196-2011. Surat Seorang TKW kepada anaknya (2)
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku...
Ibunda tulis surat ini di negeri yang jauh.
Di penghujung malam dingin menjelang subuh.
Kerinduan sangat padamu membuat batinku luluh.
Dan tetes demi tetes airmata bunda tanpa terasa jatuh.
Kata orang. hidup sebagai TKI akan bergelimang uang.
Punya rumah bagus dan kelak dianggap terpandang.
Akan dapat modal setelah kembali untuk dagang.
Sungguh betapa banyak cita muluk terbayang.
II
Tapi nak,
Tak pernah orang kampung bercerita dukanya.
Teman bunda pulang membawa bayi tanpa ayah.
Belum lagi ada yang tergoda menjalani profesi ganda.
Atau terpaksa relakan tubuh dihina demi selamat nyawa.
Belum lagi yang telah bayar pada penyalur anggap budak.
Diperlakukan kami para wanita se kehendak-hendak.
Salah sedikit akan dicaci maki dan dibentak-bentak.
Bahkan dipukuli sampai badan bengkak-bengkak.
III
Anakku...
Dalam rindu padamu yang menyesakkan dada.
Menangis ibunda berdoa dengan tangan tengadah.
Agar dilindungiNya kehormatan diri dan iman yang ada.
Dan kembali memelukmu yang ibunda cinta sepenuh jiwa.
Kepada Tuhan jua engkau dan ayahmu ibunda serahkan.
Karena mencari nafkah hidup ini bagi kami tiada pilihan.
Daripada di negeri sendiri miskin jadi pengangguran.
Pergilah ibu ke negeri yang katanya menjanjikan.
IV
Anakku...
Betapa banyak kepedihan yang ingin kutuliskan.
Ungkapkan segenap kepiluan yang menyesakkan.
Supaya engkau tahu cita-cita tak seindah kenyataan.
Dan agar dirimu belajar dengan rajin untuk masa depan.
Bunda mendengar kabar teman yang dihukum pancung.
Setelah sekian lama terlebih dahulu mereka dikurung.
Belum lagi yang dilecehkan tapi diam tak terhitung.
Di penampungan pun ada yang mengandung.
V
Dalam sakitnya sendi-sendi tubuh karena bekerja.
Ditambah perlakuan anak majikan seenaknya saja.
Bunda kuatkan semangat bertahan agar sekuat baja.
Lalui masa-masa sulit ini sambil pertebal iman didalam dada.
Anakku, doakan kelak ibunda pulang kembali memelukmu.
Menngiringi masa-masa bertambahnya kecerdasanmu.
Menyiapkan sarapan sebelum pergi ke sekolahmu.
Dan jadi tumpuan kala datang kesedihanmu.
Anakku, maafkan ibu karena meninggalkanmu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku...
Ibunda tulis surat ini di negeri yang jauh.
Di penghujung malam dingin menjelang subuh.
Kerinduan sangat padamu membuat batinku luluh.
Dan tetes demi tetes airmata bunda tanpa terasa jatuh.
Kata orang. hidup sebagai TKI akan bergelimang uang.
Punya rumah bagus dan kelak dianggap terpandang.
Akan dapat modal setelah kembali untuk dagang.
Sungguh betapa banyak cita muluk terbayang.
II
Tapi nak,
Tak pernah orang kampung bercerita dukanya.
Teman bunda pulang membawa bayi tanpa ayah.
Belum lagi ada yang tergoda menjalani profesi ganda.
Atau terpaksa relakan tubuh dihina demi selamat nyawa.
Belum lagi yang telah bayar pada penyalur anggap budak.
Diperlakukan kami para wanita se kehendak-hendak.
Salah sedikit akan dicaci maki dan dibentak-bentak.
Bahkan dipukuli sampai badan bengkak-bengkak.
III
Anakku...
Dalam rindu padamu yang menyesakkan dada.
Menangis ibunda berdoa dengan tangan tengadah.
Agar dilindungiNya kehormatan diri dan iman yang ada.
Dan kembali memelukmu yang ibunda cinta sepenuh jiwa.
Kepada Tuhan jua engkau dan ayahmu ibunda serahkan.
Karena mencari nafkah hidup ini bagi kami tiada pilihan.
Daripada di negeri sendiri miskin jadi pengangguran.
Pergilah ibu ke negeri yang katanya menjanjikan.
IV
Anakku...
Betapa banyak kepedihan yang ingin kutuliskan.
Ungkapkan segenap kepiluan yang menyesakkan.
Supaya engkau tahu cita-cita tak seindah kenyataan.
Dan agar dirimu belajar dengan rajin untuk masa depan.
Bunda mendengar kabar teman yang dihukum pancung.
Setelah sekian lama terlebih dahulu mereka dikurung.
Belum lagi yang dilecehkan tapi diam tak terhitung.
Di penampungan pun ada yang mengandung.
V
Dalam sakitnya sendi-sendi tubuh karena bekerja.
Ditambah perlakuan anak majikan seenaknya saja.
Bunda kuatkan semangat bertahan agar sekuat baja.
Lalui masa-masa sulit ini sambil pertebal iman didalam dada.
Anakku, doakan kelak ibunda pulang kembali memelukmu.
Menngiringi masa-masa bertambahnya kecerdasanmu.
Menyiapkan sarapan sebelum pergi ke sekolahmu.
Dan jadi tumpuan kala datang kesedihanmu.
Anakku, maafkan ibu karena meninggalkanmu.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar