Minggu, 05 Juni 2011

70-2010. Syair Untuk Kekasih (1)

70-2010. Syair Untuk Kekasih (1)

               Oleh
                Hamdi Akhsan

Kekasih...sedihnya hati ini.

Kekasih...

Raungan pilu siamang malam di rimba kini tak lagi terdengar,
bersama tumbangnya pohon yang hingar bingar,
Runtuh pula sarang burung manyar,
dan tiada lagi bunga mekar.

Tiada lagi tempat untuk ular-ular bersarang,
karena ia telah pindah ke dalam dada banyak orang,
yang tanpa bahaya yang mengancam tiba-tiba menyerang,
dan ketika yang teraniaya hancur ia berteriak dengan nada girang.

Ketika zaman berganti, punah pulalah buaya disungai-sungai,
dikalahkan kerakusan yang berada didalam jiwa dan wajah yang menyeringai.
Yang sanggup tertawa-tawa melihat gumpalan darah dan air mata saudaranya mati terkulai,
Wahai kekasih,kami telah lalai.

Kekasih...
Kini telinga makhlukmu sudah tuli karena tebalnya dinding-dinding tembok rumah mewah,
Yang banggakan harta dan menepuk dada dengan jumawa,
Sampai, uangpun terhambur agar bisa tertawa,
sedang didalam,kehampaan jiwa.

kini pencinta-Mu telah menghilang,
Pergi jauh bagaikan angin menghembus bunga ilalang,
Mereka takut, bila bersama kami kelak terlupa jalan pulang,
ketika maut kelak datang menjelang.

Kekasih...
Kini malam-malamku telah jauh dari derai airmata rindu,
berganti dengan detakan keyboard dan gesekan buku,
Semakin hari, kepedihan membuatku tersedu,
Kekasih...hamba rindu.

Rinduku,
bagaikan ombak dan pantai bisu,
atau bagaikan desiran angin lembut yang berlalu.
bersinergi dalam dekat dan jauh bak alunan yang padu,
kekasih...hamba rindu.

Kekasih...
Rinduku tiada sebanding dengan bisikan cinta seorang Rabiatul Adawiyah,
Ataukah Al barak Bin Malik pria berbaju lusuh dengan bekas ratusan mata pedang ditubuh karena mengharap ridha,
rinduku tak setitik noktah, ditengah luasnya gurun  pasir sahara.
dan sering hanya sebatas kata.

Betapa ingin daku mencari tanda-tanda kasih-Mu dikesunyian dan kegelapan malam,
tapi jasad rapuh hanya mampu getarkan bibir menahan tangis terpendam,
Pelita cintaku semakin redup dalam diam,
tidak seperti dimasa silam.

Kekasih, sedihnya hati ini.

Al Faqir

Hamdi Akhsan.

Kekasih...kemana lagi hamba harus mengadu?

0 komentar:

Posting Komentar