Kamis, 30 Juni 2011

218-2011. KEMANA HARUS MELANGKAH?

218-2011. KEMANA HARUS MELANGKAH?
            Oleh
            Hamdi Akhsan

I
Kaki kurus kecil tertatih susuri bumi.
Jalani hari-hari tanpa tahu dimana ayah dan umi.
Pasrah lalui musim panas dan musim semi.
Sungguh berharap kelak ada uluran tangan tuk menyayangi.

Yatim piatu bukanlah sebuah pinta.
Tak tahu belaian kasih sayang dan cinta.
Dari masa kecil jalani hidup dalam derita.
Dan tiada seorang ayah yang akan menuntun cita-cita.

II
Sungguh airmata mencucur melihat anak diantar ayahnya ke sekolah.
Berpegangan tangan disisi ayah dengan bangga.
Berceloteh bagai burung murai sampaikan cerita.
Sedang baginya hanya menjadi hayalan semata-mata.

Sambil sesenggukan ia pergi perlahan.
Betapa berat luka dalam dada kecil itu harus ditahan.
Berharap suatu saat ada tangan terulurkan.
Tuk mengasihani yatim piatu yang tersiakan.

III
Hidup jalani hari-hari bagai membunuh waktu.
Kaki melangkah susuri jalan yang tiada tentu.
Berharap akan ada secuil rezeki disitu.

Kadang ludah tertelan melihat makanan lezat.
Namun menyingkir tatkala sambil melotot orang melihat.
Seolah pakaian compang-camping pasti berniat jahat.
Luka ini begitu dalam terpahat.

IV
Pernah kulihat di televisi pemuka agama berdoa.
Sambil tadahkan tangan doa bersama di hotel mewah.
Mohon dikasihani saudaranya dibawah jembatan sana.
Sungguh ironi antara perbuatan dan kata.

Kata temanku yang sekolah.
Negeri kami mayoritas orangnya beragama.
Rakyatnya rajin-rajin beribadah.
Tapi mengapa kepada mustadaifin mereka sia-sia.

V
Sungguh pahit hidup dalam kesendirian.
Hari-hari dilalui akrab dengan penderitaan.
Harapkan uluran tangan dan belas kasihan.
Dari mereka yang masih tersentuh dengan perintah Tuhan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar