36-2011. Bumi Yang Merana
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dengarlah olehmu ratapan sebatang pohon di rimba.
Yang berkisah tentang apa yang telah disaksikannya.
Melihat kerakusan tak tertahankan di dunia manusia.
Yang memetik banyak malapetaka karena ulahnya.
Ia pun berkisah,dahulu hutan ini segalanya seimbang.
Di pohon-pohon tinggi burung burung bersarang.
Namun tiba-tiba pohon menjadi tumbang.
Karena tanpa dipilih lagi ia pun ditebang.
Ketika pepohonan rimbun tiada.
Burung-burung berpindah.
Tanah kering merekah.
Dan banjir pun tiba.
Habiskan segala.
II
Kini, tatkala hujan datang air mengalir sangat keruh.
Tanpa penghalang air bah pun datang bergemuruh.
Menjadikan rumah, sawah, dan ladang hancur luluh.
Dan alam yang baik pun kini berubah menjadi musuh.
Sungguh rakus.
Rimba diberangus.
Simetri alam terputus.
Hilang juga sifat yang halus.
Oleh serakah yang membius.
Manakala keseimbangan terganggu.
Keindahan hutan jadi bagian masa lalu.
Suara alam pun hilang dan kini diam membisu.
Menjadi musuh manusia dengan aturan kaku.
III
Tinggallah kini generasi yang kehilangan pijakan.
Yang habiskan biaya menata hutan buatan.
Hutan yang tersisa pun tak dilestarikan.
Sungguh keanehan membingungkan.
Petaka di hari ini terus terjadi.
Karena alam tak ramah lagi.
Terjadi petang atau pagi.
Rahmat Ilahi tlah pergi.
IV
Ingatlah! tatkala hukum Ilahi telah terganggu.
Akan muncul padang pasir dan tanah berbatu.
Kesejukan dan Kesuburan akan hilang dari situ.
Ampunilah kami wahai Pemelihara Yang Satu.
Bumi yang diberkati kini tinggal dongengan.
Hutan yang hijau lestari tinggal kenangan.
Binatang liar dihutan tinggal pajangan.
Sungguh berat akibat keserakahan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar