Jumat, 24 Juni 2011

205-2011. Surat Anak Rantau (2)


205-2011. Surat Anak Rantau (2)
            Oleh
            Hamdi Akhsan

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 I
Ibu,
Ketika beban jiwa ini begitu sesakkan dada.
Kumampu hanya ungkapkan kepedihan dengan airmata.
Teringat ibu begitu tegar lalui segenap peristiwa.
Betapa hangat pelukmu yang mampu obati luka.

Betapa kurindu tangan lembut yang membelai tatkala malam.
Yang kini mulai gemetar bekas kerasnya juang dimasa silam.
Yang kala perih,tetap tersenyum dalam diam.
Ibu,semua engkau pendam.

II
Ibu,
Kadang gemetar langkahku takut jalani kehidupan.
Kecut jiwaku berhadapan dengan kezaliman.
Menangis daku ditekan oleh kekuasaan.
Sungguh berat prinsip yang harus kupertahankan.

Kurindukan keindahan saat kita bersama.
Kaki-kaki kecilku mengikuti langkahmu di pematang sawah.
Mengejar burung pipit yang terbang ke tengah rimba.
Sungguh keindahan yang tersimpan di relung jiwa.

III
Ibu,
Dalam letih karena seharian bekerja.
Kudengar senandung doamu yang tulus dari dalam dada.
Mengalir dari hati emasmu yang bersahaja.
Ibu, darimu kupelajari indahnya cinta.

Ibu, senandung doamu sering muncul dalam kenangan terdalam masa laluku.
Getarkan kerinduan dalam relung jiwa terdalamku.
Ingat semuanya mengalir airmataku.
Ibu,engkau ajarkan tentang cinta yang penuh pengorbanan padaku.

IV
Kini, diusiamu yang dekati angka tujuhpuluhan.
Dan hari-harimu yang dipenuhi hiasan Alquran.
Doa-doa mustajabmu selalu kuharapkan.
Agar hidup anakmu selalu dalam ridho Tuhan.

Ibu,
Di hari-hari jelang kepergianmu.
Di penghujung waktu jelang kepulanganmu.
Di senja kehidupan hidup duniamu.
Berilah ridho atas pengorbanan pada anakmu.

Ibu,kasihanilah anakmu.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar