Kamis, 30 Juni 2011

220-2011. Titip Rindu Untuk Ayah

220-2011. Titip Rindu Untuk Ayah

                 Oleh
                 Hamdi Akhsan
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
I
Saat ini, duapuluh tiga tahun sudah engkau pergi.
Tinggalkan dunia menghadap Ilahi.
Sebagai pemenuhan kepastian janji.
Tatkala engkau masih dialam azali.

Ayah,dalam kerinduan yang mengusik jiwa.
Kutitip rindu padamu melalui doa.
Kuharap engkau disana selalu bahagia.
Dalam ampunan dan samudera kasih-Nya.
 
II
Ayah,
Dalam ketaktegaran diri anakmu selalu ingat.
Tentang keindahan kata-katamu yang mengalir lewat nasehat.
Dengan semua itu diriku kembali kuat.
Hadapi beratnya coba yang semakin hebat.

Aku tahu kalau diriku tak setegar ayah.
Dalam diriku mengalir kehalusan dan kelembutan ibunda.
Yang banyak menangis dalam dada hadapi derita.
Dan menyendiri sambil menghapus tetesan airmata.

III
Ayah,
Hari ini aku pulang kembali ke rumah.
Menatap wajah-wajah yang puluhan tahun bersama.
Bermunculan lagi memori kehidupan yang telah terpendam lama.
Seperti dulu kala kutinggalkan untuk pertama.

Ayah, anakmu pulang.
Ke nisan kuburmu ingin aku datang.
Bercerita tentang peristiwa yang kualami malam dan siang.
Sampai kelak kita bertemu kala kematian menjelang.

IV
Kadang aku tersentak bila ingat saat-saat manis.
Tatkala ayah katakan padaku anak lelaki tak boleh menangis.
Sepedih apapun tegarlah walau dalam jiwa teriris.
Tegar bak bukit batu yang ribuan tahun tak pernah terbis.

Ayah,dalam kesendirian anakmu rindu.
Begitu dalam tersimpan kelembutan ini didalam kalbu.
Tak mampu aku seperti ayah yang tegar bagai batu.
Dan kerapuhan kini merayapi jiwa seiring waktu.

V
Ayah,
Kini usiaku menjelang tua sepertimu dahulu.
Harus bijaksana memutuskan ini dan itu.
Rambut semakin jarang dalam perjalan waktu.
Dan kelak tiba saatnya kita akan bersatu.

Air Paoh,Baturaja
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar