Oleh
Hamdi Akhsan
I
Teringat daku ke masa enampuluh enam tahun yang silam,
Sebuah era yang merubah wajah sejarah sepanjang zaman,
lahirkan syuhada yang darahnya harum bagai bunga ditaman,
serta melahirkan kisah abadi yang indah dihati semua teman.
Tiada kebanggaan diri,
kecuali niat perjuangan suci,
usir para penjajah dari bumi pertiwi,
dengan satu tekad, merdeka atau mati.
Yang ada hanya shuhada disambut para bidadari,
Dari jasadnya mengalir darah yang harum tiada terperi,
Menyambut janji Ilhahi tentang teguhnya sebuah transaksi,
Syahid dijalan Allah bela agama, atau merdeka tiada terjajah lagi.
II
Kini, setelah enam dasa warsa bangsa ini bebas dari penjajahan.
Kemajuan sudah kentara dalam segala bidang kehidupan.
Dalam segala segi banyak hasil fikiran para ilmuwan.
Serta dalam segala aspek sudah banyak aturan.
Tapi, betapa dalam kepedihan di hati kami,
rakyat kecil seaka-akan tiada arti,
tetap dianggap sebagai duri,
tidak dijunjung tinggi.
Pejabat pergi kemana-mana dengan pengawalan yang ketat,
Aneh, dikawal begitu seakan takut berjumpa dengan rakyat.
Jalan-jalan yang dibangun begitu mahal sebentar rusak berat.
Dan protes terhadap parahnya situasi pasti dihadang aparat.
III
Betapa sederhananya cara rakyat kecil keluhkan kepedihan,
Nilai tukar hasil bumi dan indutri semakin senjang,
Menjadi petani identik dengan penderitaan,
dan selama hidup dililit hutang.
Apa lagi yang harus dilakukan,
kecuali pasrah jalani pedihnya kehidupan,
dari hari ke hari berjuang dalam sedu dan sedan,
orang-orang yang berkuasa seakan tuli dan menyepelekan.
Ke depan, apalah lagi yang akan terjadi,
ciri akan hancurnya sebuah bangsa tidak terhindar lagi,
perpecahan yang hebat seakan tinggal menunggu hitungan hari,
dan jutaan rakyat kecil menunggu datangnya pemimpin bagai al-Mahdi.
IV
apakah ini pertanda kehidupan negeri telah menjelang ajal?
atau memang pertanda telah datangnya era dajjal?
sehingga terhadap bencana orang tetap kebal,
betapa nafsu sudah tenggelamkan akal,
dan kehancuran pastilah bakal.
Kini, para pahlawan sudah mati,
pesan-pesan kebaikan tidak didengar lagi,
telinga yang lebar memberi pendengaran yang tuli,
dan terhadap peringatan dan nasehat seakan hati telah mati.
Tuhan, selamatkan negeri ini.
Al Faqir
Hamdi Akhsan
0 komentar:
Posting Komentar