184-2011. Raudhah Mesjid Nabawi
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dimalam itu kusaksikan sebuah keajaiban.
Ribuan tangan tengadah dalam tangisan.
Bak seorang kekasih rindukan pertemuan.
Sungguh pemandangan itu menakjubkan.
Takut, rindu, cinta, dan harapkan surga berhimpun.
Doa bercampur airmata begitu saja mengalun.
Kata-kata yang pasrah begitu indah tersusun.
Pemandangan yang sama ribuan tahun.
II
Di Taman-taman surga yang ada dibumi.
Dosa dan kesalahan hidup sang insan diratapi.
Bermohon ketakpatuhan pada-Nya diampuni.
Serta sisa-sisa usia yang masih diberi akan diberkati.
Tiada perbendaan antara si miskin dan kaya.
Larut dalam tangisan manusia segala bangsa.
Tak peduli yang berusia tua ataupun muda.
Semua menangis pada-Nya harapkan Ridha.
III
Itulah perlambang dari kesetaraan para hamba Allah.
Yang dalam kehidupan dunia berderajat beda.
Yang kadang lalai pada-Nya saat berkuasa.
Atau hidup tertipu oleh godaan harta.
Di Raudhah, tak malu tiap hamba menangis.
Kalimat diseling sedu sedan tak habis-habis.
Meminta kebaikan pada-Nya bak pengemis.
Sungguh sebuah suasana yang begitu magis.
IV
Disana, begitu banyak airmata yang tertumpah.
Bagai mengalir doa terucap dari mulut tiap hamba.
Namun sesungguhnya semua itu bukan untuk Allah.
Tapi demi kebaikan dunia akherat bagi diri dan keluarga.
Sungguh, setiap yang pernah datang akan berkata.
Mereka begitu rindu untuk menangis disana.
Di salah satu taman-taman surga-Nya.
Sebelum tinggalkan dunia fana.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dimalam itu kusaksikan sebuah keajaiban.
Ribuan tangan tengadah dalam tangisan.
Bak seorang kekasih rindukan pertemuan.
Sungguh pemandangan itu menakjubkan.
Takut, rindu, cinta, dan harapkan surga berhimpun.
Doa bercampur airmata begitu saja mengalun.
Kata-kata yang pasrah begitu indah tersusun.
Pemandangan yang sama ribuan tahun.
II
Di Taman-taman surga yang ada dibumi.
Dosa dan kesalahan hidup sang insan diratapi.
Bermohon ketakpatuhan pada-Nya diampuni.
Serta sisa-sisa usia yang masih diberi akan diberkati.
Tiada perbendaan antara si miskin dan kaya.
Larut dalam tangisan manusia segala bangsa.
Tak peduli yang berusia tua ataupun muda.
Semua menangis pada-Nya harapkan Ridha.
III
Itulah perlambang dari kesetaraan para hamba Allah.
Yang dalam kehidupan dunia berderajat beda.
Yang kadang lalai pada-Nya saat berkuasa.
Atau hidup tertipu oleh godaan harta.
Di Raudhah, tak malu tiap hamba menangis.
Kalimat diseling sedu sedan tak habis-habis.
Meminta kebaikan pada-Nya bak pengemis.
Sungguh sebuah suasana yang begitu magis.
IV
Disana, begitu banyak airmata yang tertumpah.
Bagai mengalir doa terucap dari mulut tiap hamba.
Namun sesungguhnya semua itu bukan untuk Allah.
Tapi demi kebaikan dunia akherat bagi diri dan keluarga.
Sungguh, setiap yang pernah datang akan berkata.
Mereka begitu rindu untuk menangis disana.
Di salah satu taman-taman surga-Nya.
Sebelum tinggalkan dunia fana.
al Faqiir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar