah menjadi mentor,
jadi pencandu dan laku kotor,
dimasa tua kelak terkepor.

Bumi ini terus menangis,
Lihat prilaku semakin sadis,
dibawah kendali golongan iblis,
Peringatan-Nya tidak digubris.

VI
Para sahabat marilah sadar,
hidup di dunia hanya sebentar,
nafsu diturut tak kelar-kelar,
bentakan malaikat kelak menggelegar.

Mari tingkatkan amal yang sholeh,
jauhi haram ambil yang boleh,
agar di akhir kelak di toleh,
karena amal baik ditoreh.

Maafkan bila tersalah kata,
atas nasehat sesama kita,
hanya sebagai dakwah semata,
sebelum diri menutup mata.

Inderalaya, Jelang Pagi
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sabtu, 05 Maret 2011

71-2011. R i n d u k u

71-2011. R i n d u k u

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Rinduku...
Bagai rindunya pengikut Musa yang tersesat di gurun sinai.
Bagaikan bayi yang harus pelukan bunda yang membelai.
Bagaikan ladang  subur tumbuhkan rimbunnya  kejelai.
Bagai Qais rindukan  Laila  sampai  jasadnya terkulai.

Dalam cinta yang padamkan api abadi Negeri Persia.
Bawa Panglima  Musanna  Taklukkan  keangkuhan Kisra.
Bagai ibunda musa hanyutkan putra tercinta dalam airmata.
Yang tertoreh dalam catatan abadi  kitab suci sepanjang masa.

II
Rinduku...
Adalah kerinduan yang tersembunyi dalam malunya tumpukan dosa.
Ia berada dalam jiwa seorang hamba yang kadang berputus asa.
Ia pun hadir dalam lembutnya belaian embun malam nan basah.
Juga ada  dalam gejolak jiwa yang takut datangnya siksa.

Dalam gelap dan sepinya malam saat makhluk bumi tertidur.
Terdengar bisik rindu dengan bibir yang gemetar lantunkan tutur.
Mohon  dijauhkan oleh-Nya  dari sakit dan beratnya  siksaan dikubur.
Serta dikaruniai surga yang didalamnya penuh nikmat dan rahmat bertabur.

III
Rinduku..
Adalah kerinduan pada indahnya sebuah janji suci.
Kelak di Padang Mahsyar ada golongan yang terlindungi.
Dari mendidihnya otak dan daging karena panas terik mentari.
Dan dari kebutaan ditengah padang nan luas karena kealpaan diri.

Rinduku kadang sinarnya kelam bagaikan redupnya cahaya pelita.
Yang kesuciannya ternoda oleh buruk dan kelamnya dusta.
Yang tertutup nafsu karena terlena pandangan mata.
dan lupa pada kelak sakit dan pedihnya derita.

IV
Rinduku...
Bagaikan  rindunya  pengembara  pada  oase dalam dahaga.
Bagaikan kilatan para pedang  mujahid yang rindukan surga.
Bagaikan  rindunya ikan  pada bening  dan  dinginnya telaga.
Bagai rindunya sang rajawali terbang diputihnya sang mega.

Dalam kerinduan dan gejolak kehambaan yang tiada istiqomah.
Bermohon hamba pada-Mu wahai sang pemilik Rahmah.
Berikan hamba akhir kehidupan  husnul khotimah.
Dan akhirat yang baik dalam nikmatnya jannah.
Ilahi, selain Engkau, semua akan berakhir fana.

Inderalaya, Perempat Malam
al Faqiir

Hamdi Akhsan.

54-2011. Kekasih, hamba-Mu kurang bersyukur.

54-2011. Kekasih, hamba-Mu kurang bersyukur.

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Dengarlah ratap perih seorang pecundang.
Yang hidupnya jatuh bangun dalam berjuang.
Dalam kasih-Mu yang agung terkadang bimbang.
Dan terlalai ketika kerentaan jasad mulai menjelang.

Dalam cinta yang  bergelimang syahwat ia meratap.
Mohon pada-Mu agar  diberi  iman yang mantap.
Hidup dalam keyakinan  yang  selalu  tetap.
Mengabdi pencipta langit tak beratap.

II
Kekasih...
Hamba malu untuk meminta pada-Mu.
Karena lalai syukuri begitu banyak nikmat-Mu.
Kala  menderita baru memohon pertolongan-Mu
Saat senang tidak menyadari semua datang dari-Mu.

Betapa malunya  diri hamba tatkala datang  sembelit.
Terasa apa yang tak berharga harus dibuang sakit
Bahkan sampai harus diantar pergi ke rumah sakit.
Karena tak syukur nikmat yang dianggap sedikit.

III
Kekasih, sungguh nikmat-Mu tiada terhingga.
Berikan kebaikan tuk seluruh jiwa dan raga.
Rezeki  mengalir melimpah  bak air telaga.
Baik yang sudah tentu atau tak terduga.

Kadang Keyakinan kalah oleh cacing.
Tiada  tangan  dan kaki  organ  penting.
Atau otak dalam kepala dibungkus kening.
Terhadap keterbatasan mereka tak muring.
Sungguh airmata mengalir bila teringat sering.

IV
Kekasih...
Bermohon hamba dengan airmata mengalir.
Mulutku  membisu  dibelai  dingin angin  semilir.
Berilah hamba jiwa dermawan dan jauh dari  kikir.
Yang selamatkan hamba dari dahsyat siksa hari akhir.

Inderalaya, Jelang Malam
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 04 Maret 2011

8-2011. Kebaikan-Mu (Bagian ke-4 : IHSANALLAH).

 
8-2011. Kebaikan-Mu (Bagian ke-4 : IHSANALLAH).

Oleh
Hamdi Akhsan.


I
Kekasih...
Dalam diam seorang hamba bertanya pada diri,
sudahkah engkau hitung nikmat dari-Nya Yang Maha Pemberi.
Yang letakkan energi pada jantung untuk pompa  darah ke urat nadi,
Serta kirimkan oksigen manakala tubuh yang renta  lelap bagai seorang bayi.

Betapa airmata mengalir atas semua kekufuran nikmat-Mu Yang Agung.
Engkau berikan ribuan syaraf yang rumit dalam diri tanpa saling bergulung.
Telinga yang mendengar, mata yang melihat sungguh beruntung.
Betapa  nikmat kebaikan-Mu tiada terhitung.

II
Kekasih...
Rasul-Mu yang agung telah bersabda.
Tentang kebaikan yang tak tampak mata,
Yang seolah seorang hamba dilihat aktivitasnya,
Dan dalam  aktivitas  hidup rasakan  kehadiran-Nya.

Cinta seorang  hamba pada-Mu akan lahirkan keikhlasan.
Bagai seorang ibu yang haru  karena  sebuah tangisan.
Bak rindunya pencinta-Mu syahid dalam peperangan.
Atau bak rindunya seruling bambu dengan tiupan.

III
Betapa zaman telah berikan fakta tak terbantah.
Tentang pencinta yang dapatkan Ihsan-Mu di setiap masa.
Ibrahim Khalil tersenyum dalam lautan api yang panas membara.
atau Zun Nun Al Misri yang rintihnya kumpulkan ikan bawa ribuan mutiara.

Kesertaan-Mu  terpahat dalam  abadinya cinta  mereka yang Engkau pilih.
Rabi'atul Adawiyah kehilangan rasa benci dan hatinya penuh kasih.
Yang miliki abadinya cinta pada-Mu sampai tulang memutih.
Yang  tersenyum  hadapi sakit dan derita tanpa rintih.

IV
Kekasih...
Teringat hamba  pada manusia mulia dari  keturunan yang mulia.
Zainal Abidin As-Sajjad yang tiap detak jantungnya sebut asma.
Setiap  tarikan  nafasnya  tak  pernah  lalai  lantunkan  zikrullah.
Sungguh sebuah  cinta yang  terpatri  dalam tinta emas sejarah.

Bunga-bunga ruhaniah penerima kebaikan Ilahi tertebar sepanjang sejarah.
Ibrahim bin Adham dalam sekarat dikirimi seekor burung tuk beri makan padanya.
ataukah pertaubatan seorang Abu Dzar sang Pengganas padang pasir di zamannya.
Atau tangisan pilu Umar Al Faruq yang syaitanpun tunggang langgang jumpa dengannya.

V
Sungguh penerima  kebaikan-Nya  akan disertai-Nya seberat  apapun coba dan rintangan.
Akan  didatangkan-Nya tentara  malaikat yang  terjun membantu dalam peperangan.
Diberi-Nya makan dan minum bagaikan manna dan salwa dalam derita kelaparan.
Keteguhan  dan ketenangan  yang dinginkan api saat Ibrahim dipembakaran.

Bagi mereka yang menerima kebaikan Ilahi dan karunia kesertaan-Nya.
Tiada   ketakutan,  kesedihan, serta   kecemasan  hidup  atas  mereka.
Yang kuat adalah keyakinan, keteguhan dan kerinduan untuk berjumpa.
Dan mereka pun pasti akan mendapatkan  karunia  Ilahi didalam surga.

Inderalaya, Jelang Malam
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kamis, 03 Maret 2011

61-2011. Syair Ratapan Malam

61-2011. Syair Ratapan Malam

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Betapa kini kidung Suci hamba-Mu Daud telah menghilang.
Angin gurun yang menderu dihadang pencakar langit menjulang.
Padang gembala tempat Uwais Al Qarni sujud telah berdiri puluhan kilang.
sungguh keberkatan bumi para Nabi telah berubah menjadi tempat yang malang.

Kekasih...
Mengapa tidak lahir lagi para ulama yang fatwanya getarkan para pencinta dunia.
Atau Sang Panglima perkasa yang rela syahid bela umat agar tidak dihina.
Atau himpunan Keulamaan dan Kepanglimaan seperti Ibnu Taimiyah.
Yang dengan gagah hadapi tentara mongol di Barisan pertama.

II
Kekasih...
Betapa keindahan dunia dan tipuan umur telah lahirkan kehinaan.
Ajaran  suci-Mu lebih disukai mereka  yang hidup dalam kepapaan.
Di rumah  mereka yang  berharta  kitab-Mu  hanya jadi  pajangan.
Dan bila musibah datang melanda diri rapuh bagai hilang pegangan.

Pada sebahagian lain agama menjadi  objek yang diperdagangkan.
Yang kehebatannya  dinilai dari banyak  sedikitnya menyerap iklan.
Dan Para da'i yang disenangi adalah mereka yang banyak banyolan.
Bukan yang dengan tegas sampaikan kabar gembira dan peringatan.

III
Dalam kehampaan peradaban kini.
Siang berlalu, malam tiba dan datanglah pagi.
Tempat  yang dulu penuh keramaian kini telah sepi.
Dan segala kemuliaan hidup pun ditinjau dari sudut materi.

Tanpa terasa, waktupun berlalu bagaikan anak panah.
Ketuaan melanda jasad setiap insan yang fana.
Yang abadi hanya Robb Maha Sempurna.
sedang diri berkubur didalam tanah.

IV
Betapa banyak manusia tertipu dalam waktu.
Hidup  didunia  dibawah  kendali hawa nafsu.
Menganggap benar banyak aspek yang keliru.
Dan terlena oleh fatamorgana  yang  menipu.

Kekasih...
Dalam tangis ketakberdayaan seorang hamba.
Pada-Mu jua kepedihan diri ini tertumpah.
Sujud  dan  doaku  iringi  sembah.
Agar Iman tiada berubah.

V
Masihkah...
Dada yang sesenggukan dalam pekatnya embun.
Yang matanya basah tatkala memohon ampun.
Yang  menggigil  ingat hari saat  berhimpun.
Dan kumpulkan amal bagai pohon rimbun.

Kekasih.
Selamatkan hamba dari himpitan pedih sakaratul maut.
Yang sakitnya  bagai  akar  pohon yang tercerabut.
Berilah kemuliaan mati sebagai orang dijemput.
Dan jauhkan dari azab yang membuat takut.
Kekasih...pada-Mu jua hamba berpaut.

Inderalaya
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 02 Maret 2011

70-2011. Syair Pendek Pengembara Malam

70-2011. Syair Pendek Pengembara Malam

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Nun jauh diufuk cakrawala malam.
Tatkala langit pancarkan cahaya temaram.
Seorang hamba cucurkan airmata walau mulutnya diam.
Gemuruh dadanya  gambarkan  duka dan kepedihan mendalam.

Dalam sedu sedan yang tak terucap.
Ia tadahkan tangan gemetar berisi selaksa harap.
Agar iman  didalam  dada senantiasa  kuat dan mantap.
Dan memohon ampunan  atas seluruh dosa dan prilaku khilaf.

II
Pelan terdengar bibirnya bisikkan ungkapan hati.
Kekasih, selamatkan hamba dari gelombang sakit disaat mati.
Mudahkan hamba-Mu  tatkala sirath  yang sangat  tajam harus dititi.
Dan hindarkan hamba dari ganasnya cambukan malaikat yang membawa cemeti.

Pelan namun pasti, dadanya  bergemuruh tiada berhenti.
Sedu sedan iringi perjalanan hidup yang merasa tiada arti.
Tangannya gemetar tengadah iringi ngilunya  sendi-sendi.
Tatkala usianya  makin mengarah  ke masa  senjanya hari.

III
Dalam  dinginnya  embun malam  yang merayap pelan.
Tubuh  rentanya mulai  rasakan  sakit dan  kedinginan.
Bibirnya terus ucapkan bisik sampaikan segala keinginan.
Sebagai  manifestasi  rasa takut dan  harap dijalan iman.

Kadang, dalam diam ia berkomptempolasi.
Inginnya berhenti  meratapi hidup sendiri.
Bagai ilalang yang tumbuh di padang sepi.
Pasrah kemana angin akan membawa pergi.

IV
Kekasih...
Dalam rapuhnya jasad yang semakin renta.
Pada-Mu yang Agung hamba berpinta.
Berilah hamba baiknya kabar berita.
Disaat kelak menutup mata.

Al Faqir

Hamdi Akhsan