Oleh
Hamdi Akhsan
I
Anakku...
Engkau terlahir di suatu zaman,
penuh cobaan runtuhkan iman,
dikepung oleh jutaan syaitan,
menghela manusia dalam kesesatan.
Sebelum kelak ayahanda pergi,
menghadap Allah Yang Maha Tinggi,
kutulis syair tuk diresapi,
untuk kenangan hidupmu nanti.
Syairku jangan jadi pedoman,
Quran dan Hadits jadi landasan,
dariku hanya tafsir kiasan,
moga berguna moga berkesan.
II
Tempat lahirmu Banjarnegara,
Tanahnya tinggi dingin udara,
ditangan kakek gagah perwira,
jiwanya lembut tidak pemarah.
Empat puluh hari baru bertemu,
pertama kali tatap wajahmu,
mencorong gagah sinar matamu,
bangga dan bahagia ayah padamu.
Didalam sholat ayah berdoa,
jadilah engkau putra perkasa,
rindukan hidup jadi syuhada,
atau pejuang tak pernah lelah.
III
Kini dirimu mulai besar,
Gagah seperti ayam bekisar,
kokoh sosokmu yang tinggi besar,
bersyukur ayah pada Yang Maha Besar.
Tapi anakku...
Tubuh yang kuat jangan dibangga,
apalah lagi pamer tenaga,
ditambah sifat yang mudah tega,
kan jadikan jauhnya surga.
Sepanjang waktu banyak berpisah,
engkau pun tumbuh jadi dewasa,
bertambah ilmu bertambah bisa,
dekatkan diri pada Yang Kuasa.
IV
Dalam jiwamu tersimpan watak,
kokoh dan keras sulit dihentak,
bila ditekan kan memberontak,
bila dibiar sekehendak-hendak.
Itulah sifat yang manusiawi,
bisa membawa nikmat surgawi,
bila dituntun iman dihati,
ditambah hidup yang hati-hati.
Janganlah mudah engkau emosi,
bagaikan panas membara besi,
karena semua sangat serasi,
terhadap syaitan yang dilaknati.
V
Latihlah jiwa banyak bersabar,
Niscaya rezeki terbentang lebar,
sifat yang ramah harus diumbar,
jiwa yang angkuh harus dilempar.
Tiada guna berbangga diri,
karena ia bagaikan duri,
membuat orang tidak simpati,
teman yang baik kan menjauhi.
Belajarlah engkau banyak memberi,
pastilah engkau tidak kan rugi,
tidakkan pula membuat iri,
semuanya untuk kebaikan diri.
VI
Jangan banyak bermain saja,
belajar dengan tekad membaja,
supaya kelak dikala senja,
akan mulia bagaikan raja.
Sesal diawal sangat berguna,
bekerja keras jadi karena,
ilmu agama dapat sempurna,
setelah dewasa sangat berguna.
Ilmu dunia jangan lalaikan,
agama jangan engkau remehkan,
guru-gurumu jangan lecehkan,
sesama teman jangan abaikan.
VII
anakku...
Kalau dunia engkau lalaikan,
hidupmu kelak kan kesulitan,
jalan rezeki kan disempitkan,
kerja yang baik sulit dapatkan.
Kalau agama engkau remehkan,
Fardhu dan sunat tak diperhatikan,
niscaya jauh sayangnya Tuhan,
lapangnya hidup tak dibentangkan.
Otak yang muda harus diperas,
belajar ilmu haruslah keras,
perintah Ilahi jangan diretas,
niscaya dapat baiknya balas.
VIII
Terhadap guru haruslah hormat,
ilmunya pasti akan melekat,
tetapi kalau bersangka jahat,
ilmunya pasti tidak kan rekat.
Belajar muda berat berfikir,
bagaikan batu keras diukir,
letih dan kantuk bawalah zikir,
bukannya malah menjadi mangkir.
Hidup yang berkah akan kau dapat,
pabila guru memberi berkat,
ucapkan doa setiap saat,
mudahkan engkau dapat manfaat.
IX
Terhadap teman hati rendahkan,
sayang mereka engkau dapatkan,
niscaya kelak engkau rasakan,
hidup yang mudah dan menyenangkan.
ajaklah teman berlaku baik,
janganlah suka berbisik-bisik,
karena membuat orang terusik,
teman yang ada jadi berbalik.
Janganlah lupa untuk berbagi,
dikala petang ataupun pagi,
dikala untung ataupun rugi,
kala menetap ataupun pergi.
X
Kalaulah ayah telah tiada,
dibawa kekubur dalam keranda,
jangan lalaikan rawat ibunda,
juga lindungi dinda ayunda.
Engkau adalah putra sulungku,
harapan kelak masa tuaku,
tempat bersandar kala uzurku,
bermohon ampun atas dosaku.
Hubungan keluarga jangan lalaikan,
Uwak dan Paman jangan lupakan,
para sepupu engkau himpunkan,
silaturahmi engkau sambungkan.
XI
Terhadap dunia jangan terlena,
karena ia fata morgana,
ibadah jadi lalai karena,
enyesal kelak di alam sana.
Jadikan agama fondasi hidup,
ilmu agama terus kau hirup,
zikir ibadah selalu dilingkup,
niscaya selamat kau punya hidup.
Kalau agama engkau lalaikan,
niscaya coba banyak dapatkan,
syukuri nikmat kan terlupakan,
sifat yang sabar kan terjauhkan.
XII
Jadilah engkau seorang mujahid,
menjaga iman walaupun sakit,
cari yang halal walau sedikit,
agar selamat saat berbangkit.
Tiada gunanya harta berlimpah,
kalaulah banyak orang menyumpah,
ataupun lontaran sumpah serapah,
karena disisi-Nya semua bagaikan sampah.
Kalaulah rezekimu belumlah lebar,
rajin berdoa banyak bersabar,
janganlah pula lupa ikhtiar,
niscaya dapat jalan keluar.
XIII
anakku...
Kadang diriku merasa cemas,
melihat engkau disangkar emas,
segala tersedia secara lekas,
tak perlu lagi bekerja keras.
Mungkin ayah terlalu naif,
karena teringat jalannya nasib,
sebagai yatim diri dimasa aktif,
segala kemudahan pasti diintip.
Doa dipanjat setiap saat,
bermohon agar putraku kuat,
selalu dilindungi para malaikat,
dijauhkan dari syaitan yang laknat.
XIV
Anakku sayang.
Syairku ini berhenti dulu,
karena malam semakin dalu,
tulang-tulangku terasa ngilu,
rasa jiwaku semakin pilu.
Besok kan ayah lanjutkan lagi,
kalau umurku sampai ke pagi,
akan kutulis sebelum pergi,
pesan untukmu separuh lagi.
Kalaulah Allah kan mengambilku,
tak sempat syair tamat olehku,
bermohon ayah pada sahabatku,
tuk bimbing iman kedua putraku.
XV
Nasehat akan ayah lanjutkan,
berisi makna serta kiasan,
berharap engkau akan dapatkan,
pusaka hidup yang kau pegangkan.
Berhati-hati menjaga lidah,
dalam bicara pakailah nada,
pada yang tua engkau merendah,
dan jangan pula banyak bercanda.
Pada yang muda tanamlah sayang,
jauhi sifat yang mentang-mentang,
apalah lagi sambil meradang,
seperti rentenir menagih hutang.
XVI
Kalaulah kelak engkau merantau,
jauh dariku menyeberang pulau,
jangan membawa sifat harimau,
jangan bersifat seperti kerbau.
Harimau itu gagah dan ganas,
tersinggung sedikit amuknya keras,
kerbau bekerja sangatlah keras,
tapi petani yang dapat beras.
Kerja merantau bagaikan seni,
haruslah pandai membawa diri,
ringankan tangan ringankan kaki,
niscaya engkau kan ditangisi.
XVII
Ilmu dicari pokoknya dua,
Untuk akherat juga dunia,
tapi akherat lebih utama,
karena itu hidup yang lama.
Ilmu dunia wajib kau tuntut,
karena ia sebagai pengikut,
pasangan dari imam yang takut,
terhadap catatan para malakut.
Dengan ilmu manusia mulia,
didunia sudah terpandang ia,
tapi akherat harus seraya,
menjadi hidup akan berjaya.
XVIII
Terhadap gadis jangan ceroboh,
sekuat iman kau bisa roboh,
digoda syaitan jadilah bodoh,
hancurlah sudah iman yang kokoh.
Pakai agama di pergaulan,
jangan menyepi ditaman-taman,
datanglah engkau di kediaman,
jangan sendiri ajaklah teman.
Syaitan selalu kan berupaya,
dikala engkau hanya berdua,
supaya engkau berlumur dosa,
menyesal diri sepanjang masa.
XIX
Dalam bekerja ku wasiatkan,
rezeki yang halal kau utamakan,
yang remang-remang coba hindarkan,
yang jelas haram segera jauhkan.
Kalau rezeki halal kau dapat,
tubuhmu akan selalu sehat,
sayanglah pula para malaikat,
serta yang ada selalu berkat.
Anakku...
Waktu berlalu bagaikan pedang,
janganlah banyak engkau begadang,
habiskan waktu berlapang-lapang,
supaya jangan tertipu pandang.
XX
Jadilah engkau putra sejati,
pahit dan perih kan engkau titi,
hidup mulia akan menanti,
bila langkahmu berhati-hati.
Sebagai lelaki hendaklah tegar,
nasehat baik selalu kau dengar,
jadikan ia sebagai dasar,
tuk bekal kelak di Padang Mahsyar.
Hiduplah engkau berharga diri,
gagah perkasa bak rajawali,
tidak bermain ditepi-tepi,
tapi menjadi pusat perhati.
XXI
Anakku...
Banyak nasehat ingin kututur,
tapi sang waktu terus terulur,
kerja menanti tiada terukur,
tak ingin ayah nanti ditegur.
diakhir syair ayah berpesan,
sadari diri sebagai insan,
jagalah hati jagalah iman,
agar selamat sampai tujuan.
Kalaulah engkau pernah bersalah,
maaf tulusku terulur sudah,
doa kupanjat tangan tengadah,
Dilindungi engkau oleh Sang Ada.
XXII
PENUTUP
sampai disini ayah bermadah,
isi hatiku tersampai sudah,
berharap engkau akan mengindah,
bakti dirimu sebagai ananda.
Janganlah lupa sering berdoa,
untuk ayahmu serta ibunda,
diberi kami ampunan tanda,
dibalas surga Allah yang indah.
Ya Allah,
Lindungilah anakku dari hidup yang sempit,
Sabarkan dia untuk ikhlas ketika sakit,
Jadikan ia dalam hidup sebagai Mujahid,
Tiada menyimpang dari jalan-Mu walau sedikit.
Amien!Ya Robbal alamien!
Hamba Allah/Ayah
Hamdi Akhsan.
0 komentar:
Posting Komentar