Kamis, 30 Agustus 2012

59-2012. Kepada Bangsa Arab


59-2012. Kepada Bangsa Arab

                Oleh
                Hamdi Akhsan


I
Dulu, cahaya Tauhid nan benderang memancar dari Gurun Arabia yang tandus.
Disana ada Imron bin Husain yang berambut merah dan bermata biru datang dari  Rum.
Abdullah bin Salam Yahudi Ahli Taurat yang tersunggur dalam syahadat Tauhid yang getarkan jiwa.
Dan di atas Ka'bah yang mulia Bilal Bin Rabbah Kumandangkan azan proklamasi Kehancuran berhala.

Segala warna kulit dan berbagai bangsa bersatu dibawah panjimu seberangi ganasnya padang pasir.
Rum dan Persia? Sang Maharaja Dunia tunduk dibawah kaki para pengembara surga dalam kehinaan.
Di tanganmu, tergenggam segala kemuliaan dan kejayaan seribu tiga ratus tahun.
Dan memancarlah firman suci-Nya ke empat benua.

II
Tapi segenap keperkasaan itu kini jadi dongeng pengantar tidur saja.
Engkau kembali terpecah dalam kebanggaan kabilah yang dihembuskan racun Yahudi.
Genderang syaitan ditabuh beriring teriakan untuk sombongkan kebanggaan masa lalu.
Sedang musuhmu?mengintai dari berbagai penjuru bak burung nasar menunggu bangkai lezat.

Perlahan harumnya mawar dari kesunyian gurun kehilangan aroma pengguncang dunia.
Puing-puing bisu barak para pengembara surga berganti jadi nyanyian darwis diiringi dentingan senar dawai.
Kubur-kubur diperindah menjadi mesjid-mesjid tempat mengadu dan mencari kemuliaan dunia dari alam kematian.
Dan generasi penerus sibuk dengan pertengkaran-pertengkaran yang sesungguhnya tiada makna.

III
Perlahan, singa-singa gurun berubah jadi kijang betina yang sibuk tunjukkan keelokan lenggak lenggok.
Tertutup sudah naluri  pemburu hebat jadi pemakan rumput di padang nan hijau.
Apatah lagi Universalitas ketauhidan telah tenggelam dalam Arabisme yang sempit.
Dan berlomba dalam kebanggaan semu pertunjukkan kekuatan melalui peperangan sesamamu.

Maka kian hancurlah negerimu, kala bangsa gurun merubah pedang cahaya iman dengan ideologi Baats.
Michael Al-Faq dan Saleh Bitar tebarkan pesona pedang baru yang tidak cocok dibawa pengembara unta Arabia.
Engkau pun teramputasi dalam nasionalisme sempit yang diadu domba.
Terpencar jadi serpih yang dipermainkan singa-singa palsu yang datang dari negeri jauh.

IV
Kian hari, engkau lupa disana terbaring jasad Hawa ibu semua manusia.
Simbol universalitas dan keagungan di bumi tempatmu berada saat ini.
Seharusnya tiada Saudiah, Hasyimiah, dan iah-iah lain yang bermakna tidak untuk semua manusia.
Karena yang ditinggalkan oleh kekasih-Nya adalah Makkah Al Mukarramah dan Madinatul Munawarah.

Betapa sedihnya, di hari ini engkau hanya menjadi pion-pion bangsa yang dahulu begitu biadab.
Di segenap penjuru mereka tak pernah tidur fikirkan cara merampok emas hitam yang mengucur dari bumimu.
Sedang engkau, duduk di singgasana emas dalam kebanggaan dan perhormatan palsu.
Sambil berlomba pertunjukkan jangut dan surban-surban indah bertakhta intan permata.

V
Hari ini Mesjidil Aqshamu dirampas dan diruntuhkan semena-mena dalam diammu.
Tiada lagi Saladin, tiada lagi Qutuz, dan hilang sudah putra-putri Nuruddin Zanki.
Bahkan sebahagian pemimpinmu duduk semeja dengan musuh tertawa terbahak dalam dentingan gelas anggur.
Anggur yang dibeli dari darah rakyat filistin yang tak lebih berharga dari hewan peliharaan.

Ingatlah dulu, Ribuan kilometer Al Mahdi kerahkan ratusan ribu mujahid bela teriakan seorang muslimah di Rum.
Engkau?Ratapan ribuan muslimah Ghaza bak dendang musik indah di telingamu.
Bahkan sumbanganmu untuk kebun binatang di eropa cukup untuk makan rakyat di tanah pendudukan.
Tapi sayang, engkau lebih percaya kalau biaus musuhmu sebagai obat pengangkat kemuliaan.

VI
Wahai putra gurun, pewaris tradisi sebagai penakluk.
Bangunlah, sebelum kehancuran dan penyesalan datang dan engkau lebih terhina lagi.
Hentikan seterumu dengan negeri Salman yang selamatkan kota madinah dengan khandaknya.
Dan berhentilah mempercayai bujuk rayu para penyihir firaun yang susupkan kabbalah.

Kobarkankan lagi samangat badarmu yang rontokkan kesombongan Abu Jahal.
Karena kemuliaanmu terletak pada kekuatan dan harga diri yang terpancar dari cahaya-Nya.
Tinggalkan keindahan-keindahan palsu yang ditawarkan musuhmu, karena itu dulu berasal darimu.
Dan kembalilah pada jati diri sebagai pembawa sinar kebenaran ke seluruh penjuru bumi.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Selasa, 28 Agustus 2012

58-2012. Kepadamu Yang Tak Mencintai Keluarga Rasulullah*


58-2012. Kepadamu Yang Tak Mencintai Keluarga Rasulullah*

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Hari-hari terakhir kudengar sekelompok manusia mengaku sebagai pemilik kebenaran.
Dengan bangganya pekikkan takbir hancurkan makam seorang hamba Tuhan.
Atas nama amarah berkata bahwa itu adalah sumber kemusyrikan.
Tanpa diikuti oleh kebijaksaaan yang jadi ciri orang beriman.

Tahukah engkau hai saudaraku?jasad siapakah di kubur itu?
Disitu terbaring jasad IMAM ABDUSSALAM AL AHMAR Radiyallahu anhu.
Cucu dari cucu seorang hamba yang paling dicintai Allah sejak 800 tahun yang lalu.
Dia lah, cucu Imam Hasan bin Ali, sang cucu kecintaan Rasulullah yang telah kalian ganggu.

II
Mengapa penghancuran Makam Kakeknya Hassan  kalian Ulangi lagi setelah 86 tahun masa*
Tidak cukupkah Hadits  sesungguhnya keduanya pemuka para pemuda ahli syurga.
Tidak cukupkah nasab mulia mereka melembutkan amarahmu didalam dada.
Sampai kepada jasad mereka yang terbujur kaku kalian semena-mena.

Terhadap Firaun yang Zhalim pun Allah berpesan kepada Musa yang mulia.
Agar bersikap baik dan lembut dalam menyampaikan kebenaran lewat kata-kata.
Saudaraku, adakah engkau lebih mulia dari Musa sehingga pada Cicit Rasul kalian tega.
Ataukah keyakinan nafsu sebagai pemilik kebenaran sejati yang telah terpatri didalam jiwa.

III
Saudaraku, tengoklah jauh ke masa silam dalam relung waktu sejarah keemasan peradaban.
Para Mujahid Besar Pembela adalah sufi yang hidup dalam iman dan kesederhanaan.
Salahuddin Al Ayubi menghadap Ilahi tanpa uang untuk biaya penguburan.
Sedang kalian saat ini hidup dalam limpahan minyak karunia Tuhan.

Belajarlah dari sisi hitam Dinasti Abassiyah yang di awal pendirian.
Tatkala Makam-makam Penguasa Daulah Umayah di Syiria dihancurkan.
Dan dalam perjalanan akhir dinasti mereka pun dihinakan dan dipermalukan.
Itulah bagian proses sejarah yang melalui berbagai kejadian telah Tuhan ajarkan.

IV
Saudaraku, bacalah lembaran sejarah tentang Imam Sanusi, Al Mahdi, dan lainnya.
Ikuti kisah perjalanan Mujahid Agung Ibnu Taimiyah dan ulama sesudahnya.
Mereka itu pencinta malam yang senantiasa berzikir cucurkan airmata.
Bersikap tegas terhadap kekufuran dan kasih sayang pada sesama.

Berhentilah bangga dengan pemahaman sepihak tentang kebenaran.
Karena kebenaran hakiki dan mutlak kesempurnaannya hanya milik Tuhan.
Kecerdasan dan kemampuan yang kita miliki semuanya hanyalah sebuah titipan.
Dan kelak saat  menghadap-Nya semua hamba  akan diminta pertanggungjawaban.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

* Syair ini dibuat atas keperihatinan terhadap penghancuran makam Imam Abdus Salam Al Ahmar,
   cicit Rasulullah di Libiya, dihari penghancuran makam Imam Hasan di Baqi 86 tahun yang silam.

 http://indonesian.irib.ir/hidden-1/-/asset_publisher/m7UK/content/di-hari-penghancuran-kuburan-baqi-wahabi-ratakan-kuburan-cucu-imam-hasan-as-di-libya?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden-1%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_m7UK&p_p_lifecycle=0&p_p_state=normal&p_p_mode=view&p_p_col_id=column-1&p_p_col_count=3

Jumat, 24 Agustus 2012

57-2012. Surat Terbuka Kepada Putra Jazirah Para Nabi


57-2012. Surat Terbuka Kepada Putra Jazirah Para Nabi

                Oleh
                Hamdi Akhsan



I
Hari ini kembali dengan  bergidik kulihat di jazirahmu pemandangan yang begitu mengenaskan.
Para pemburu  berpesta pora tanpa harus  lelah acungkan senjata ke kumpulan rusa di hutan.
Karena tanduk tajammu sedang berlaga menusuk perut sesama memperebutkan kekuasaan.
Dan dengan sabar mereka menunggu bangkaimu yang begitu segar dan nikmat berjatuhan.

Dimana kebanggaan para putra  rajawali gurun yang  perkasa dahulu jadi raja angkasa?
Oh,ia telah pergi bersama perginya sebuah generasi yang pernah getarkan tiga benua.
Kumandang pekik takbirnya tak lagi gentarkan musuh bak auman singa gurun sahara.
Karena sesungguhnya ia tak lebih hanya singa yang meyakini dirinya bangsa domba.

II
Di hari ini ramalan hamba yang paling mulia diantara para hamba-Nya terbukti.
Bukan  kelaparan dan  teriknya  matahari gurun  yang mampu lemahkan nyali.
Tapi kucuran emas hitam  dari  dasar bumi yang bawa  kemakmuran negeri.
Dan limpahan kekayaan minyak pemberian Allah itulah yang tidak disyukuri.

Mana nyalimu yang mudah pecah dihadapan burung nazar yang seram?
Seolah engkau  berhadapan dengan  sekumpulan  srigala yang kejam.
Padahal didasar hatinya mereka takuti  kegagahanmu di masa silam.
Yang dahulu bak serbuan badai pasir membawa  panji-panji hitam.

III
Kini,engkau tak lebih hanya buih yang dipermainkan samudera.
Hanya  untuk  bersatu dalam  kata-kata pun  engkau tak bisa.
Apatah lagi kalau kau diserahi tugas berat memimpin dunia.
Seperti tujuh ratus tahun  lamanya  tegak sebuah khilafah.

Putra  Gurun! lumbung-lumbung  padimu kelak akan habis.
Sedang  kau hanya  terbiasa tadahkan  tangan bak pengemis.
Dan dihari ini pun kau biarkan musuh  mencabikmu dengan sadis.
Sungguh kelak hanya penyesalan yang didapat tatkala berakhir tragis.

IV
Percayalah, tiada srigala yang akan  berbaik-baik kepada mangsa dengan tulus.
Tiada kemuliaan rajawali sebelum ia taklukkan  badai gurun yang  berhembus.
Dengan keberanian, kegagahan, dan keteguhan hati kemuliaan bisa ditebus.
Sebagaimana dahulu  seruan  agung Sang Nabi terakhir tatkala ia di utus.

Putra gurun.Sadarlah musuh-musuhmu kini menari dengan gembira.
Dan jazirah tempat leluhurmu akan jadi lautan derita dan nestapa.
Bangkit dan kembalikan  persatuanmu pada jalan Tauhid Ilallah.
Niscaya engkau akan mampu kembali sebagai umat nan jaya.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Sabtu, 18 Agustus 2012

53-2012. Selamat Idhul Fitri 1433 H


53-2012. Selamat Idhul Fitri 1433 H

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Besok adalah hari nan fitri,
berharap puasa kan dibalasi,
diberi ampunan setelah mati,
Selama hidup dijalan Ilahi.

29 hari kita berpuasa,
menahan lapar serta dahaga,
menjaga lidah dalam berkata,
menjaga hati terjauh dosa.

Kepada sahabat dan handai taulan,
setulus hati daku ucapkan,
maafkan diri atas kesalahan,
ampuni segala yang terlalaikan.

II
Berharap diri hidup bermakna,
menjadi satu kata dan amalnya,
jadi teladan anak-anaknya,
dapat di contoh masyarakatnya.

Kepada diri hamba berpesan,
sadarlah diri sebagai insan,
amal yang baik mari kumpulkan,
yang salah-salah mari jauhkan.

Dunia ini hanya hiasan,
kelak sendiri menghadap Tuhan,
hanya berbungkus kain kafan,
yang kan berguna hanya amalan.

III
bulan ramadhan telah berakhir,
segala amal moga terukir,
menjadi modal saat berakhir,
tatkala datang masanya taqdir.

Hidup di dunia tidaklah lama,
Amalan baik harus dijaga,
nafsu diatur sekuat tenaga,
supaya kelak berbuah surga.

Wahai diri, kelak akan berakhir fana,
kumpulkan bekal oleh karena,
supaya bahagia di alam sana,
di akherat kelak tidak merana.

IV
Kepada sahabat hamba ucapkan,
selamat idhul fitri hamba sampaikan,
semoga rahmat Allah berikan,
menjadi baik kita ke depan.

Anak dan keluarga diperhatikan,
sholat yang wajid diutamakan,
akhlak yang baik diteladankan,
yang buruk-buruk mari jauhkan.

Pada Ilahi hamba meminta,
jauhkan diri dari derita,
jauhkan juga maksiat dosa,
berilah ridho nikmatnya surga.


al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 17 Agustus 2012

52-2012. Syair Lebaran (2)

52-2012. Syair Lebaran (2)

               Oleh
               Hamdi Akhsan



I
Inilah syair tentang lebaran,
yang akan datang habis ramadhan,
ditunggu-tunggu orang beriman,
setelah puasa selama sebulan.

Hari ini hari bahagia,
setelah jalani masa puasa,
terdengar banyak canda dan tawa,
serta  maaf ucapan kata.

Banyak orang merasa menang,
lapar dan haus menjadi hilang,
anak dirantau berangkat pulang,
senagnya hati bukan kepalang.

II
Tetapi terbalik hakekat puasa,
harusnya bertambah iman didada,
bertambah pula sifat sederhana,
sebagai wujud meningkat taqwa.

Kasihan sungguh apa terlihat,
sebagian lebaran campur maksiat,
yang tidak boleh tetap dilihat,
yang dilarang-Nya tetap dibuat.

Ada pula yang pamer harta,
untuk belalakkan semua mata,
segala perhiasan dibawa serta,
seakan malaikat sudah buta.

III
Kasihan sungguh yatim piatu,
sedih hatinya sudahlah tentu,
tiada berayah tiada beribu,
tiada pula orang membantu.

Menetes air mata mereka,
melihat sebaya gembira ria,
kian kemari di hari raya,
seperti hidup tiada derita.

Alangkah baik bila teringat,
berilah mereka infak dan zakat,
terhibur tentu akan terlihat,
dicacat pahala oleh malaikat.

IV
Rezeki dibagi pada yang miskin,
dilipatgandakan pastilah yakin,
bertambah kelak harta semakin,
itulah janji Robbul Alamien.

Setelah ramadhan datanglah sawal,
Puasa sebulan jadikan bekal,
'tuk kendalikan nafsu dan akal,
modal menghadap Yang Maha Kekal.

Ibadah wajib mari tingkatkan,
yang sunnah-sunah mari kerjakan,
amal yang buruk mari tinggalkan,
supaya bahagia menghadap Tuhan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

50-2012. Refleksi 67 tahun Kemerdekaan


50-2012. Refleksi 67 tahun Kemerdekaan

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Dahulu di tanah kami pernah muncul para pejuang samudera yang menggetarkan.
Dengan perahu cadik mereka taklukkan angkuh dan ganasnya samudera luas.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dijelajahinya seluruh negeri.
Kukuhkan  keperkasaan dan jati dirinya sebagai bangsa bahari.

Tanah nan subur menjadi rahmat yang tak dimiliki bangsa lain.
Para raja busungkan dada hadapi  penjajah yang memperbudak rakyat.
Tak akan diserahkan lahan subur dan hutan rimba sejengkalpun pada musuh.
Walau segenap bujuk rayu mengatasnamakan industri dan perdagangan antar negara.

II
Tapi kini, negeriku telah menjadi  sebuah barak besar yang  menjadi kuli para investor.
Jutaan kuli bekerja di perkebunan yang sahamnya dimiliki asing melalui bursa.
Jutaan lainnya berangkat menjadi babu dan kuli di berbagai negara.
Yang dengan kepedihan tinggalkan anak bayi dan keluarga.

Begitu banyak yang bangga bila berhasil datangkan pemodal.
Hutan-hutan sumber oksigen dan tempat hewan pun hancur lebur.
Debu, bahan kimia, dikompensasikan dengan sedikit uang untuk hidup.
Sedang keuntungan yang banyak diangkut tanpa sedikitpun yang tersisa.

III
Kelak, tinggallah tanah-tanah gersang dan rusak untuk  generasi penerus.
Negeri yang subur hanya tinggal  kenangan dan cerita sejarah yang manis.
Kebekajatan & sampah budaya,menjadi biasa dan tak lagi dianggap kanker.
Dan tanah-tanah yang terluka karena dizalimi pun akan berikan balasannya.

Negeri ini, telah terjual dalam kebanggaan sesaat yang menyesatkan jatidiri.
Bak perahu yang tiap penghuninya membuat lubang puaskan keserakahan.
Hanya menunggu saat-saat akhir untuk tenggelam dalam kegagalan.
Dan yang tersisa hanya kesedihan dan penyesalan.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Kamis, 16 Agustus 2012

51-2012. Syair Mudik (2)

51-2012. Syair Mudik (2)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Setahun sudah waktu hampir berlalu,
kudengar dendang kerinduan seorang anak,
mengenang cinta ayah dan bunda dimasa kecil,
Rindu, kicau burung desa menembus embun pagi.

Pergi merantau membawa mimpi sering tak seindah realita.
Kadang hati nurani harus dibunuh agar mampu bertahan.
Ketakutan akan terasing membuat idealisme patah.
Dan tinggallah perjalanan hidup tanpa makna.

II
Mudik, sesaat  melepas letihnya beban hidup.
Mencari setetes ketulusan yang tersisa dalam keluarga.
Berharap senangkan orang tua selama nafas masih ada,
atau menatap kubur sunyi dalam lantunan doa.

Adalah kerinduan kadang tak sesuai harapan.
Rencana berbahagia di kampung jadi penderitaan.
Taqdir menghendaki terjadi kemalangan dalam perjalanan.
Tinggallah air mata yang menetes dari sanak keluarga.

III
andai saja, biaya mudik diinfaqkan untuk kaum duafa.
Mungkin negeri ini telah menjadi negeri yang kaya raya.
Tak ada lagi yang tadahkan tangan jadi peminta-minta.
Sebagai bagian dari upaya jadikan umat bangsa nan jaya.

Tapi harapan itu hanya lintasan kosong dari angan-angan.
Betapa sulit mereka yang berpunya ulurkan tangan.
Apa lagi kebanyakan  manusia takut kemiskinan.
Dan dari kecil sifat memberi tidak dibiasakan.

IV
Lebaran menjelang, BBM habis berjuta liter.
Jalan-jalan penuh sesak berdebu oleh kendaraan.
Uang yang dibelanjakan ratusan milyar untuk makanan.
Setelah itu memulai lagi untuk modal mudik tahun depan.

Lingkaran itu bermakna dalam menggerakkan roda ekonomi.
Namun hanya  pada tingkat terendah berbentuk  konsumsi.
Para pemilik modal mengambil keuntungan genjot produksi.
Dan bangsa ini kembali jadi objek pengusahal luar negeri.

Sebuah kerinduan kampung halaman yang begitu mahal.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Rabu, 15 Agustus 2012

50-2012. Syair Kubur (3)

50-2012. Syair Kubur (3)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Syair kuburku akan berlanjut,
berharap diri semakin takut,
tatkala kelak datangnya maut,
segala nikmat akan tercabut.

Setelah jasad insan ditanam,
mulai berubah akan menghitam,
muncullah bau luar dan dalam,
sungguh kejadian begitu seram.

cantik dan gagah akan menghilang,
Begitulah setelah hari berbilang,
meluluh daging meluluh tulang,
berlalu pagi berlalu petang.

II
Malam Pertama membusuk badan, 
dimulai  perut dan kemaluan,
dua yang selalu jadi tujuan,
selama hidup seorang insan.

Rugilah manusia yang tiada takut,
tuhankan kemaluan beserta perut,
semua kan luluh serta mengkerut,
hijau dan hitam warna terliput.

Semua perhiasan tiada guna,
jasad membusuk tiada pesona,
tinggallah diri akan merana,
penuh derita di kubur sana.

III
Malam Kedua membusuk limpa,
hati pun ikut berbau pula,
lambung berair bau sempurna,
paru-paru pun begitu juga.

Hati yang hidup didalam iman,
membuat jasad menjadi nyaman,
diakherat ia kan aman,
dikaruniai tempat surga ditaman.

Lambung manusia akan berguna,
pabila halal dimasukkannya,
dijaga rezeki datang padanya,
dibatasi pula nafsu makannya.

IV
Hari Ketiga semua berubah,
anggota tubuh membengkak sudah,
ada yang membesar seperti gajah,
tak ada lagi yang tampak indah.

Jasad yang gagah sudah berbau,
kalau dilihat pasti kan malu,
sendi-sendi pun menjadi kaku,
mulut terkunci seperti gagu.

Binatang tanah mulai mendekat,
cacing-cacing pun mulai menggeliat,
dengan serakah bangkai dilihat,
untuk disantap begitu nikmat.

V
Setelah seminggu mata pun hancur,
pipi berair tak guna pupur,
lidah si mayat tampak terjulur.
wajahnya seperti hancur lebur.

10 hari sesudah mayat ditanam,
anggota tubuh hancur menghitam, 
semuanya terlihat begitu seram,
itulah taqdirnya hukum alam. 

Masa 2 Minggu Rambutpun rontok,
mata pun kosong kayak tercolok,
habis semua wajah yang elok,
itulah terjadi di hari esok.

VI
15 Hari kemudian sungguh tak nyaman, 
jarak limakilo bau di penciuman,
ulat-ulat pun kan berdatangan,
menyantap mayat jadi makanan.

Jasad yang ada akan berkurang,
sebagian menjadi ulatnya sarang,
sebahagian hitam seperti arang,
sungguh tak lagi seperti orang.

Semakin lama semakin habis,
semua daging kian menipis,
organ dalam pun akan terkikis,
sungguh terlihat begitu menggiris.

VII
Bila sudah 6 Bulan berlalu,
Yang tersisa tulang dan kuku,
beserta rambut saksi yang bisu,
kiamat kelak akan menunggu.

Masa berlalu tanpa terasa
25 Tahun berlalu sudah,
tinggallah secuil tulang yang ada,
ajbudz dzanab (tulang ekor) ia bernama.

Kiamat kelak kan dibangkitkan,
tulang ekor yang dicirikan,
bagai disiram biji tanaman,
jasad kan bangkit sebagai insan.

VIII
Wahai sahabat sesama hamba,
jangan jadikan umur tersia,
manfaatkan baik waktu yang ada,
agar tak sesal dihadapan-Nya.

Semua kelak dipertanggungjawabkan,
waktu yang ada dikemanakan,
harta untuk apa dimanfaatkan,
kesehatan kemana dipergunakan.

syairku ini sampai disini,
moga berguna tuk direnungi,
selama umur masih diberi,
agar bahagia setelah mati.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Senin, 13 Agustus 2012

48-2012. Enam Belas Ribu Bulan Setelah Itu

48-2012. Enam Belas Ribu Bulan Setelah Itu

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih, Masa seribu bulan itu bukanlah waktu yang sebentar dalam kurun manusia.
Kalau ia ukiran di batung karang ditengah gurun pasir, tiada lagi catatan yang membekas.
Tenggelam bak airmata adam yang mengalir selama seribu duaratus bulan.
Atau seperti harapan Ibrahim diberi putra penerus Risalah.

Generasi kini bak burung pipit, entah berapa keturunan telah berlalu.
Berapa pula luas tanaman padi yang telah hilang dalam kesedihan petani.
Namun tiada cerita, tiada catatan yang diukir dalam sejarah kehidupan.
Sirna bak lautan debu di tengah samudera gurun.

II
Kekasih, andai api-Mu masih Engkau tampakkan seperti pada Musa di Lembah Tuwa.
Tentu tak akan ada pengkhianatan Samiri yang berbalut logika sihir sains seperti di hari ini.
Tua muda berbondong akan datang pada-Mu dengan wajah berhias sejuta harap.
Walau harus menempuh gelapnya rimba yang dijaga singa pemakan nan buas.

Namun jarak masa hampir duaribu bulan kaburkan kesejatian cinta itu.
Seolah ia hanya pekikan lemah yang hilang dibawa badai nafsu angkara.
Cahaya-Mu? hanya muncul bak damar buram yang menerangi gelap sesaat,
Dan setelah itu sirna terbawa sihir Hammam dalam kecongkakan akal zaman baru.

III
Kini seribu bulan-Mu tak lagi menyedot para musafir hayati indahnya rasa lapar.
Bak ritual kosong Pendeta Majusi kala api tinggal jadi kumpulan arang panas yang dijaga.
Bukan spirit pembakar peradaban iblis yang menipu dengan keindahan surgawi palsu.
Yang jauhkan para mujahid bak jauhnya ikan dari air yang memberinya kehidupan.

Tuba peradaban yang lelah masih begitu menggiurkan para pencintanya.
Rumput-rumput hijau yang baru tumbuh di musim penghujan pun lupa teriknya kemarau.
Seolah zaman ini adalah kebahagiaan puncak dalam supremasi materi.
Dan terhapus ingatan pada indahnya kehidupan akherat yang abadi.

IV
Kekasih, ini kurun yang lelah menuju jurang nestapa kematian.
Dajjal telah bersimaharajalela lebih dari gelombang dendam Hulagu di bumi penuh rahmat dahulu.
Kalau dulu, para syuhada bermandi darah, kini para penerus habiskan waktu bergembira ria.
Dan kehancuran tanpa sadar telah hampir sempurna di depan mata.

Kekasih, sejenak hamba ingin lepaskan lelah ini dalam diam.
Tapi musuh-musuh-Mu tak pernah letih dengan permainan baru.
Benih-benih muda yyang bernas telah terkontaminasi pertisida dajjal berlumur maksiat.
Dan tak akan berhenti sampai menguasai para pencinta-Mu di akhir zaman.

Hampir enamabelas ribu bulan berlalu sudah, dan kini tiba zaman Ghuroba*

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

*Ghuroba : Islam Asing dimata pemeluknya sendiri.

47-2012. Di Akhir Bulan Ini


47-2012. Di Akhir Bulan Ini

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Moga diakhir ramadhan ini tak ada badai yang akan menyapu kerinduan ini.
Kasih abadi kan terukir bak cinta Qais pada Laila di tengah sepinya gurun.
Harapanku, harumnya  bunga ini akan taburkan bibit  ke penjuru bumi.
Terbang bersama angin dan kelak tumbuh di tanah baru yang subur.

Kelak ketika  cahaya bulan pucat  sinari bibit baru  yang tumbuh.
Dan bianglala pagi berikan energi  padanya tuk menatap dunia.
Seekor burung kecil akan berkicau riang karena ada harapan.
Tempat berhenti kala nafas tak sanggup lanjutkan langkah.

II
Ada hari yang datang dan pergi  dengan segala peristiwa.
Embun pagi menghilang dan esok kembali membawa sejuk.
Seribu tahun, seribu peristiwa  berlalu dalam pusaran  waktu.
Dan manusia datang dan pergi bak butir debu di semesta raya.

Kekasih, izinkan hamba untuk sejenak melepas kepenatan duniawi.
Jasad ini telah begitu ringkih dalam pusaran purnama lima ratus bulan.
Izinkan sejenak hamba pejamkan mata 'tuk mengingat sunyinya kubur.
Agar tertahan segenap duka dan goresan sebelas bulan hilangnya masa.

III
Kini mayang telah berada di tengah jelang masa jadi sendahyang runtuh.
Nafasku telah berada di tepian  waktu dekati  gelapnya tanah hitam.

Kembali ke rumah tanpa jendela dan dinding pulalam yang indah.
Kecuali berteman cacing dan suara jangkrik sambut purnama.

Kekasih, hamba akan layu dan tunas baru akan tumbuh.
Tidur nan abadi  jelang datang dan tiada lagi namaku.
Akan hilang segala lelah menatap semua peristiwa.
Bak  elang gurun  tercabut sayap dan musnah.

IV
Tertinggal di belakangku sebuah generasi baru.
Bak tumbuhnya pohon di bekas pohon tumbang.
Kelak, akan bersinergi dengan kicau burung-burung.
Menatap dinamika  harmoni taqdir  yang harus dijalani.

Kekasih, telah  kuhirup hikmah di balik  banyak  peristiwa.
Hanya permainan badai yang datang dan pergi dalam sunyi.
Ada tawa, pekik, kegembiran, dan airmata sebagai pelengkap.
Dan akhirnya kembali dalam harumnya bau tanah disapu embun.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Sabtu, 11 Agustus 2012

47-2012. Wahai Dunia

47-2012.    Wahai Dunia

                  Oleh
                  Hamdi Akhsan


I
Kekasih,
Daku tak tahu mengapa indahnya mentari tak lagi menyentuh relung hati.
Daku tak tahu mengapa keindahan jiwa ini layu bak  layunya bunga melati.
Daku juga tak tahu mengapa kepekaan dalam  jiwa ini bagaikan telah mati.
Dan mengapa curahan kata  penyejuk jiwa  dari relung  terdalam berhenti.

Kini masa kemarau panjang telah berlalu dan musim hujan pun telah tiba.
Tapi kemana  kemarau jiwa ini akan  kusampaikan  dengan menghiba.
Keindahan dan  ketajaman datang dan pergi bak zaman ghuroba*.
Sungguh terhadap semua keadaan ini ingin menangis hamba.

II
Ingin aku pergi bak elang  gurun di kesunyian  tebing karang.
Akrab dengan bintang-bintang di angkasa luas yang menerawang.
Berjalan jauh bak sang musafir yang tak pernah rindukan jalan pulang.
Bagai seekor burung  pengembara yang pergi  kemana ia ingin terbang.

Kurindukan hidup  yang fahami hakekat dibalik realitas ciptaan perasaan.
Jauh dari keterombang-ambingan  rasa inginkan  mulianya kejayaan.
Tiada terjebak  pemainan ciptaan yang haru birukan perasaan.
Karena semua tidak bermakna bagi kebaikan masa depan.

III
Betapa banyak jiwa yang tertipu oleh permainan palsu.
Pabila menang bertabur puji dan dianggap pahlawan tentu.
Bila kalah tak sesuai keinginan akan dapat serapah dan gerutu.
Betapa tipisnya garis dalam penilaian manusia bila telah seperti itu.

Ingat tatkala rambut putih mulai tumbuh di kepala seorang hamba.
Pertanda hari-hari hidup yang dijalani  mulai masuk masa senja.
Diikuti oleh rontoknya gigi dan rabunnya pandangan mata.
Pertanda masa datangnya kematian hampir pula tiba.

IV
Apalah lagi yang akan dibanggakan seorang insan?
Kala tubuh dingin telah terbukur kaku diikat kain kafan.
Bersiap hadapkan diri pada Ilahi untuk pertanggungjawaban.
Terdiam sendiri dikubur nan sunyi sampai datangnya akhir zaman.

Begitu banyak manusia tertipu dalam panggung kehidupan semu.
Mengejar  kekuasaan dan harta serta  melupakan Ilahi Yang Satu.
Sampai sesal  terlambat dan jasad yang  mendingin terbujur kaku.
Sepanjang masa tinggallah dia dalam sesal serta tangisan nan pilu.

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Senin, 06 Agustus 2012

45-2012. Surat Terbuka Kepada Seorang Hamba Allah (2)

45-2012. Surat Terbuka Kepada Seorang Hamba Allah (2)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Saudaraku...
Di hari ini kudengar lagi keputusanmu yang dikuasai oleh amarah di hati.
Aku tak tahu mengapa seolah tiada lagi kesempatan yang engkau beri.
Atas kesalahan terhadapmu yang dirinya sendiri pun tak mengetahui.
atau memanggilnya untuk disampaikan hal yang tak engkau setujui.

Saudaraku...
Mumpung hari ini Tuhan masih memberi kesempatan buat kita.
Mumpung lidah kita masih belum  kelu untuk sampaikan kata.
Mumpung kalimat yang dapat diungkap belum terbata-bata.
Marilah kita saling  melapangkan sebelum  tertutup mata.

II
Saudaraku...
Manatahu hidup kita yang fana ini tiba-tiba berakhir.
Tak guna lagi harta begitu banyak yang mengalir.
Tak guna lagi  jabatan dan  prestasi yang diukir.
Semua kelak pasti akan diadili di yaumil akhir.

Beri maaf selama  kesempatan masih ada.
Sebelum nafas  tersengal di dalam dada.
sebelum malaikat tiba membawa gada.
Sebelum sesal diri berguna pun tiada.

III
Saudaraku...
Hari ini jelang sepuluh terakhir puasa.
Mengapa  amarahmu  tak luntur di dada.
Mengapa tak kau beri waktu untuk berkata.
Seolah hanya salah saja yang di depan mata.

Di hari baik ini  kusampaikan  kata-kata nasehat.
Pembunuh saja ada batas  hukuman  yang di buat.
Hakim buruk pun ada waktu bela diri  sang penjahat.
Atau engkau tidak takut kezaliman berbalas di akherat.

IV
Saudaraku...
Kekuasaan duniawi yang diberikan Allah hanya titipan.
Ia pun akan pergi  sebelum nyawa lepas dari badan.
Harta yang banyak pun akan habis dan diwariskan.
Dan tinggal  berbungkus kain menghadap Tuhan.

Mengapa masih menyimpan amarah begitu lama.
Tidakkkah membuat dada terasa tidak nyaman saja.
Mari kita saling memberi maaf  dan melupakan semua.
Agar kelak disisi-Nya kita mendapat kebaikan dan pahala.

Ya Allah, maafkan kami yang akan berakhir fana!

Al Faqiir


Hamdi Akhsan

Sabtu, 04 Agustus 2012

44-2012. Syair Nuzulul Quran (2)

44-2012. Syair Nuzulul Quran (2)

Oleh
Hamdi Akhsan


I
Kekasih,
Tujuh belas Ramadhan Seribu Empat Ratus Tiga Puluh Tiga tahun yang silam.
Gemetar seluruh penghuni langit dan bumi kala menyambut datangnya kalam.
Seorang hamba-Mu yang  bertafakkur di gunung sunyi hanya mampu terdiam.
Menerima firman suci untuk  menuntun  kehidupan yang  diridhoi dan tentram.

Betapa beratnya amanah yang Engkau embankan di pundak lelaki pilihan itu.
Ia ketakutan, ia merasa  sendiri, ia tak  sanggup dan  menangis tergugu.
Tiada pembela dan tempat berpaut bagi  seorang putra yatim piatu.
Yang harus berhadapan dengan kuatnya kecongkakan membatu.

II
Ia muncul emban misi sebarkan firman suci di alam raya.
Membawa kembali kejalan-Mu mereka yang teperdaya.
Sadarkan umat akan tak abadinya  kesenangan dunia.
Dan membawa  mereka merindukan  indahnya surga.

Firman-Mu yang agung hancurkan peradaban syaitan.
Segala kekuatan dan kesombongan akali ia hancurkan.
Menata  kehidupan  dunia  ciptakan  sebuah peradaban.
Dan cinta pada-Mu lah yang menjadi inti segala kekuatan.

III
Dari lidahnya yang suci, terucap firman serukan umat manusia.
Yang perintah agungnya telah getarkan seluruh padang pasir arabia.
Yang  didikan qurani di madrasahnya telah lahirkan para mujahid perkasa.
Dan para putra gurun sederhana itu hancurkan kecongkakan rumawi dan persia.

Lebih tujuh ratus tahun  peradaban bersendi firman ilahi terangi segala penjuru.
Di segala penjuru bumi  tinggalan arsitektur dan  sains menjadi saksi bisu.
Segala akal dan pengetahuan dibaktikan pada agama Ilahi Yang Satu.
Sebelum datang masa gelap  dan moralitas  jahili seperti dahulu.

IV
Kini, peradaban bersendiqurani dilemahkan tentara syaitan.
Para pencinta-Mu menjadi asing dan seolah terpinggirkan.
Sebahagian masih  berjuang upaya sebuah  kebangkitan.
Yang  telah  Engkau janjikan  akan tiba  di akhir  zaman.

Di segala  penjuru, para pejuang-Mu  hadapi kezaliman.
Segala pintu ditutup rapat &diisolasi bak buasnya hewan.
Walaupun sedikit mereka dianggap hebat dan menakutkan.
Karena yang  mereka  cari hanya kejayaan dan ridho Tuhan.

V
Seribu empat ratus tahun berlalu, firman-Mu akan kembali jaya.
Di hari ini para pemuda yang  sadar telah lakukan berbagai upaya.
Untuk kembalikan  peradaban Ilahilah di muka bumi agar bercahaya.
Dan dengan keseimbangan materi dan ruhani kehidupan akan bahagia.

Kekasih, kerinduan akan bersihnya bumi  sebagaimana  dahulu kiat kuat.
Dengan ridho-Mu, generasi qurani berjuang dibawah lindungan malaikat.
Kejayaan niscaya akan datang sekali lagi sebelum datangnya hari kiamat.
Dan kebenaran-Mu akan menyelamatkan umat manusia di dunia akherat.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

43-2012. Syair Mudik

43-2012. Syair Mudik

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Inilah syair tentang mudik,
untuk semua kakak dan adik,
yang tak sekolah dan yang terdidik,
orang terpandang dan orang udik.

Haha, jelang lebaran selalu terjadi,
semakin lama semakin jadi,
tak jera kena berulang kali,
walaupun banyak yang sampai mati.

Sekarang sudah jelang lebaran,
orang pun sudah tidak sabaran,
karcis pun sudah ludes dipesan,
sudah disewa pula kendaraan.

II
Hadow, lihatlah itu di kereta api,
nenek-nenek pun setengah mati,
terjepit badan disana-sini,
sendal putus pun tidak peduli.

Pesta pula si tukang copet,
mendekat-dekat lantas memepet,
satu beraksi satu menggencet,
tuhhh, melayang semua isi dompet.

Kampretttt, apa kalian tidak puasa,
cuma mencopet kalian bisa,
peras keringat sampai berbusa,
sungguh kalian tak takut dosa.

III
Belumlah lagi nanti di jalan,
pastilah lapar dan kehausan,
tidak puasa pun dibiasakan,
demi berkumpul handai taulan.

Haha, memang asyik mudik lebaran,
ada yang ingin bikin pameran,
di pasang semua tu perhiasan,
seperti toko emas berjalan.

Belumlah lagi mereka yang sukses,
lembaran rupiah dihambur beres,
isi kantongnya semua ludes,
pulang kembali sungguh ngenes!

IV
Kasihan sungguh negeri tercinta,
menjadi kabur hikmah puasa,
akhir ramadhan berubah makna,
ajang hamburkan uang dan harta.

Kue di rumah bertumpuk-tumpuk,
hiasan di pasang berbagai bentuk,
diganti baru cat yang lapuk,
petasan berdentam hiruk-pikuk.

Belumlah lagi dengar berita,
para pemudik yang menderita,
kabar kecelakaan jadi biasa,
rencana gembira jadi derita.

V
Mari sahabat kita renungkan,
mudik janganlah dibiasakan,
uang yang ada mari hematkan,
untuk dipakai tuk kepentingan.

Sekali-kali tentulah boleh,
sebagai wujud si anak sholeh,
bawalah ke kampung oleh-oleh,
tapi tetaplah tampil semeleh.

Kalau memberi pilih-pilihlah,
yang tidak butuh mari dipilah.
yang memang butuh utamakanlah,
niat dijaga janganlah salah.

V
syairku ini sampai disini,
jangan tersinggung dina dan dini,
hanya ingatkan titah ilahi,
agar ramadhan jadi berarti.

Latihan sebulan agar membekas,
sederhanalah dan mudah puas,
diberi nikmat bersyukur lekas,
terhadap harta berlaku pantas.

Semoga syair ini berguna,
sebagai dakwah dalam agama,
terjauh dari beratnya dosa,
menjadi amal serta pahala.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Jumat, 03 Agustus 2012

42-2012. Syair Rindu Untuk ayah (3)

42-2012. Syair Rindu Untuk ayah (3)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Ayah, duapuluh  lima tahun berlalu sudah  berlalu sejak kita berpisah.
Dipelupuk mataku selalu terkenang masa-masa yang begitu indah.
Ikuti sosokmu yang berwibawa berangkat mengajar ke sekolah.
Atau pandang wajah  letihmu di sore hari  pulang dari sawah.

Tiba-tiba, rentang jarak begitu jauh telah memisahkan.
Merantau anakmu untuk merajut cita dan harapan.
Berbekal doamu & ibu kujalani hidup dirantauan.
Berharap  kelak  pulang  bawa  kebanggaan.

II
Suatu siang, datang berita  kau  telah pergi.
Untuk selamanya dan tak akan pulang kembali.
Menghadap Tuhan kita Ilahi Robbi Yang Maha Suci.
Sebagaimana dahulu janji yang telah ada di alam azali.

Ayah, sungguh  berjuang sendiri  membuatku  kadang bersedih.
Kutahan kecengengan dan kerapuhan walaupun  membuatku letih.
Walau sering dada ini ingin meledak dan di dalam terasa begitu perih.
Dan diri ini  kembali kuat  manakala mengingat  semangatmu yang gigih.

III
Ayah, duapuluh lima tahun  bukanlah waktu yang  sebentar kita berpisah.
Kini jasadku pun mulai rapuh dan menua  sebagaimana dahulu ayah.
Banyak peristiwa yang membuatku hanya terdiam dalam resah.
Dan mulut ini  harus banyak  diam tak  tumpahkan amarah.

Maafkan anakmu yang terkadang lalai mengirim doa.
Ampuni anakmu yang masih sibuk dengan dunia.
Untuk sesempurnamu  dahulu diri ini tak bisa.
Karena kita memang hidup berbeda masa.

IV
Ayah, berbahagialah engkau disisi-Nya.
Anakmu berharap kelak kita bisa bersama.
Hidup disisi-Nya dalam  ampunan dan bahagia.
Sebagai hamba-hamba yang diridhoi dijalan Taqwa.

Hari ini, hanya doa manifestasi  rindu yang kusampaikan.
Kelak gejolak hidup ini pun akan  berakhir dengan kematian.
Sebagai akhir perjalanan  musafir  yang hidup dalam kefanaan.
Yang telah terlihat dalam  pandangan kala lalui  sunyinya kuburan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Rabu, 01 Agustus 2012

40-2012. Kepada Para Pendusta (2)

40-2012. Kepada Para Pendusta (2)

               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Hari ini, kau datang pada putra putri kami membawa tuba kehidupan yang berwujud madu.
Atas nama industri kau  relokasi  pabrik yang pancarkan  sesaknya asap dan debu.
Seolah, tanpa bahan kimia dan polusi negeri kami  bukan negeri yang maju.
Sebagaimana kebanggaan  tradisi nenek moyang kami zaman dahulu.

Kerbau, yang membawa kotoran penyubur sawah telah terpinggirkan.
Atas nama moderenitas, engkau datangkan traktor dalam bidang pertanian.
Bahan bakar yang boros serta polusi pupuk kimiawi di persawahan engkau berikan.
Dan trilyunan uang para petani negeri kami yang hidup dalam kemiskinan engkau dapatkan.

II
Belum lagi berbagai bahan plastik yang  mengandung racun berbahaya  engkau populerkan.
Menggantikan daun-daun yang banyak di negeri kami untuk pembungkus makanan.
Rimba beton yang  panas dikerubuti  kotak-kotak AC pun engkau budayakan.
Menggantikan rimbunnya pemohonan negeri katulistiwa karunia Tuhan.

Di negeri kami, bangsa ini begitu berprasangka baik kepada musuhnya.
Bak kagumnya anak ayam pada sang elang berhati busuk akan memangsanya.
Tak sadar ia hanya jadi objek yang diperas segenap kekayaan sumber daya alamnya.
Sedang bangsa yang begitu besar hanya menjadi pembeli dan buruh dari musuh-musuhnya.

III
Di hari ini, Mayoritas penduduk  negeriku berkiblat  padamu karena  hilang rasa percaya diri.
Tak sadar sesungguhnya mereka itu Singa yang dibesarkan dengan keyakinan sapi.
Taring mereka yang tajam dan kuat tak pernah dilatih berburu sebagai tradisi.
Sampai mati mereka tetap sebagai hewan padang rumput yang diikat tali.

Disana, engkau berdiri congkak dan puas melihat bangsaku menjadi buruh.
Kalian dengan segenap strategi yang halus membuat kami tetap memeras peluh.
Tak sadar menganggapmu sebagai pahlawan pemberi gaji, bukannya sebagai musuh.
Sungguh kasihan sekali nasib sebuah negeri apabila kebanggan dan harga diri telah runtuh.

IV
Engkau panggil putra-putri terbaik negeri kami untuk dicuci otaknya dengan cara berfikirmu.
Sehingga bila mereka sampaikan  kebaikan dan  kebenaran akan dianggap musuhmu.
Disana engkau tersenyum melihat agen-agen yang dibayar gratis lakukan misimu.
Dan segenap hasil kekayaan alam negeri ini masuk ke dalam pundi-pundimu.

Atas nama globalisasi, jutaan hektar lahan di negeri ini  telah engkau kuasai.
Nasib ratusan juta masyarakat kami yang jadi buruhmu terhina engkau tak peduli.
Yang penting kebutuhan makanan dan keperluan  hidup sehari-hari mereka tercukupi.
Sedang produk yang engkau buat dengan harga yang telah berlipat ganda harus kami beli.

Sungguh, kebusukanmu sebagai penjajah tak pernah berhenti.


Al Faqiir


Hamdi Akhsan