Minggu, 05 Juni 2011

61-2010. Syair Negeri Bencana II

61-2010. Syair Negeri Bencana II


               Oleh
               Hamdi Akhsan.



PENGANTAR
Beberapa kejadian menarik akhir-akhir ini seperti terungkapnya kasus "tahanan elit, prilaku pejabat yang keluar negeri saat bencana melahirkan keperihatinan banyak pihak. Inilah syair sebagai curahan kegundahan atas semua kejadian demi kejadian tersebut.moga manfaat!

I
Kumulai syair dengan Bismillah,
bermohon ampun kepada Allah,
asal segala makhluk bermula,
sampai kelak berakhir pula.


Syair ditulis karena gundah,
musibah besar datang melanda,
karena gempa bumi terbelah,
Tsunami datang lautan murka.

Belumlah lagi gunung berapi,
hanguskan lahan membakar bumi,
orang menjerit pilukaan hati,
jasad terpanggang terkapar mati.

II
Wahai Allah kami tengadah,
mengapa bencana tak pernah sudah,
silih berganti datang melanda,
pisahkan anak dengan ibunda.

Apakah doa tak guna lagi,
ataukah nista melumur diri,
atau karena hebatnya korupsi,
atau.. sex bebas bagaikan sapi?

Baru sebentar Tsunami datang,
gempa yang dahsyat menimpa padang,
wasior juga terkena bandang,
di jawa awan panas menghadang.

III
Dikala orang banyak meratap,
tangisi langit tiada beratap,
banyak pejabat tega bersantap,
dengan hidangan mewah nan mantap.

Wakil rakyat banyak berkata,
sebagian kunjungan sambil wisata,
sebahagian lagi menutup mata,
tinggal orang kecil yang menderita.

Didepan tivi banyaklah pakar,
yang selalu sibuk menakar-nakar,
seolah mudah semua yang sukar,
awas!jangan bohong,nanti dibakar.

IV
Lain pula yang sok simpati,
datang bawa mie berpeti-peti,
minta disorot wartawan tivi,
untuk bangkilan pemilu nanti.

Rakyat tak butuh analisa,
penting bantuan dapat dirasa,
supaya kurang beratnya susah,
supaya jangan berputus asa.


Disaat rakyat bersedih hati,
ada pejabat ke luar negeri,
membawa serta anak dan istri,
Untung...nggak bawa sekalian biri-biri.

V
Sungguh parah negeri tercinta,
banyak rakyat yang menderita,
pengungsi juga terlunta lunta,
tapi pejabat ada yang sibuk cuci mata.

Betapa jiwa hamba berduka,
takut kelak Allah kan murka,
diberinya segala malapetaka,
negeri yang makmur tinggal cerita.

Kalaulah Tuhan tidak didengar,
diingatkan malah menjawab sangar,
mata mencorong sampai bersinar,
seolah hanya mereka yang benar.

VI

Rakyat sengsara tiada perduli,
yang penting puas hasrat membeli,
mobil ditukar berkali-kali,
akhir pekannya sering ke Bali.

Uang negara banyak terhambur,
bangunan mahal sebentar hancur,
uangnya dipakai pergi berlibur.
Masya Allah...tunggulah kelak balas dikubur.

Hukumnya juga menjadi lucu,
penjahat kere pakai belacu,
penjahat kakap bisa bergincu,
sambil keluar memakai kacu.

VII
Contoh dahulu banyak terjadi,
firaun perkasa jadi tragedi,
tenggelam dilaut akhirnya mati,
ratap sesalpun tak guna lagi.

Terkenal pula nama Jenghis Khan,
Kaisar yang gagah tak terkalahkan,
matipun ia Allah hinakan,
jatuh dari kuda Dia jadikan.

Terkenal pula Iskandar Agung,
sakit hebatnya menutup gunung,
tapi matinya tiada beruntung,
mayat dibawa tangan tergantung.

VIII

Mengapa manusia tak bertafakkur,
segala laku pasti diukur,
oleh malaikat yang tidak tidur,
tak takutkah di Mahkamah-Nya kelak tersungkur?

Orang bijak pernah bertutur,
negeri kita sangat teratur,
semua yang ada bisa diatur,
asalkan uang jadi pengukur.

Kalaulah orang masuk penjara,
harusnya bisa membuat jera,
tapi karena cuma bergarah, (garah=bermain)
setelah keluar semakin parah.

IX

Pilkada langsung membuat rusak,
diincar betul rakyat terdesak,
merayu si calon terisak-isak,
setelah terpilih!semua digasak.

Kasihan betul negeri tercinta,
azab yang datang makin merata,
agama dipandang sebelah mata,
yang dihargai hanya orang berharta.

Kerja pe en es dianggap hebat,
tak sadar orang sampai tersesat,
sogok ditabur berkebat-kebat,
lupalah ia kalau dicatat malaikat.

X

Orang yang benar banyak diejek,
orang yang baik menjadi jelek,
yang dipakai bila pintar membebek,
Masya Allah...nanti kalian disambar gledek.

Aturan Ilahi banyak dilanggar,
hukum dibuat nafsu diumbar,
ada yang pesanan negara besar,
ada pula maunya pembesar.

Wahai Tuhan Ilahi Robbi,
jauhkan bencana yang besar lagi,
sadarkan mereka yang lupa diri,
agar kembali ke jalan Islami.

XI
Di gunung dan pantai tempat wisata,
aturan agama sering dinista,
minuman dan aurat menyesak mata,
maksiat tersebar sudah merata.

Karena sekarang bencana terbatas,
pantai dibawah gunung diatas,
terlena orang dataran luas,
seakan pasti akan terlepas.

Sahabat semua mari renungkan,
angin dan badai tentara Tuhan,
setiap saat Allah datangkan,
ketika tak mau diperingatkan.

XII

Sejarah sudah banyak ajarkan,
tubuh yang kuat kan dihancurkan,
seperti kaum hud diperbukitan,
tak guna rumah batu yang dibanggakan.

Piramid mesir tertutup pasir,
tinggallah mummi yang sudah afkir,
kalau sudah begini cara berakhir,
apalah guna hebatnya sihir.

Sejarah sudah banyak ajarkan,
betapa mulia pencinta Tuhan,
negeri yang subur Allah rahmatkan,
hati rakyatnya Dia tentramkan.

XIII
Negeri kita dilingkar laut,
naik sedikit membawa maut,
air meninggi akan bertaut,
apa yang ada pasti kan hanyut,

Mari berhenti banyak bermain,
atau bersandar pada yang lain,
datangnya azab pastilah yakin,
karena terzalimi mereka yang miskin.

Ciri bencana akan melanda,
penguasa hidup berfoya-foya,
sedang rakyatnya hidup sengsara,
walaupun usaha segala daya.

XIV

Sahabatku,
hidup di dunia tidaklah lama,
nikmat akherat lebih utama,
betapa azab dikubur lama,
di padang mahsyar azabnya sama.

Kepada diri hamba berpesan,
hiduplah diri sebagai insan,
berharap kelak dapat balasan,
surga yang indah berperhiasan.

Biar dunia berubah sudah,
mohon terjaga iman didada,
modal kelak setelah tiada,
menghadap Allah yang Maha Ada.

XV
PENUTUP
Terakhir hamba bermohon pamit,
inilah pesan walau sedikit,
supaya kita semua bangkit,
sebagai bangsa yang sedang sakit.

Kepada Allah kumohon ampun,
atas ibadah yang kurang tekun,
iman dan nafsu kadang tak rukun,
Ya Allah.lindungi hamba kelak dihari berhimpun.


Hamba yang fakir

Hamdi Akhsan.
Bencana angin taufan

0 komentar:

Posting Komentar