Minggu, 05 Juni 2011

64-2011. Sang Pencinta Yang Menghilang (Antologi Syair Akhir Zaman)

64-2011. Sang Pencinta Yang Menghilang (Antologi Syair Akhir Zaman)

               Oleh
               Hamdi Akhsan

I 
Tatkala malam semakin merayap,
orang pun mulai tertidur lelap,
ada air mata bening mengkilap,
tadahkan tangan panjatkan harap.

Bibir bergetar lantunkan doa,
dibimbing ia selalu semoga,
dilindungi-Nya jiwa dan raga,
disusupkanNya lapang dan lega.

Adalah diam jadi tradisi,
walaupun banyak yang ditangisi,
hidup yang hampa atau berisi,
ataupun harap berujung basi

II
Tuhan...
Kemana diri harus mengadu,
sayatan didalam bagai sembilu,
teringat perih dimasa lalu,
ataupun hidup menanggung malu.

Pada-Mu jua hamba berpinta,
kuatkan hamba dalam derita,
terhadap kasih-Mu bersyukur kata,
tak juga lemah dalam meminta.

Kalau terkadang sulit menghimpit,
ataupun jasad terserang sakit,
berilah sabar walau sedikit,
serta kekuatan kelak tuk bangkit.

III
Terkadang coba begitu kuat,
hidup dizaman yang sangat gawat,
segalanya diukur dengan syahwat,
harta melimpah dianggap hebat.

Belumlah lagi nafsu angkara,
selalu menggelegak bagaikan bara,
hidup bagaikan kumpulan kera,
tak perduli yang lain sengsara.

Inilah zaman menjelang akhir,
orang beriman akan tersingkir,
dunia diatur orang segelintir,
dan...dineraka kelak tergelincir.

IV
Tuhan...Kudengar sedu dari seorang hamba-Mu yang kehilangan,
ia ratapi banyak musibah yang terjadi oleh rakusnya tangan-tangan,
hutan-hutan yang hancur, bukit yang hilangan demi ambisi dan angan-angan,
ataupun murka-Mu karena banyak orok tanpa dosa dilempar ke tempat pembuangan.

Rahmat, cinta, dan kasih sayang-Mu telah pergi dari tanahnya,
kini syaitan-syaitan menari rayakan sukses besarnya,
ada ratusan juta pengikut barunya,
menjadi teman di neraka-Nya.

Semua tahu Engkau telah murka!
tapi hampir semua masih sibuk bersuka-suka,
Bumi terluka, jiwa manusia terluka, semua terluka,
tapi hampir semua kami sanggup tertawa diatas luka.

V
Tuhan...Betapa sedikit pencinta-Mu kini,
mereka terpinggir ditempat-tempat yang tiada arti,
menjadi pengisi sesaat tatkala jiwa yang hampa merasa sepi,
namun ketika masa berubah semua kembali seperti semula lagi.

Tuhan...kalaulah boleh hamba yang tiada arti ini berpinta,
tanganku gemetar dan lidahku tak sanggup berkata,
terlalu banyak rahmat dari-Mu yang kami dusta,
dan perintah-Mu dipandang sebelah mata.

VI
Betapa sulitnya kini mencari cahaya-Mu ditengah gempitanya zaman yang mencekam.,
bagai sulitnya Rumi mencari Samsuddin Tabriz yang menghilang ditengah kelamnya malam,
dia telah pergi menghindari cinta yang akan mengikat kakinya pada debu bumi dan pujian,
tinggalkan rumi dalam tangis, rindu ketika telah tiada, hilang tanpa arah dan cintapun suram.

Tangah-tangan yang ijabahnya didengar telah pergi menjauh ke tempat-tempat sunyi,
mereka berzikir bersama burung-burung yang masih bertasbih dalam nyanyi,
bagaikan mazmur daud yang getarkan jiwa para sufi,
hanya merasuk ke jiwa yang suci.

V
Tuhanku...
Mengapa hampir semua telah meninggalkan-Mu dalam suka,
dan kembali pada-Mu pabila luka?

Al Faqir


Hamdi Akhsan.

1 komentar: