14-2011. SYAIR KUBUR-II
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Awali syair dengan istighfar,
bermohon ampun pada Yang Ghoffar,
atas musibah sering tak sabar,
walau peringatan telah ditebar.
Syairku ini berisi kabar,
tentang kubur yang tidak lebar,
daging dan tulang kelak kan bubar,
bau yang busuk akan menyebar.
Jasad dibungkus kain tiga lembar,
baru sebentar cacing menyambar,
malaikat membawa berita muktabar
semoga ini jadi iktibar.
II
Dimana-mana banyaklah kisah,
akibat didapat karena dosa,
didalam kubur berputus asa,
ingin kembali tapi tak bisa.
Sakit dan takut bercampur rasa,
dibalas adil seluruh jasa,
rangkuman amal seluruh masa,
sampai saat badan binasa.
Perduli orang kota ataupun desa,
orang terpandang atau biasa,
yang sederhana atau berjasa,
ketentuan berlaku sepanjang masa.
III
Adalah mayat dihimpit kubur,
tulang retak daging terhambur,
karena batas tanah yang kabur,
atau berbohong saat mengukur.
Ada yang hancur seperti bubur,
karena tak hormat sanak sedulur,
memohon maaf tapi terlanjur,
segala kejahatan sudah ditabur.
Jauhi juga sikap takabbur,
membuat kuburan sempit terukur,
kelak diakherat akan menekur,
sesali diri yang tak bersyukur.
IV
Berhati-hati si tukang riba,
sebelum mati banyak musibah,
menjelang mati jasad berubah,
menjadi gila bangun dan rebah.
Curang timbangan jangan dicoba,
harta yang ada terkena tuba,
membuat keluarga kena narkoba,
ahli warispun ribut berlomba.
Dikubur juga sungguhlah iba,
tak boleh duduk selalu rebah,
takkan diampun walau menyembah,
azab yang sudah malah ditambah.
V
Kasihan dengan para peminum,
mayatnya busuk sangat tak umum,
walau disiram minyak yang harum.
mata mendelik tak tampak senyum,
Saat dimandi orang kan maklum,
sakitnya maut sampai ke sumsum,
barulah mati kuburpun belum,
didapat sudah tanda terhukum.
Dipukul malaikat palu berdentum,
tulang dan daging bagai disentrum,
setiap jengkal ditusuk jarum,
disiksa malaikat tak pernah mafhum.
VI
Derita dialami orang yang sombong,
sakitnya mati menjerit melolong,
tiada satupun bisa menolong,
bagai digorok hewan dipotong.
Aduhai, apalah guna menjadi cukong,
tatkala mati tiada penyokong,
apalah kalau sudah dipocong,
masuk ke kubur ditanah bolong.
Setelah mati semuanya kosong,
hukuman hebat datang menyongsong,
segala siksa akan diborong,
tinggallah sesal tangis terlolong.
VII
Ada pula mayat dipaku,
karena zalimi yatim piatu,
harta mereka diaku-aku,
bahagian mereka tidaklah tentu.
Aduhai diri yang sering kaku,
di akherat dunia kelak tak laku,
walaupun emas bersuku-suku,
yang dipandang hanya tingkah laku.
Ini wasiat untuk diriku,
segala kurang hamba mengaku,
begitu banyak kesalahanku.
ampuni hamba wahai Tuhanku.
Bermohon hamba kubur yang lapang,
teman yang baik dapat diundang,
walaupun amal tak cukup sedang.
taman surgapun indah terpandang.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Awali syair dengan istighfar,
bermohon ampun pada Yang Ghoffar,
atas musibah sering tak sabar,
walau peringatan telah ditebar.
Syairku ini berisi kabar,
tentang kubur yang tidak lebar,
daging dan tulang kelak kan bubar,
bau yang busuk akan menyebar.
Jasad dibungkus kain tiga lembar,
baru sebentar cacing menyambar,
malaikat membawa berita muktabar
semoga ini jadi iktibar.
II
Dimana-mana banyaklah kisah,
akibat didapat karena dosa,
didalam kubur berputus asa,
ingin kembali tapi tak bisa.
Sakit dan takut bercampur rasa,
dibalas adil seluruh jasa,
rangkuman amal seluruh masa,
sampai saat badan binasa.
Perduli orang kota ataupun desa,
orang terpandang atau biasa,
yang sederhana atau berjasa,
ketentuan berlaku sepanjang masa.
III
Adalah mayat dihimpit kubur,
tulang retak daging terhambur,
karena batas tanah yang kabur,
atau berbohong saat mengukur.
Ada yang hancur seperti bubur,
karena tak hormat sanak sedulur,
memohon maaf tapi terlanjur,
segala kejahatan sudah ditabur.
Jauhi juga sikap takabbur,
membuat kuburan sempit terukur,
kelak diakherat akan menekur,
sesali diri yang tak bersyukur.
IV
Berhati-hati si tukang riba,
sebelum mati banyak musibah,
menjelang mati jasad berubah,
menjadi gila bangun dan rebah.
Curang timbangan jangan dicoba,
harta yang ada terkena tuba,
membuat keluarga kena narkoba,
ahli warispun ribut berlomba.
Dikubur juga sungguhlah iba,
tak boleh duduk selalu rebah,
takkan diampun walau menyembah,
azab yang sudah malah ditambah.
V
Kasihan dengan para peminum,
mayatnya busuk sangat tak umum,
walau disiram minyak yang harum.
mata mendelik tak tampak senyum,
Saat dimandi orang kan maklum,
sakitnya maut sampai ke sumsum,
barulah mati kuburpun belum,
didapat sudah tanda terhukum.
Dipukul malaikat palu berdentum,
tulang dan daging bagai disentrum,
setiap jengkal ditusuk jarum,
disiksa malaikat tak pernah mafhum.
VI
Derita dialami orang yang sombong,
sakitnya mati menjerit melolong,
tiada satupun bisa menolong,
bagai digorok hewan dipotong.
Aduhai, apalah guna menjadi cukong,
tatkala mati tiada penyokong,
apalah kalau sudah dipocong,
masuk ke kubur ditanah bolong.
Setelah mati semuanya kosong,
hukuman hebat datang menyongsong,
segala siksa akan diborong,
tinggallah sesal tangis terlolong.
VII
Ada pula mayat dipaku,
karena zalimi yatim piatu,
harta mereka diaku-aku,
bahagian mereka tidaklah tentu.
Aduhai diri yang sering kaku,
di akherat dunia kelak tak laku,
walaupun emas bersuku-suku,
yang dipandang hanya tingkah laku.
Ini wasiat untuk diriku,
segala kurang hamba mengaku,
begitu banyak kesalahanku.
ampuni hamba wahai Tuhanku.
Bermohon hamba kubur yang lapang,
teman yang baik dapat diundang,
walaupun amal tak cukup sedang.
taman surgapun indah terpandang.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar