Rabu, 11 Mei 2011

87-2010. Kidung Seruling Bambu.

87-2010. Kidung Seruling Bambu.

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan

I
Sejak berpisah dengan rumpunnya ia senantiasa bersenandung.
Lantunkan nada-nada cinta kepada tuannya Yang Maha Agung.
Dibawa pergi mengembara melalui padang rumput dan gunung.
Tak pernah merasa letih iringi sang pembawa nyanyikan kidung.

Terkadang lengking nan tinggi suarakan nada kesedihan.
Menyayat hati menembus rimba raya dan lautan.
Seakan rindu pada rumpun ia dipisahkan.
Yang dipisah paksa dari persatuan.

II
Teringat tatkala tumbuh bersama.
Bergesekan  daun dalam  harmoni nada.
Menyatu dalam kepasrahan dan indahnya cinta.
Bagai deburan ombak bergemuruh di samudera raya.

Sejak berpisah dengan induknya ia menyimpan ribuan kenangan.
Tentang indahnya  berbagi cipta dan karsa dalam kebijaksanaan.
Tentang bagaimana sebuah harapan dan kerinduan diwujudkan.
Tentang  terpisahnya  seorang budak yang  cinta kepada Tuan.


III
Dalam sendiri alunan seruling lahirkan kepedihan hati.
Dalam bersama ia bentuk  indahnya harmoni.
Tiada tempat amarah dan rasa benci.
Pasrah diri  pada kehendak Ilahi.

Terkadang ia meratapi nasibnya.
Mengapa ia dipisahkan dari induknya.
Pergi mengembara jalani untuk taqdirnya.
Sampai nasibnya pasti sesuai kehendak pemiliknya.

IV
Adakah  senandung itu akan  menembus jiwa-jiwa yang lembut.
Yang hijabnya telah terbuka melihat kepatuhan alam malakut.
Ataukah nada-nadanya  bak angin sepoi di  padang rumput.
Ataukah akan menyentuh sejenak seperti orang terkejut.

Sejak  perpisahannya  dahulu yang telah lama terjadi.
Ia   jalani waktu  habiskan  masa menghitung hari.
Dan telah jadi niatnya tuk senantiasa memberi.
Sampai berakhir taqdir yang  menghendaki.

Al Faqiir


Hamdi akhsan

0 komentar:

Posting Komentar