Minggu, 26 Juni 2011

210-2011. Syair Kehidupan (2)

210-2011. Syair Kehidupan (2)

                    Oleh
                    Hamdi Akhsan

I
Waktu berlalu bagaikan pedang,
sebentar lagi maut menghadang,
mencabut nyawa setiap orang,
baik yang miskin atau terpandang.

Waktu berlalu tanpa terasa,
terkadang hidup berlumur dosa,
terhadap nikmat terkadang dusta,
ibadah lalai tanpa terasa.

Hiasan dunia penuh pesona,
membuat hati kadang terlena,
kelak dihisap dialam sana,
semoga diri tidak merana.

II
Berupaya selalu didalam iman,
tetapi sering tergoda zaman,
tuk istiqamah sedikit teman,
yamg rimdu dengan surga bertaman.

Wahai diri yang sering lalai,
kelak jasad lemah terkulai,
tak ada anak istri membelai,
panasnya kubur bagai disalai.

Didalam jiwa kadang menangis,
mengingat waktu yang hampir habis,
iman didada makin terkikis,
ditipu oleh pasukan iblis.

III
Kadang berfikir umur kan panjang,
cita dan hayal banyak segudang,
padahal kini menjelang pulang,
takutnya bukan alang-kepalang.

Dalam sejarah sudah ditulis,
banyaknya dulu raja yang bengis,
setelah mati jasadnya amis,
didalam kubur ia menangis.

Didalam waktu diri berharap,
Kelak di kubur tidak meratap,
dipukul malaikat jatuh merayap,
ditendang seperti anjing kurap.

IV
Wahai jiwaku,
Pada-Nya kelak engkau kembali.
segera bertaubat dan sadar diri,
mumpung waktu masih diberi,
sebelum kembali pada Ilahi.

Tatkala maut semakin dekat,
akan diputus segala nimat,
bagai ditarik seluruh urat,
saking sakitnya mata mencelat.

Betapa sakit ketika mati,
betapa berat dikubur nanti,
betapa lama bangkit kembali,
kalau tak iman hidupnya diri.

V
Betapa ingin bersihkan jiwa,
banyak menangis sedikit tertawa,
terhadap maksiat tidak terbawa,
terjauh dari sifat jumawa.

Kepada Allah diri bermohon,
jadikan amal seperti pohon,
jadi pelaku bukan penonton,
agama bukan menjadi jargon.

Waktu tersisa makin sedikit,
tubuh yang rapuh seringnya sakit,
berharap mati tidak menjerit,
sakitnya bagai dikupas kulit.

VI
Ilahi, diakhir syair kumohon ampun,
karena ibadah kurang tersusun,
dalam meminta kurangnya santun,
ibadah kurang syarat dan rukun.

Didalam tangis hamba meminta,
pada-Mu dengan terbata-bata,
berilah hamba indahnya kata,
tatkala diri menutup mata.

Engkau lah Ilahi Yang Maha Ghafur,
hamba berdoa sambil tersungkur,
ampuni hamba kurang bersyukur,
atas nikmat-Mu yang tak terukur.


Al FAqiir

Hamdi Akhsan

0 komentar:

Posting Komentar