Minggu, 05 Juni 2011

67-2010. Syair Haji

67-2010. Syair Haji

               oleh
               Hamdi Akhsan



I
Kumulai kata dengan Bismillah,
Hadapkan hati kepada Allah,
Sumber segala asal bermula,
Sampai kelak ditiup sangkala.

Bermula dari batin merindu,
Lukisan ka’bah ingat selalu,
Terbayang pagi,siang dan dalu
Didalam hati terasa pilu.

II
Dimasa muda tertanam niat,
Untuk segera tunai amanat,
Kunjungi tempat umat berkiblat,
Kerjakan rukun islam terberat.

Ketika sudah mulai bekerja,
Mulai niat kuat membaja,
Kumpulkan rezeki berapa saja,
Dengan amanat dan bersahaja.

Niat yang kuat datangkan rezki,
Bekerja keras tangan dan kaki,
Lembah dan gunung akan didaki.
Cukupkan biaya istri dan laki.

III
Alhamdulillah kata terucap,
Dana terkumpul azam ditancap,
Pergi haji ka’bah diancap,
Borang diisi paspor di cap.

Berangkat pergi bersama istri,
Bunda diajak wajah berseri,
Bertiga pergi berangkat dari,
Palembang asal kami terpatri.

Pergi berangkat tinggallah waktu,
Harta dan anak tinggallah tentu,
Bagaikan sudah yatim piatu,
Segala rasa campur bersatu.

IV
Berangkat kami duaribu sembilan,
Bersama istri dan ibu seorang,
Bersama jamaah tujuh ribuan,
Diantar orang dengan lambaian.

Berangkat kami di Zulkaidah,
Keloter tujuh kami berada,
di kota jeddah sampailah sudah,
menyesak rindu didalam dada.

Airmata pun deras mengalir,
Sepanjang jalan terpandang pasir,
Hati dan jiwa rasa berdesir,
Jedah-madinah sekali mampir.

V
Sampailah jamaah ke kota Madinah,
Kota yang indah bikin terpana,
Jamaah tersebar dimana-mana,
Tangis terpancar rindu karena.

Bersegera pergi ke mesjid nabawi,
Tuk mengejar fadhilah ukhrowi,
Sembahyang fardhu empat puluh kali,
Demikian hadits sahih dirawi.

Mesjid nabawi begitu indah,
Luasnya sudah berlipat ganda,
Kalau tak bisa mengingat tanda,
Akan tersesat pastilah sudah.

VI
Habis sembahyang kunjungi rasul,
Sangatlah ramai susul menyusul,
Bersholawat orang tuk bertawasul,
Doa dipanjat sholawat disusul.

Doa mengalir terucap deras,
Di raudhah orang menangis keras,
Doa dan harap terdengar jelas,
mengharu biru sambil memelas.

Disela waktu pergi ziarah,
Jejak sang nabi pasti diarah,
Ke bukit uhud perang terparah,
Ke Mesjid Quba juga mengarah.

VII
Bertemu umat seluruh dunia,
Wajahnya bersih terang cahaya,
Senyum mengembang tak ada sara,
Itulah indahnya kalau saudara.

Sembilan hari di kota madinah,
Tanpa terasa waktu yang fana,
Bergegas kan pergi tinggalkan tanah,
Menuju ka’bah di mekkah sana.

Rombongan tertib berkendaraan,
Pakaian ihram sudah dikenakan,
Mengambil mikad harus dilaksanakan,
Larangan ihram sudah diingatkan.

VIII
Sepanjang jalan baca talbiyah,
Tegarnya diri seakan tergoyah,
Menangis diri teringat ayah,
Yang telah besarkan bersusah payah.

Sepanjang jalan penuh berbatu,
Siangnya sangat panaslah tentu,
Rasul ke sana berteman satu,
Berminggu-minggu memakan waktu.

Ketika beranjak ke ujung malam,
Sampailah kami ke tanah diidam,
Semua jamaah larut terdiam,
Pesona ka’bah bikin terdiam.

IX
Pergilah kami ke lampu tanda,
Mulai tawaf pastilah sudah,
Mulut berzikir sepenuh nada,
Mata menangis sangatlah indah.

Tujuh kali keliling ka’bah,
Diakhiri sholat sang hamba,
Terucap pinta dengan menghiba,
Agar akhlak buruk berubah.

Setelah itu pergi ke safa,
Untuk sa’i tanpa terompah,
Turun bukit hitung berapa,
Sampai ke marwa kembali ke safa.

X
Tujuh kali jalani sa’i,
Badan letih tiada perduli,
Rambut dipotong supaya suci,
Duduk bersimpuh nyaman sekali.

Setelah itu mencari tempat,
Memandang ka’bah hendaklah dapat,
Sholatlah sunat berlamat-lamat,
Wahai Ilahi sangatlah nikmat.

Setelah sholat baca Alquran,
Kalaulah haus banyak minuman,
Berasal dari airnya zamzam,
Yang tak kering sepanjang zaman.

XI
Kalaulah ingin sampai ke subuh,
Pergi ke bawah baringkan tubuh,
Ketika waktu azan ditabuh,
Orangpun kembali ramai gemuruh.

Ramai dan banyak tak habis fikir,
Setelah subuh orang berzikir,
Tak pilih kaya ataupun fakir,
Tak pilih dermawan ataupun kikir.

Setelah dhuha pergi keluar,
Banyaklah orang tawar menawar,
Belilah susu dan roti tawar,
Mudah dimakan mubazir sukar.

XII
Kalaulah bisa ke hajar aswad,
Tanamkan niat yang sungguh kuat,
Janganlah zalim turutkan syahwat,
Agar prilaku tidak kelewat.

Pergilah juga ke hijir Ismail,
Sholat sunnah doa diambil,
Walaupun capek badan menggigil,
Tapi bahagia sudah dipanggil.

Sempatkan juga memegang ka’bah,
Tapi bukanlah untuk disembah,
Panjatkan doa dengan menghiba,
Agar keburukan bisa diubah.

XIII
Wahai saudara muslim sekalian,
Betapa nikmat karunia Tuhan,
Hati yang rindu ke tanah haram,
Dikabul niat terasa tentram.

Habis dhuha pergilah pulang,
Dijalan orang berlalu lalang,
Dagangan juga alang-kepalang,
Tasbih,cincin,ataupun gelang.

Pulang ke maktab mengurus badan,
Cuci pakaian bikin masakan,
Jangan ngerumpi saja percakapan,
Atau diskusi urus perpolitikan.

XIV
Sampailah kita dimasa puncak,
Delapan zulhijah pergi serentak,
Ke padang arafah kita berarak,
Tunaikan haji dengan semarak.

Wukuf adalah intinya haji,
Disana adam hawa berjanji,
Ke Padang arafah serahkan hati,
Seperti saat di mahsyar nanti.

Jutaan mukmin datang berkumpul,
Semua putih tanpa bertutul,
Kain dan selempang seperti Rasul,
Itulah pakaian haji yang betul.

XV
Setelah zuhur tibalah puncak,
Khutbah arafah datang semarak,
Airmatapun terserak-serak,
Tangis membuncah sampai tersedak.

Tak malu orang menangis keras,
Kadang seperti sudah tak waras,
Airmatapun mengalir deras,
Tak sisa lagi habis terkuras.

Panjatkan doa yang baik-baik,
Karena kita ditempat terbaik,
Waktunya juga waktu yang tabik,
Agar tak sesal setelah balik.

XVI
Datanglah petang mulai berkemas,
Ke muzdalifah tak perlu cemas,
Pergi semua mbak dan mas,
Takkan tertinggal atau terlepas.

Menunggu lama di muzdalifah,
Kumpulkan batu tanpa diminta,
Tuk dibawa pergi ke mina,
Untuk dipakai melempar jumrah.

Datanglah jemputan pergi ke mina,
Jangan berebut janganlah hina,
Agar tak sesat di mina sana,
Jutaan manusia ramai karena.

XVII
Sabarlah waktu melempar jumrah,
Lemparlah batu jangan amarah,
Bukan luapkan dendam membara,
Kepada syaitan yang kena dera.

Habis melempar kembali lagi,
Istirahatlah sampai ke pagi,
Setelah itu mengulang pergi,
Sampai mengulang ke tiga kali.

Habis jumroh cukurlah rambut,
Kepala gundul tiga disebut,
Sunnahnya rasul mari diturut,
Agar mabrur haji disebut.

XVIII
Setelah bermalam di kota mina,
Kembali ke mekkah al mukarammah,
Tunaikan tawaf sebagai amanah,
Sa’ipun pergi wajiblah pula.

Habislah sudah tugas utama,
Kembali ibadah indah bermakna,
Sholat dan ngaji kerja utama,
Ke mesjid haram sang primadona.

Sempatkan pula pergi berumrah,
Miqad di tanim atau hudaibiyah,
Bisa pula dari ji,ronah,
Semua tempat adalah sunnah.

XIX

Empat puluh hari berakhir sudah,
pergi ke ka,bah tuk tawaf wada,
doa diucap tangan tengadah,
airmatapun basah ke dada.

Setelah itu hamba kan pulang,
jangan takdirkan nasibku malang,
sebelum daging berpisah tulang,
izinkan hamba datang mengulang.

ke negeri jauh hamba kembali,
bila tak pulang tak disesali,
izinkan lagi walau sekali,
hamba berkunjung wahai Sang Wali.

XX
Menjelang pulang janganlah lupa,
Buah tangan dikit tak apa,
Untuk keluarga dan tetangga,
Berbagi bahagia yang dijumpa.

Janganlah lupa membawa zamzam,
Itu diminta itu diidam,
Walau sedikit pengobat dendam,
Tuk kelak datang ke tanah haram.

Belilah pula korma yang segar,
Untuk dimakan untuk disebar,
Agar tetangga tiada sabar,
Tuk berangkat berhaji akbar.

XXI
Ini sepotong syair sendiri,
Sekedar ingin turut berbagi,
Pada saudara yang akan pergi,
Ke tanah suci tunaikan haji.

Pada sahabat saya berpesan,
Jalani rukun janganlah bosan,
Mudah-mudahan kan jadi insan,
Yang kuat iman sebagai hiasan.

Inilah syair hamba yang daif,
Maafkan ada kata yang selip.
Ditulis dari menjelang maghrib,
Semoga berguna untuk dikutip.

Hamba Allah.


Hamdi Akhsan.

Syair ini dibuat sebagai manifestasi kerinduan terhadap Ka,bah Baitullah dan Mesjid Nabawi di Madinah. Semoga Allah memberi kekuatan iman, harta, dan kesehatan untuk datang kembali ke sana. amien!

0 komentar:

Posting Komentar