215-2011. Ibu, Izinkan Anakmu Menangis!
Oleh
Hamdi Akhsan.
I
Ibu, aku tak tahu mengapa tiba-tiba dadaku bagai tersayat.
Di masa tuaku rindu dengan pelukanmu yang begitu hangat.
Apakah karena masa-masa akhir hidup telah makin dekat.
Ataukah karena kepedihan hati dan beban yang amat berat.
Ibu, hari ini izinkanlah anakmu menangisi diri.
Bagai ketika kecil dahulu kala sedih disimpan sendiri.
Jiwa lembutku sembuhkan luka dengan pergi menyendiri.
Berteman dengan hembusan angin dan kicauan burung nuri.
II
Ibu, Aku tak tahu mengapa jalan didepan tiba-tiba seperti buntu.
Ingin kumelangkah tegar hadapi hari-hari tanpa perasaan ragu.
Tapi mengapa dalam jiwa ini begitu menyayat kenangan pilu.
Dan membuatku terjebak dalam rasa rendah diri bak masa lalu.
Ibu, mengapa di hari-hari ini jiwaku menjadi begitu kerdil.
Lemah dan ingin mengadu padamu seperti dimasa kecil.
Ragu tuk menentukan jalan mana yang akan diambil.
Dan anakmu tak berdaya dalam luka menggigil.
III
Ibu, izinkanlah anakmu menangisi diri ini seperti dulu lagi.
Semoga air mataku bisa obati segala kepedihan di hati.
Membuat langkahku kembali tegar untuk lalui hari-hari.
Serta jiwaku tidak terjebak dalam kesenangan menyendiri.
Ibu, mengapa hari ini anakmu merasa tidak ada pembela.
Dalam diam hanya mampu memandang kosong cakrawala.
Rindu ayah yang dalam segala tantangan tak pernah kalah.
Yang dalam kesulitan yang dialami tak pernah menyerah.
Ibu, maafkan anakmu yang cucurkan airmata.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan.
I
Ibu, aku tak tahu mengapa tiba-tiba dadaku bagai tersayat.
Di masa tuaku rindu dengan pelukanmu yang begitu hangat.
Apakah karena masa-masa akhir hidup telah makin dekat.
Ataukah karena kepedihan hati dan beban yang amat berat.
Ibu, hari ini izinkanlah anakmu menangisi diri.
Bagai ketika kecil dahulu kala sedih disimpan sendiri.
Jiwa lembutku sembuhkan luka dengan pergi menyendiri.
Berteman dengan hembusan angin dan kicauan burung nuri.
II
Ibu, Aku tak tahu mengapa jalan didepan tiba-tiba seperti buntu.
Ingin kumelangkah tegar hadapi hari-hari tanpa perasaan ragu.
Tapi mengapa dalam jiwa ini begitu menyayat kenangan pilu.
Dan membuatku terjebak dalam rasa rendah diri bak masa lalu.
Ibu, mengapa di hari-hari ini jiwaku menjadi begitu kerdil.
Lemah dan ingin mengadu padamu seperti dimasa kecil.
Ragu tuk menentukan jalan mana yang akan diambil.
Dan anakmu tak berdaya dalam luka menggigil.
III
Ibu, izinkanlah anakmu menangisi diri ini seperti dulu lagi.
Semoga air mataku bisa obati segala kepedihan di hati.
Membuat langkahku kembali tegar untuk lalui hari-hari.
Serta jiwaku tidak terjebak dalam kesenangan menyendiri.
Ibu, mengapa hari ini anakmu merasa tidak ada pembela.
Dalam diam hanya mampu memandang kosong cakrawala.
Rindu ayah yang dalam segala tantangan tak pernah kalah.
Yang dalam kesulitan yang dialami tak pernah menyerah.
Ibu, maafkan anakmu yang cucurkan airmata.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar