Kamis, 23 Juni 2011

201-2011. Kidung Cinta Seorang Ayah


201-2011. Kidung Cinta Seorang Ayah
            Oleh
            Hamdi Akhsan

 









I
Anakku.
kini hari-hariku tinggal sebuah masa bertahan.
Segala cita-cita besar yang pernah ada telah dikuburkan.
Jalani hidup menjelang ujung perjalanan.
Bagai musafir lelah yang ingin berhenti di kerindangan.

Tapi itu hanya cita dan khayalan.
Beban punggung yang berat tak bisa dicampakkan.
Kepedihan hati tak mungkin diungkapkan.
Karena harus mengemban yang telah diamanatkan.

II
Ada kecemasan menggelayut dalam perjalanan hariku.
Tentang betapa lemahnya generasi penggantiku.
Segala kemudahan dan kecukupan terhidang disitu.
Bukan perjuangan berat bagai mengukir diatas batu.
...
Sedang tantangan sejatinya sangat berat.
Hampir disemua lini peradaban dajjal sudah menjerat.
Yang mampu bertahan hanya yang ilmu dan imannya kuat.
Sedang sebagian besar telah sekarat.

III
Lihatlah,betapa di segala penjuru bumi manusia telah bersiap.
Menyambut peperangan akhir zaman yang harus dihadap.
Berpihak pada kebenaran atau kegelapan adalah pilihan sikap.
Tapi umat pilihan ini hanya terdiam dan gagap.
...
Mengapa diam dalam keterlenaan.
Tanpa menyadari musuh telah dihalaman.
Sedang negeri-negeri muslim sibuk dengan tarian.
Dan para pemimpinnya berlomba timbun kekayaan.

IV
Ada ketakutan akan muncul azab yang dahsyat.
Karena telah meratanya kedurhakaan dan maksiat.
Mereka yang benar dimanipulasi sehingga tampak jahat.
Sedang pengikut dajjal disanjung bagai malaikat.
...
Inilah pertanda nyata akhir zaman.
Tatkala yang salah dianggap kebenaran.
Penyeru ayat-ayat Tuhan banyak dipenjarakan.
Sedang para pendusta agama dijadikan panutan.

V
Masa-masa kejayaan adalah pilihan.
Yang tak akan didapat dengan kelemahan.
Jadikan sejarah masa lalu sebagai pelajaran.
Bahwa penguasa dunia adalah pemenang dalam peperangan.
...
Tak akan anak singa lahir dengan pendidikan hewan pemakan rumput.
Tak akan kejayaan datang sendiri tanpa dijemput.
Mereka yang perkasa dan berharga diri lah yang akan disambut.
Dan menjadi perbincangan para bidadari di alam malakut.

Al Faqiir

Hamdi Akhssan

0 komentar:

Posting Komentar