213-2011. Kemana Malu Ini Harus Kubawa?
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Setiap datang pada-Mu yang kubawa hanya lah airmata.
Ibadah khusuk dan tekun manakala sedang menderita.
Banyak mengingat kuasa-Mu manakala saat meminta.
Terhadap bagitu banyak nikmatmu terkadang dusta.
Tangan ini!lebih banyak menunjuk daripada berzikir.
Betapa banyak perintah-Mu yang belum mampu kuukir.
Terhadap dunia kecerdasan yang Engkau berikan berfikir.
Sungguh hamb-Mua yang lemah mengaku bila masih mangkir.
II
Kekasih, betapa hamba-Mu sangat malu untuk mengaku.
Tentang perbuatan-perbuatan dosa dan buruknya laku.
Tentang betapa gersangnya jiwa menangis tersedu.
Tentang kebesaran-Mu yang kadang lupa diseru.
Dusta, bila kukatakan dekati jalan-jalan Taqwa.
Terhadap hidup sedikit tangisan dan banyak tawa.
Mata kadang tak terbuka saksikan banyak peristiwa.
Sungguh pada-Mu hamba mohon berilah halusnya jiwa.
III
Kekasih...
Bagaimana mata ini kelak akan hamba pertanggungjawabkan.
Bila ia digunakan melihat hal-hal yang tak diperbolehkan.
Kaki melangkah melangkar perintah yang Kau gariskan.
Serta mulut ini berbicara apa yang tak dikerjakan.
Kemana rasa malu ini kelak akan hamba hadapkan.
Bila begitu banyak larangan dari-Mu yang disepelekan.
Begitu banyak anjuran baik-Mu yang tak hamba lakukan.
Sungguh betapa malang diri ini bila kelak tak Kau selamatkan.
IV
Kekasih,
Bagaimana hamba kelak akan tegar hadapi kegelapan kubur.
Bila dalam jalani hidup ini begitu kurang manifestasi syukur.
Terhadap banyaknya nikmat-Mu terkadang masih kufur.
Ampuni hamba yang lemah wahai Ilahi Maha Ghofur.
Tak tahu nasib diri kelak dengan modal yang sedikit.
Sedangkan pukulan malaikat-Mu sungguh sangat sakit.
Betapa berat menghadap-Mu membawa dosa sebesar bukit.
Jauhkan hamba siksa yang membuat para pendusta menjerit.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kekasih,
Setiap datang pada-Mu yang kubawa hanya lah airmata.
Ibadah khusuk dan tekun manakala sedang menderita.
Banyak mengingat kuasa-Mu manakala saat meminta.
Terhadap bagitu banyak nikmatmu terkadang dusta.
Tangan ini!lebih banyak menunjuk daripada berzikir.
Betapa banyak perintah-Mu yang belum mampu kuukir.
Terhadap dunia kecerdasan yang Engkau berikan berfikir.
Sungguh hamb-Mua yang lemah mengaku bila masih mangkir.
II
Kekasih, betapa hamba-Mu sangat malu untuk mengaku.
Tentang perbuatan-perbuatan dosa dan buruknya laku.
Tentang betapa gersangnya jiwa menangis tersedu.
Tentang kebesaran-Mu yang kadang lupa diseru.
Dusta, bila kukatakan dekati jalan-jalan Taqwa.
Terhadap hidup sedikit tangisan dan banyak tawa.
Mata kadang tak terbuka saksikan banyak peristiwa.
Sungguh pada-Mu hamba mohon berilah halusnya jiwa.
III
Kekasih...
Bagaimana mata ini kelak akan hamba pertanggungjawabkan.
Bila ia digunakan melihat hal-hal yang tak diperbolehkan.
Kaki melangkah melangkar perintah yang Kau gariskan.
Serta mulut ini berbicara apa yang tak dikerjakan.
Kemana rasa malu ini kelak akan hamba hadapkan.
Bila begitu banyak larangan dari-Mu yang disepelekan.
Begitu banyak anjuran baik-Mu yang tak hamba lakukan.
Sungguh betapa malang diri ini bila kelak tak Kau selamatkan.
IV
Kekasih,
Bagaimana hamba kelak akan tegar hadapi kegelapan kubur.
Bila dalam jalani hidup ini begitu kurang manifestasi syukur.
Terhadap banyaknya nikmat-Mu terkadang masih kufur.
Ampuni hamba yang lemah wahai Ilahi Maha Ghofur.
Tak tahu nasib diri kelak dengan modal yang sedikit.
Sedangkan pukulan malaikat-Mu sungguh sangat sakit.
Betapa berat menghadap-Mu membawa dosa sebesar bukit.
Jauhkan hamba siksa yang membuat para pendusta menjerit.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar