66-2010. Syair Wasiat Pengantin (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Bismillah awal pembuka syair,
pada-Nya jua hamba berzikir,
mohon bimbingan dalam berfikir,
sebelum hidup menuju akhir.
Dengan iman syair ditulis,
lepas anakku sebagai gadis,
matapun sulit menahan tangis,
didalam dada rasa teriris.
Syair ini sebagai wasiat,
untuk hidupmu disetiap saat,
sebelum ayah jelang sekarat,
serta pergi ke alam akherat.
II
Anakku...
Hari ini hari bahagiamu,
semua mata pandang dirimu,
karena engkau datanglah tamu,
tuk hadiri akad nikahmu.
Sedangkan ayah serasa mimpi,
bagaikan kilat jalannya hari,
baru sebentar kau kusuapi,
sekarang melepas sebagai wali.
Baru sebentar engkau kugendong,
sambil bermain engkau kubombong,
berjalan dengan kereta dorong,
ambilkan engkau nasi sesentong.
III
Betapa berat rasa jiwaku,
lepaskan engkau wahai anakku,
inginnya diri menangis tersedu,
namun takdir sudah tertentu.
Engkau telah tumbuh dewasa,
tinggi citamu berdamping asa,
dalam dadamu terpaut rasa,
terhadap pemuda gagah perkasa.
Ketika ia datang melamar,
ayah menjadi tersentak sadar,
kalau anakku si bunga mekar,
akan berdamping duduk sejajar.
IV
Sebelum engkau dibawa pergi,
ayahmu ingin menasehati,
ungkapkan segala rasa dihati,
supaya bahagia hidupmu nanti.
Anakku sayang permata ayah,
sumber semangat ayah seraya,
buatlah imanmu selalu kaya,
supaya akherat kelak kan jaya.
Jadilah nikah jalan ibadah,
karena hidup pastikan sudah,
janganlah rugi menjadi ganda,
dunia akherat terkena denda.
V
Kedua ayah ingin sampaikan,
nikah itu sebuah ikatan,
janji yang suci telah diikrarkan,
Manusia dan malaikat semua saksikan.
Janji sucimu akan dicatat,
janganlah mudah menjadi cacat,
jagalah lidah jagalah ilat,
janganlah mudah lepaskan ikat.
Kalaulah ikatan engkau remehkan,
alamat bahagia kan terceraikan,
hidup berkeluarga penderitaan,
ikatan kuat jadi tangisan.
VI
Nasehat ketiga perlu kau ingat,
hargai setiap tetes keringat,
aturlah nafkah dengan hemat,
supaya hidupmu tidak melarat.
Terhadap harta jangan serakah,
karena syaitan sangatlah suka,
iman dirimu akan terluka,
iri dan dengki melekat maka.
Apa yang anda selalu syukuri,
bertambah-tambah kan Allah beri,
Melihat yang lebih tahanlah diri,
pada yang kurang engkau memberi.
VII
Kalaulah engkau diberi putra,
Bimbinglah jangan dengan amarah,
apalagi kalau beranak dara,
marah membuat hatinya lara.
Fikir dahulu sebelum berkata,
karena lidah tiada bermata,
kata yang tajam membuat derita,
akanlah sulit tatkala patah.
Bimbinglah dengan jiwa yang kasih
beri makanlah harta yang bersih,
ajari menabung jajan disisih,
ketika tiada simpanan masih.
VIII
Terhadap suami berhati-hati,
jangan menuntut terlalu tinggi,
membuat ia terpaksa korupsi,
karena banyaknya tuntutan istri.
Janganlah pula banyak berhutang,
nanti hidupmu kan sering timpang,
jiwa didada tiada lapang,
wajahmu tidak bersinar terang.
Hiduplah dengan cara sahaja,
tekadkan niat sekuat baja,
jalani hidup yang baik saja,
tak perlu mimpi mewah bak raja.
IX
Didalam waktu musim berganti,
begitu pula suami dan istri,
setelah malam kan datang pagi,
asalkan sabarmu tidak terbagi.
Berkata baik buatlah tradisi,
lidah yang manis berkomunikasi,
wajahpun tetap buat berseri,
walau didalam membara besi.
Amarah sesaat membuat sesal,
setelah hilang hati yang mengkal,
ditarik lagi tak bisa bakal,
itu pertanda pendeknya akal.
X
Kalaulah hatimu begitu perih,
tadahkan tangan ratapkan pedih,
minta pada-Nya jiwa yang bersih,
jalan keluar yang penuh kasih.
Kalaulah hati terasa tenang,
yang baik-baik harus dikenang,
supaya adil engkau menimbang,
terjauh dari cara sembarang.
Latihlah diri mudah bersyukur,
harta yang banyak bukan pengukur,
jabatan tinggi jangan ditutur,
tiada maknanya kelak di kubur.
XI
Nasehat ayah cukup dahulu,
dalam dadaku semakin pilu,
anakku sayang akan berlalu,
seperti membawa ibumu dahulu.
Kalaulah nanti engkau terpisah,
tengoklah ayah selagi bisa,
tetapi jangan berkeluh kesah,
sampaikan yang baik saat berkisah.
Pandai-pandailah dengan mertua,
ayah ibumu menjadi dua,
buatlah kenangan baik terbawa,
jauhi sangat sifat jumawa.
PENUTUP
Nasehat ayah cukup disini,
moga bahagia anakku nanti,
bersama hidup istri dan laki,
pada orangtua selalu berbakti.
Agama jadikan kunci utama,
supaya terpancar cahaya rahmah,
surgamu akan terasa dirumah,
malaikat senang kalian bersama.
Kalaulah ayah salah berkata,
maaf tulusmu ayah pun minta,
berdoa semoga Allah pun cinta,
disorga bersama menjadi cita.
Al Faqir
Hamdi Akhsan.
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Bismillah awal pembuka syair,
pada-Nya jua hamba berzikir,
mohon bimbingan dalam berfikir,
sebelum hidup menuju akhir.
Dengan iman syair ditulis,
lepas anakku sebagai gadis,
matapun sulit menahan tangis,
didalam dada rasa teriris.
Syair ini sebagai wasiat,
untuk hidupmu disetiap saat,
sebelum ayah jelang sekarat,
serta pergi ke alam akherat.
II
Anakku...
Hari ini hari bahagiamu,
semua mata pandang dirimu,
karena engkau datanglah tamu,
tuk hadiri akad nikahmu.
Sedangkan ayah serasa mimpi,
bagaikan kilat jalannya hari,
baru sebentar kau kusuapi,
sekarang melepas sebagai wali.
Baru sebentar engkau kugendong,
sambil bermain engkau kubombong,
berjalan dengan kereta dorong,
ambilkan engkau nasi sesentong.
III
Betapa berat rasa jiwaku,
lepaskan engkau wahai anakku,
inginnya diri menangis tersedu,
namun takdir sudah tertentu.
Engkau telah tumbuh dewasa,
tinggi citamu berdamping asa,
dalam dadamu terpaut rasa,
terhadap pemuda gagah perkasa.
Ketika ia datang melamar,
ayah menjadi tersentak sadar,
kalau anakku si bunga mekar,
akan berdamping duduk sejajar.
IV
Sebelum engkau dibawa pergi,
ayahmu ingin menasehati,
ungkapkan segala rasa dihati,
supaya bahagia hidupmu nanti.
Anakku sayang permata ayah,
sumber semangat ayah seraya,
buatlah imanmu selalu kaya,
supaya akherat kelak kan jaya.
Jadilah nikah jalan ibadah,
karena hidup pastikan sudah,
janganlah rugi menjadi ganda,
dunia akherat terkena denda.
V
Kedua ayah ingin sampaikan,
nikah itu sebuah ikatan,
janji yang suci telah diikrarkan,
Manusia dan malaikat semua saksikan.
Janji sucimu akan dicatat,
janganlah mudah menjadi cacat,
jagalah lidah jagalah ilat,
janganlah mudah lepaskan ikat.
Kalaulah ikatan engkau remehkan,
alamat bahagia kan terceraikan,
hidup berkeluarga penderitaan,
ikatan kuat jadi tangisan.
VI
Nasehat ketiga perlu kau ingat,
hargai setiap tetes keringat,
aturlah nafkah dengan hemat,
supaya hidupmu tidak melarat.
Terhadap harta jangan serakah,
karena syaitan sangatlah suka,
iman dirimu akan terluka,
iri dan dengki melekat maka.
Apa yang anda selalu syukuri,
bertambah-tambah kan Allah beri,
Melihat yang lebih tahanlah diri,
pada yang kurang engkau memberi.
VII
Kalaulah engkau diberi putra,
Bimbinglah jangan dengan amarah,
apalagi kalau beranak dara,
marah membuat hatinya lara.
Fikir dahulu sebelum berkata,
karena lidah tiada bermata,
kata yang tajam membuat derita,
akanlah sulit tatkala patah.
Bimbinglah dengan jiwa yang kasih
beri makanlah harta yang bersih,
ajari menabung jajan disisih,
ketika tiada simpanan masih.
VIII
Terhadap suami berhati-hati,
jangan menuntut terlalu tinggi,
membuat ia terpaksa korupsi,
karena banyaknya tuntutan istri.
Janganlah pula banyak berhutang,
nanti hidupmu kan sering timpang,
jiwa didada tiada lapang,
wajahmu tidak bersinar terang.
Hiduplah dengan cara sahaja,
tekadkan niat sekuat baja,
jalani hidup yang baik saja,
tak perlu mimpi mewah bak raja.
IX
Didalam waktu musim berganti,
begitu pula suami dan istri,
setelah malam kan datang pagi,
asalkan sabarmu tidak terbagi.
Berkata baik buatlah tradisi,
lidah yang manis berkomunikasi,
wajahpun tetap buat berseri,
walau didalam membara besi.
Amarah sesaat membuat sesal,
setelah hilang hati yang mengkal,
ditarik lagi tak bisa bakal,
itu pertanda pendeknya akal.
X
Kalaulah hatimu begitu perih,
tadahkan tangan ratapkan pedih,
minta pada-Nya jiwa yang bersih,
jalan keluar yang penuh kasih.
Kalaulah hati terasa tenang,
yang baik-baik harus dikenang,
supaya adil engkau menimbang,
terjauh dari cara sembarang.
Latihlah diri mudah bersyukur,
harta yang banyak bukan pengukur,
jabatan tinggi jangan ditutur,
tiada maknanya kelak di kubur.
XI
Nasehat ayah cukup dahulu,
dalam dadaku semakin pilu,
anakku sayang akan berlalu,
seperti membawa ibumu dahulu.
Kalaulah nanti engkau terpisah,
tengoklah ayah selagi bisa,
tetapi jangan berkeluh kesah,
sampaikan yang baik saat berkisah.
Pandai-pandailah dengan mertua,
ayah ibumu menjadi dua,
buatlah kenangan baik terbawa,
jauhi sangat sifat jumawa.
PENUTUP
Nasehat ayah cukup disini,
moga bahagia anakku nanti,
bersama hidup istri dan laki,
pada orangtua selalu berbakti.
Agama jadikan kunci utama,
supaya terpancar cahaya rahmah,
surgamu akan terasa dirumah,
malaikat senang kalian bersama.
Kalaulah ayah salah berkata,
maaf tulusmu ayah pun minta,
berdoa semoga Allah pun cinta,
disorga bersama menjadi cita.
Al Faqir
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar