194-2011. Kepada Samudera Yang Menggelora aku Bertanya?
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kepada samudera yang menggelora aku bertanya?
Mengapa kini sahabat Tsunamimu sering marah.
Mengapa dibalik keindahanmu tersimpan petaka.
Mengapa dibalik tenangmu tersimpan murka.
Mengapa biru indah mu kini berubah coklat.
Mengapa kilau permukaanmu kini memucat.
Mengapa tanpa aba apa kau sapu darat.
Mengapa dimusim biasa badaimu hebat.
II
Kutanyakan padamu wahai samudera yang bergemuruh.
Mengapa badai dan praharamu kini tak lagi menyentuh.
Mengapa pada pemilik-Nya kini sang budak tak patuh.
Dan mengapa tak takut pada hari tatkala langit runtuh.
Pada laut nan bisu ditengah cahaya bulan aku bertanya.
Mengapa kedahsyatan energimu tak lagi getarkan jiwa.
Apakah karena manusia telah kehilangan jiwa taqwa.
Ataukah kemajuan teknologi telah membuat jumawa.
III
Kepada laut yang kaya aku bertanya.
Dimana isi kandunganmu yang melimpah.
Apakah telah dikuras habis umat manusia.
Dan apakah hilang disapu oleh malapetaka.
Kemana kini ikan-ikan yang dahulu beragam.
Kemana tiram-tiram yang berisi mutiara manikam.
Mengapa kini kilapan permukaanmu tampak suram.
Kemana warnamu yang biru kini tampak menghitam.
IV
Kepada laut yang menyimpan misteri aku bertanya.
Dimana debur ombakmu yang merdu saat purnama.
Dimana mereka yang mati tenggelam hanya nama.
Kemana burung camar yang dulu bercengkrama.
Pada laut yang jadi tentara-Nya aku bertanya.
Mengapa petaka kini sering datang tiba-tiba.
Mengapa tiada peringatan sebagai tanda.
Apakah memang manusia telah durhaka.
V
Padamu wahai samudera yang dititipi energi yang besar.
Padamu yang memiliki ombak gemuruh menggelegar.
Didalammu yang karunia Ilahi begitu banyak tersebar.
Semua pertanda kekuasaan Allah Tuhan yang Akbar.
Kepada Laut yang ikhlas tunduk pada-Nya aku bertanya.
Adakah bertambah iman hamba yang gunakan mata.
Adakah dahsyatnya Tsunami dekatkan ke jalan Taqwa.
Ataukah makhluk manusia di bumi kini semakin durhaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Kepada samudera yang menggelora aku bertanya?
Mengapa kini sahabat Tsunamimu sering marah.
Mengapa dibalik keindahanmu tersimpan petaka.
Mengapa dibalik tenangmu tersimpan murka.
Mengapa biru indah mu kini berubah coklat.
Mengapa kilau permukaanmu kini memucat.
Mengapa tanpa aba apa kau sapu darat.
Mengapa dimusim biasa badaimu hebat.
II
Kutanyakan padamu wahai samudera yang bergemuruh.
Mengapa badai dan praharamu kini tak lagi menyentuh.
Mengapa pada pemilik-Nya kini sang budak tak patuh.
Dan mengapa tak takut pada hari tatkala langit runtuh.
Pada laut nan bisu ditengah cahaya bulan aku bertanya.
Mengapa kedahsyatan energimu tak lagi getarkan jiwa.
Apakah karena manusia telah kehilangan jiwa taqwa.
Ataukah kemajuan teknologi telah membuat jumawa.
III
Kepada laut yang kaya aku bertanya.
Dimana isi kandunganmu yang melimpah.
Apakah telah dikuras habis umat manusia.
Dan apakah hilang disapu oleh malapetaka.
Kemana kini ikan-ikan yang dahulu beragam.
Kemana tiram-tiram yang berisi mutiara manikam.
Mengapa kini kilapan permukaanmu tampak suram.
Kemana warnamu yang biru kini tampak menghitam.
IV
Kepada laut yang menyimpan misteri aku bertanya.
Dimana debur ombakmu yang merdu saat purnama.
Dimana mereka yang mati tenggelam hanya nama.
Kemana burung camar yang dulu bercengkrama.
Pada laut yang jadi tentara-Nya aku bertanya.
Mengapa petaka kini sering datang tiba-tiba.
Mengapa tiada peringatan sebagai tanda.
Apakah memang manusia telah durhaka.
V
Padamu wahai samudera yang dititipi energi yang besar.
Padamu yang memiliki ombak gemuruh menggelegar.
Didalammu yang karunia Ilahi begitu banyak tersebar.
Semua pertanda kekuasaan Allah Tuhan yang Akbar.
Kepada Laut yang ikhlas tunduk pada-Nya aku bertanya.
Adakah bertambah iman hamba yang gunakan mata.
Adakah dahsyatnya Tsunami dekatkan ke jalan Taqwa.
Ataukah makhluk manusia di bumi kini semakin durhaka.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar